이제 간다 (Sekarang Kau Pergi)

158 24 8
                                    

Seorang gadis berhijab kelabu berjalan tanpa arah. Jemari lentiknya menghapus buliran air mata yang jatuh di pipi. Dia melangkah tidak tahu kemana lantaran memang dia bukan lah penduduk asli daerah sini.

Di tengah badai dilema yang mendera betapa dia berterima kasih karena logikanya masih bisa diajak kerja sama. Zahra mengeratkan jaket yang dikenakan, berjalan semakin mantap ingin segera merealisasikan apa yang ingin dia lakukan.
Meski sakit hati itu masih bersarang, Zahra tidak berhenti mencoba menghalau supaya rongga dadanya tak begitu mengerang.

Bayangan wajah Seokjin beserta kata-katanya terus berseliweran. Sesekali berjaya melelehkan linangan di matanya. Ketegangan yang membelenggu pria-pria di ruang tengah kala itu, wajah sembab Loli, wajah sendu Jungkook, semuanya berputar silih berganti di memori Zahra seperti kaset yang rusak.

Jujur ada perasaan menyesal di lubuk Zahra mengenai perkataannya kepada sekumpulan pemuda di sana beberapa menit terakhir.

Dia bukanlah orang yang mudah terpancing emosi. Tatkala meluruskan sebuah persoalan, Zahra akan berpikir matang agar kata yang keluar bisa serasio dengan yang dibutuhkan. Bagus lagi jika bisa menjauhkan partisipan dari kesalahpahaman.

Tapi Zahra gagal sekarang. Tidak, mungkin bisa dikata dia belum berhasil. Dia yang terbiasa mengendalikan diri kini kelepasan. Satu sisi yang selalu ia perlihatkan kini meredup, kalah berperang dengan sisi kekanak-kanakannya, sisi egois dan ingin menang sendiri. Sisi pada diri manusia yang ingin selalu dipahami. Persona pada jiwa yang membutuhkan sokongan dan akuan dari orang lain.

Zahra berada dalam labirin emosi. Gadis ini tidak tahu jelas penyebab utama bisa jadi sesensitif ini. Apa karena dia sedang di masa period? Atau memang karena jerat masalah yang keterlaluan mencekiknya?

“Zahra!” Teriakan lantang menusuk ke pendengaran.

Mengenal betul siapa pemilik nada suara itu, kaki Zahra melangkah kian cepat. Alisnya menukik tajam, antara gelisah dan tidak suka jika pria itu nekad mengikutinya.

Jungkook, kenapa pemuda itu menyusulnya? Maukah lelaki itu berhenti?

Kenyataannya Zahra yang berhenti. Dipaksa begitu lantaran tangannya sudah dicekal erat oleh sosok lelaki yang sedari tadi terus ia abaikan panggilannya.

“Lepaskan aku, Jungkook-ssi.”
Jungkook menatap tegas. “Apa setelah itu kau akan tetap di sini dan tidak lari dariku? Tidak, kan?!”

Mendengar nada tinggi Jungkook, kerut kesal di wajah Zahra kian tampak. “Seharusnya aku yang marah. Tapi kenapa kau malah ikutan marah?!”

“Itu karena aku khawatir padamu, Zahra!”

Seketika gadis ini tercenung. Matanya memancar mencari kesungguhan Jungkook. Air wajah lelaki itu mencair, kini berubah sendu dan itu berhasil menjelaskan semuanya. Zahra sudah mendapatkan jawabannya.

‘Tidak. Jangan suka padaku.’

Zahra menyentak tangan kasar. Sungguh dia ingin segera lari menjauh dari Jungkook. Apalagi sadar saat jantungnya berdegup tidak normal gara-gara pengaruh yang Jungkook berikan.

Zahra harus cepat pergi dari radius Jungkook. Akan tetapi, seberusaha apapun dia, tautan jemari Jungkook di lengannya tidak semudah itu terlepas.

“Jangan pergi. Tetaplah di sini. Kita selesaikan permasalahan ini bersama.”

Pandangan Jungkook jatuh ke wajah sembab gadis dalam jangkauannya. Bercampur kalut ia menatap mata itu penuh makna. Sungguh Jungkook tidak bisa membiarkan Zahra kesulitan seorang diri.

“I can handle myself.”

But, I don’t!!” sentak Jungkook hampir putus asa. “Aku yang tidak bisa.”

Nice To Meet YouWhere stories live. Discover now