Jalan Kita

211 31 16
                                    

Musim semi sudah hampir usai, menuju ke musim berikutnya yang sudah menunggu. Dedaunan di ranting pohon hampir menguning meski belum seluruhnya. Setapak jalan yang biasanya selalu tampak bersih kini juga ramai dihiasi helai-helai daun yang rontok diterpa angin. Musim hampir berganti, namun hati pria ini masih belum juga terobati.

Kenangan selama musim semi, keindahan akan hadiah yang diberikan berupa kedatangan gadis itu masih bersarang manis di tempat istimewa milik Jungkook. Belum ada suatu hal apapun yang dapat menggantikan. Terkadang Jungkook mencoba menghapus seluruh Zahra dari hidupnya, tapi ternyata tidak semudah yang ia duga.

Semenjak kepergian gadis itu Jungkook tidak lagi sama. Pria ini banyak berubah menjadi lebih pendiam dan kurang bergairah melakukan segala aktivitas.

Jungkook yang biasanya paling semangat di ruang latihan kini hanya pasif dan banyak diam. Dia yang sering berdiskusi lagu bersama produser dan para member belakangan juga jarang ditemukan. Selalu, setelah semua jadwalnya selesai, Jungkook tidak pernah absen keluar dorm, berkeliaran kesana-kemari tanpa pamit kepada yang lain sehingga membuat para hyung nya sering dilanda cemas tak terkira.

“Belakangan ini Jungkook semakin mengkhawatirkan. Kemana lagi dia sekarang?” Hoseok melepas sepatu sembari menyimak aktivitas Seokjin yang masih berusaha menghubungi Jungkook.

Mereka baru tiba di dorm setelah dari agensi melatih koreografi di lagu baru mereka. Gurat khawatir tercetak di wajah keduanya saat tak menemukan sosok Jungkook di dalam, padahal tadi maknae satu itu berpamitan lebih dahulu beralibi ingin segera pulang.

“Dia belum juga mengangkat.” Kata Seokjin.

Tubuh penatnya sudah ia bawa duduk di sofa, disusul Hoseok yang berkali membuang nafas lelah.

Dari pintu masuk, muncul wajah-wajah familiar tapi tidak membuat kedua pria ini puas lantaran tidak jua mendapati sosok yang mereka harapkan kehadirannya. Member yang lain masuk, tanpa keikutsertaan Jungkook.

Di sisi lain, di lokasi yang berbeda pria ini menapak, Jungkook berdecak sekali lagi ketika ponsel itu kembali berdering.

Kegiatan mencari ketenangan di Sungai Han terpaksa harus berhenti. Karena tidak ingin Seokjin terus-menerus menyebabkan ponselnya berisik, akhirnya Jungkook mengangkat panggilan itu.

Yeoboseyo.”

Yak! Kau kemana lagi kali ini!!’

Suara marah-marah langsung menusuk rungu Jungkook, secara reflek membuat pria ini menjauhkan ponsel dari telinganya.

“Hanya cari angin, hyung. Sebentar lagi juga aku pasti kembali.”

‘Jangan lama-lama. Kau butuh istirahat, Jungkook-ah.’

Jungkook menghela. “Ne, Jin hyung. Aku tahu apa yang aku butuhkan. kau tidak perlu khawatir.”

Terdengar hembusan nafas dari seberang telpon, kemudian suara Seokjin kembali masuk ke pendengaran.

‘Baiklah. Jaga dirimu dan cepatlah kembali. Udaranya semakin dingin.’

Setelah menjawab petuah Seokjin, Jungkook pun mengakhiri panggilan. Lalu manik pria tampan ini kembali menjangkau perairan hitam legam di hadapan. Kembali melalang buana memutar kenangannya bersama Zahra, tepat di lokasi yang pernah mereka duduki dimana saat ini Jungkook duduki juga.

Gadis itu benar-benar sudah mencuri separuh hatinya. Membawanya pergi tanpa tahu kapan akan dikembalikan lagi. Jungkook menengadah seraya mendengus tawa. Sungguh lucu sekali takdirnya diberikan kisah asmara setragis ini. Jungkook merasakan cinta, tapi cinta itu kandas bahkan sebelum ia memulainya.

Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang