1 Day with Bangtan (5)

446 53 4
                                    

Bunyi teriakan kesal Taehyung dan Jimin membuyarkan lamunan Jungkook. Pria bermarga Jeon ini tersentak, secepat kilat mengalihkan fokusnya pada layar televisi.

GAME OVER

Sepenggal kalimat itu memenuhi permukaan layar, membuat pria ini ikut berteriak kesal. Sama sekali tak merasa jika petaka itu datang karena kecerobohannya.

“Jungkook-ah, paboyaaaa?!!!

Jika kalian berada di situasi dimana kalian sedang berusaha semaksimal yang kalian bisa, mengupayakannya dengan sungguh-sungguh seolah di ambang hidup dan mati, tapi salah satu dari tim kalian malah mengacau padahal pengacau itu terus berkomentar ini-itu, kira-kira bagaimana perasaan kalian?

Kesal, marah, jengkel, geram, gemas? Yah, itulah yang sekarang dirasakan Taehyung dan Jimin.

Terlebih Jimin yang sedari tadi terus-menerus diomeli Jungkook. Katanya cara bermainnya sangat buruk. Padahal sebenarnya.. hanya sedikit, tidak sampai sangat.

Pada akhirnya, mereka–Taehyung dan Jimin menyerbu si golden maknae, menciptakan kebisingan yang semakin mengganggu ketentraman. Tak peduli dengan lingkungan sekitar, terlebih pada gadis berhijab yang sedang bersusah payah mencari kesunyian.

Temannya sedang menelponnya. Bisa gawat jika sosok Loli yang di sana mendengar jejeritan para pria berjiwa bayi itu. Apalagi mereka adalah idolanya, jelas suara mereka akan terdengar familiar di telinga fangirl Loli.

Zahra menaikkan nada bicaranya. Bukan karena marah kepada Loli, dia hanya berusaha menutupi suara Jimin, Taehyung, dan Jungkook. Berharap usahanya ini berhasil.

Namun tetap tak bisa dipungkiri betapa dongkol hati gadis itu. Heran saja kepada ketiga pria di dalam, hanya bermain game kenapa sampai seheboh itu. Padahal sekarang ini Zahra sudah menjauh, dia di balkon, tempat dia berbicara dengan Seokjin tadi sore. Tapi bunyi vocal ketiga pria itu masih bisa terdengar sampai sini. Zahra tak habis pikir.

Yah, sekarang Zahra hanya bisa berharap semoga Loli tak mendengarnya.

‘Ra, lo lagi dimana sih? Rame amat?’

Nah, kan.. baru saja dibatin. Sudah kejadian saja.

“Oh, gue? Gue di.. beli martabak gue. Ngantri banget.”

Okay.

Zahra akui jika alasannya ini sangat tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak sempat berpikir logis. Beginilah jadinya jika dia sedang dilanda rasa gugup. Kalimatnya akan berantakan terkadang juga melantur.

Dari seberang sana, Loli terdiam. Tampaknya gadis itu menyadari kejanggalan ucapan Zahra. ‘Tapi Ra, ini di Korea. Emang ada yang jual martabak di sini?'

Zahra mengaduh merasa terpojok. Sungguh, dia tidak tahu harus menanggapi apa. Gadis itu tidak pandai berbohong.

“Loli, udah dulu ya! Gue mau ngurus sesuatu. Jangan lupa kirimin gue alamatnya! Gak pake lama ya! Gue tutup, bye Loli!"

‘Hey.. Ra-‘

Tut

Zahra membuang nafas lega setelah dibuat sesak nafas beberapa detik terakhir.

Hatinya menggumamkan kata maaf kepada Loli sebab memutuskan panggilan secara sepihak. Tapi tak ada cara lain, dia harus melakukannya. Loli tidak boleh tahu, setidaknya hanya untuk saat ini. Nanti, jika keadaan sudah memungkinkan, Zahra akan bercerita. Zahra janji.

Ya Salam..! Mereka ngapain sih, berisik banget?” Zahra menggerutu kesal. Sebal kepada ketiga pria yang masih asyik dengan dunianya.

Oh, sekarang mereka tidak lagi bermain game, tapi karaoke.

Nice To Meet YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon