Gwenchanh-a

361 42 10
                                    


Kata orang, hidup itu tidak asyik kalau tidak ada tantangan. Permasalahan dan kesusahan alur hidup yang disuguhi akan menjadikannya lebih seru dan menantang. Bukankah segala bentuk kesulitan itu secara perlahan akan memupuk butiran mental baja bagi diri seseorang?

Tak tahu pasti. Yang jelas, sebesar apapun duri yang menyempil di lekuk badan kehidupan, semenyakitkan apapun rasanya, Tuhan telah mengatur taraf nya. Bukankah berarti Tuhan tahu jika seseorang itu mampu mengatasi rasa sakitnya?

Lucu sekali. Zahra merasa jika kisah hidupnya ini seperti Rollercoaster, kadang melambung naik, kadang terhempas turun. Baru saja hatinya dibuat bahagia lantaran mendapatkan barang yang ia cari, tapi sekarang masalah baru sudah datang lagi.

09.49

10 menit 25 detik lagi pesawat lepas landas sementara sekarang mereka masih terjebak pada lampu merah jalanan. Matanya berkali-kali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan, menatapi tajam jarum kecil yang melangkah pelan juga konstan, sejalan dengan ritme detak jantungnya yang berdegupan.

Detik kian berkembang menjadi menit, menit kian menjalar menjadi menit yang lainnya lagi. Waktu berlalu terasa begitu cepat dan baru kali ini Zahra merasa betapa 1 detik amatlah sangat berharga sekali.

"Jungkook-ah, biar hyung saja yang menyetir."

Tapi tawaran itu, sekali lagi, hanya dianggap angin lalu oleh Jungkook. Kaki kanan itu lantas menginjak gas kala cahaya merah di langit menjelma menjadi warna hijau. Membelah jalanan hitam yang agak padat akan kendaraan.

Seokjin menghela pasrah. Keras kepala Jungkook memang sukar di atasi. Bukan apa-apa, hanya saja dia khawatir jika Jungkook berkendara dalam kondisi hati yang tidak baik, jatuhnya malah akan membahayakan seluruh penumpang di mobil ini.

Tanpa dikata pun Seokjin tahu jika Jungkook masih dilanda perasaan bersalah pada Zahra dan Loli, garis wajahnya sudah cukup menjelaskan. Jika sudah begini, tak banyak yang bisa Seokjin lakukan selain mengamati kondisi luar, jaga-jaga jika ada polisi yang mengejar.

Heol, pemuda gila disebelahnya ini menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata. Bagaimana Seokjin tak merasa was-was dibuatnya?

Beruntung, usaha tuan Jeon ini berbuah manis. Tujuh menit waktu tersisa dan mereka sudah sampai di Bandara, kekuatan 'Lucky seven' memang tak pernah mengecewakan, Seokjin bernapas lega.

"Cepat cari rombongan kalian. Zahra, Loli, sekali lagi maafkan aku." Jungkook menundukkan tubuhnya sembilan puluh derajat, penuh ketulusan melayangkan maafnya lagi pada kedua gadis asal Indonesia.

Cepat-cepat Zahra menegakkan tubuh Jungkook. Merasa tak layak mendapat perlakuan tersebut dari seseorang yang lebih tua darinya. "Berhentilah menyalahkan diri sendiri, oppa."

Kini mata cantik itu menatap dua pemuda yang berada tepat di depannya, dengan penyamaran seperti biasa yang siapa duga dari balik sekat itu menyimpan paras wajah yang luar biasa.

"Terima kasih banyak, oppa. Kami pamit pulang."

Loli berkaca-kaca, antara sedih meninggalkan Korea, atau tak rela berpisah dengan sang idola, atau takut ketinggalan penerbangan mereka.

Alih-alih mengungkapkan itu semua, gadis ini memilih ikut mengucapkan terima kasih atas jasa kedua pria yang amat sangat ia kenali ini karena telah berbaik hati mengantarkan mereka hingga sampai ke Bandara. Mereka berdua sungguh beruntung karena dipertemukan oleh orang-orang yang baik dan masih mau peduli. Loli bersyukur.

"Berkunjunglah ke Indonesia! Adakan konser! Aku menunggu kalian oppa-deul!" Teriaknya sembari melambaikan salam perpisahan, lalu bergegas menyusul Zahra yang sudah berlari menggereti koper di genggaman.

Nice To Meet YouWhere stories live. Discover now