Dua yang Terpisah

561 56 3
                                    

“Zahra! Lo dimana sih?!”

Isak tangis gadis berambut panjang ini tak kunjung usai. Sudah lewat 30 menit namun sepertinya tak ada keinginan darinya untuk menghentikan tangis. Hal itu pastinya membuat panitia tur menjadi tidak tenang. Ditambah Zahra yang menghilang tak ada kabar membuat keadaan semakin runyam. Tapi memang itulah masalah utamanya, Zahra yang hilang.

Beberapa panitia sudah mencoba memeriksa keberadaan Zahra di Bandara tapi mereka tidak berhasil menemukannya. Mereka juga sudah berupaya mengitari jalur yang tadi mereka lalui menuju penginapan.

Tapi tetap saja dewi fortuna belum berpihak pada mereka. Hilangnya Zahra baru disadari ketika malam hari saat check-in rombongan tur. Mereka merasa janggal dengan anggota tur yang tidak lengkap.

Sebenarnya ini juga salah satu kecerobohan mereka yang tidak memeriksa dulu jumlah rombongan tur saat telah sampai di Bandara atau saat memasuki mobil jemputan.

Hilangnya Zahra tentu membuat Loli panik tidak karuan. Pasalnya mereka pergi ke Korea bersama-sama, dia pula yang memaksa Zahra agar ikut dengannya, dan yang lebih penting adalah Zahra sahabatnya yang sudah seperti saudara. Sahabat mana yang tidak merasa khawatir ketika mengetahui sahabatnya hilang tanpa kabar, apalagi di Negara orang.

Sudah berkali-kali Loli menghubungi Zahra namun tidak bisa.

Dugaan Loli ponsel Zahra dalam keadaan mati. Tak ayal pikiran-pikiran buruk sempat melintas. Jujur saja, Loli khawatir jika Zahra diculik atau terjebak dalam keadaan yang sulit. Sedangkan sekarang dia tak tahu harus berbuat apa.

Jadilah dia menangis tak henti-henti, di kamar hotel yang telah dipesankan untuknya dan Zahra.

Tak putus asa, Loli meraih handphone dan kembali menghubungi nomor itu lagi.

Dengan tangis yang masih sesenggukan, dia mendekatkan benda pipih itu ke telinga. Beberapa detik berlalu Loli masih bertahan dalam posisinya hingga bahunya merosot mendapati teleponnya gagal tersambung, lagi.

Belum saatnya Loli menyerah. Dan dia bertekad tidak akan menyerah. Dia harus bisa menemukan Zahra bagaimanapun caranya.

“Zahra. Come on, babe! Angkat, please!” lirihnya.

Perasaan Loli campur aduk. Khawatir, takut, gelisah berpadu menjadi satu.

Selimut hangat yang membalut tubuhnya sama sekali tidak bisa membuat dirinya nyaman. Pikirannya terlalu kalut, terlalu kacau karena mengkhawatirkan satu sosok berharga yang telah menancap kuat di hatinya.

“Halo?”

“…”

“Jadi gimana? Udah ketemu?”

Karena Zahra masih sulit dihubungi, Loli pun mengambil langkah menelpon panitia yang mendapat tugas mencari keberadaan Zahra. Dia ingin tahu perkembangannya.

“Aduh, gimana sih? Makanya jadi panitia yang bener dong, Mas. Teman saya hilang loh ini, di Negara orang pula. Kalau ternyata ada apa-apa yang menimpa teman saya, panitia mau tanggung jawab?” Loli kembali kalap. Sedari tadi, dia sungguh kesulitan mengontrol emosinya.

“….”

“Saya mau ikut cari teman saya.”

“….”

Raut wajah Loli memberengut. “Gimana bisa tenang sih, Mas? Ini juga udah malam banget. Saya takut hal buruk menimpa teman saya.”

“….”

Helaan napas keluar dari mulut Loli. “Baik Mas. Terima kasih banyak atas usahanya. Maaf, saya tadi sempat marah-marah. Saya terlalu panik.”

Setelah mendengar ucapan sosok di seberang sana, Loli pun mencoba memaklumi dengan apa yang terjadi saat ini.

Nice To Meet YouWhere stories live. Discover now