사랑 (Cinta) ? Pt. 2

254 26 17
                                    

Sementara di Laundry room, Zahra dan Loli bisa bernapas lega karena pada akhirnya cucian mereka sudah digiling khidmat dalam dua mesin yang sedang beroperasi. Sekarang keduanya masih menunggu bilasan terakhir untuk selanjutnya bisa dikeringkan.

Pokoknya mereka bertekad keluar dari tempat ini harus membawa pakaian yang sudah bersih tinggal pakai.

Duduk manis di kursi kayu, Zahra masih pada kesibukannya di sela-sela urusan mencuci. Gadis ini membaca materi perkuliahan karena dirasa kurang menguasai inti sarinya. Cahaya dari layar ponsel menerpa wajah cantik yang kepalang serius. Konsentrasinya mengarah penuh ke benda tersebut sampai tidak menyadari ada Loli yang sejak tadi menatap jengah.

“Ra, sumpah lo masih belajar juga di Seoul. Gak capek apa?”

Loli tak mengerti lagi kenapa Zahra begitu tertarik dengan materi psikologi yang Loli tidak tahu betul apa yang gadis itu baca.

Belakangan ini setiap akan tidur, Zahra selalu menyempatkan diri membaca serentetan tulisan itu. Bahkan sekarang pun juga. Sedikit heran apakah gadis ini tidak lelah terus-menerus menghadapi bacaan? Padahal Loli yang hanya memandang sudah penat tidak kepalang.

“Ya capek Loli. Tapi gue ketinggalan materi ini.” Jawab Zahra tanpa mengalihkan pandangnya.

Jujur jika dikata lelah, sebenarnya Zahra juga lelah. Tapi mau bagaimana lagi, jika sudah mengambil jurusan Psikologi Zahra tidak ingin bermain-main karena setelah lulus nanti Zahra sudah memiliki visi yang kuat pun niat yang bulat.

Jikalau nanti ada tempat yang mau menerima dia, Zahra harus bisa jadi Psikolog yang baik dan hebat. Yang mampu membantu pasiennya keluar dari kesulitan yang menjerat.

Jika ingin jadi sosok yang Pro, maka Zahra harus mempersiapkannya dari sekarang. Misalnya, Zahra harus paham berbagai ekspresi wajah seseorang, agar mudah bagi dia membaca perasaan pasien melalui garis wajah juga tukikan alis.

Tapi sekarang ini dia masih merasa payah. Boro-boro menjadi pembaca perasaan, mengenali wajah-wajah orang Korea saja dia masih kesulitan. Tentu kekurangannya itu tidak bisa dibiarkan, bukan?

Loli menghela napas pasrah. Agaknya tidak ada yang bisa menggeser kemauan Zahra jika gadis itu sudah menancapkan keputusan telak yang sukar dicabut.

Sorot mata itu menggeser ke sisi kiri dimana mesin mulai mengosongkan air guna memasuki proses pengeringan. Lalu pandangan itu menoleh ke luar kaca dimana ada beberapa orang yang berlalu-lalang sibuk dengan urusannya.

Tak sampai di situ, mata elang Loli menangkap tanpa sengaja satu Toserba yang pintunya baru saja terbuka mengeluarkan manusia bernama pelanggan. Senyum Loli tertarik ke atas.

“Eh, Ra. Sekalian belanja gimana? Mumpung ada toko tuh. Kita kan belum ada apa-apa di flat."

Zahra berdehem singkat menyetujui. Meski mata konsentrasi pada layar kaca, tapi rungunya bukan main tajamnya. Hanya saja si mulut terlalu malas merespon hal berlebih alhasil hanya itu yang keluar dari sana.

Facial sign sudah kepalang asyik mencuri fokus Zahra.

“Biar cepat, gue aja ya yang kesana. Lo tolong urus cucian kita aja.”

Zahra berdehem lagi. Loli agak sebal tapi tidak apa-apa, bukan masalah besar.

“Ya udah gue berangkat. Awas aja jangan sampai lupa!”

“Iya Loli bawel. Sekarang masih dikeringin itu.”

Loli ber’oh’ kagum. Padahal Zahra masih juga tampak tidak peduli sekitar, tapi ternyata gadis ini cukup peka juga. Kalau begitu Loli tidak perlu khawatir meninggalkannya seorang diri. Zahra cukup siaga jadi tak perlu risau kalau-kalau baju mereka hilang dicuri orang.

Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang