35.

394 27 10
                                    

Holaaa....
Happy 80k readers😡❤😡❤
Thankyu udah nerbangin Keesha setinggi ini ya kawan💕💘
Lope selaut buat klean💘💕❤💘💕❤
Happy readings

😘

__________________

Mentari telah menebarkan cahayanya. Embun di dedaunan pun mulai berpendar. Bunga bermekaran di taman, menyebarkan aroma hingga memenuhi setiap penjuru.

Keluarga Wijaya dan Kaili berkumpul di satu meja makan. Semua tampak serius menikmati hidangan yang tersaji pagi ini. Bahkan, Keesha yang suka berceloteh pun bungkam. Ia sangat malas menyapa penghuni rumah ini. Dengan cepat, Keesha menyelesaikan sarapannya untuk bergegas pergi ke sekolah.

"Keesha!" Gadis itu beserta kedua pengawal menghentikan langkahnya. Keesha membalikkan badannya, dan menatap Sang Pemilik suara itu.

Dermawan hanya menghela napasnya sabar. Sebab sejak kejadian semalam, Keesha hanya diam saat disapa. "Mulai hari ini, seluruh pengawal dan fasilitas yang kamu pakai saya cabut."

"Pah, dia ini cucu, Papah," peringat Lerrie. Sebagai seorang ibu, ia tak rela anaknya diperlakukan tidak adil seperti ini.

Dermawan tak memperdulikan peringatan Lerrie. Lelaki tua itu terus melanjutkan kalimatnya. "Kamu hanya memiliki akses untuk tinggal di sini dan kebutuhan kamu sehari-hari ataupun untuk kegiatan sekolah. Di luar itu, kamu sudah bukan tanggung jawab kami lagi."

"Kek, tolong kendalikan emosimu." Kali ini, Marcello yang berbicara.

"Keputusan Kakek sudah bulat. Ini semua tidak bisa diubah."

"Terserah. Aku nggak peduli!" Keesha menatap kakeknya dengan tatapan tak percaya. Gadis itu menyalimi semua orang, meskipun dalam keadaan sedikit emosi. Namun, Keesha tetap menghormati keluarganya.

Keesha kemudian beralih melihat Tarra yang tengah tersenyum. Ia mendekati telinga gadis itu dan berkata, "Jangan lo pikir gue kalah, Tarra. Gue belum kalah, bahkan perang pun baru dimulai. So, nikmati aja dulu."

Tarra menegang mendengar ucapan Keesha. Namun, Tarra berhasil mengembalikan ekspresinya seperti semula dengan cepat. Sedangkan Keesha menarik ujung bibirnya, ia cukup senang dengan permulaan ini.

Keesha mengambil kunci mobilnya di tempat khusus penyimpanan kunci mobil. Sebuah lamborgini ungu yang dibelikan Arga untuknya tiga tahun yang lalu ini masih sangat terawat dan terlihat baru, pasalnya baru kali ini Keesha akan mengendarainya.

Saat baru memasuki mobil, gadis itu menyalakan radio dengan volume ringan. Keesha tak ingin kesepian meskipun ia sendirian. Lantas, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Meskipun ia bar-bar, Keesha masih tetap memikirkan keselamatan orang lain.

Sesampainya di sekolah, ia memarkirkan mobilnya. Lantas, ia pun turun dari kendaraan beroda empat itu. Semua siswi memandang gadis itu dengan tatapan sinis. Namun, Keesha tak peduli. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas. Keesha tetap cuek, melewati koridor yang penuh cemoohan para siswi yang tertuju padanya.

Keesha memasuki kelasnya. Beberapa temannya sudah berada di sana lebih dulu. Akan tetapi, mereka memilih diam seribu bahasa.

"Kee, nggak lihat tuh?" ucap Nasha tanpa suara sembari menunjuk papan putih yang terpajang di kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang