1 Day with Bangtan (3)

468 51 2
                                    

Semilir angin bertiup lembut, menerpa wajah rupawan pria bermarga Kim ini.

Waktu sore hari ini dia habiskan dengan berdiam diri di balkon dekat ruang tengah, dimana juga terdapat kehadiran Hoseok dan Namjoon. Mereka sedang menonton acara di televisi, entah acara apa Seokjin pun tak peduli.

Pria itu tengah tenggelam dalam samudra pikirannya. Menerawang kejadian-kejadian masa lampau, juga ucapan dari salah satu adiknya-Namjoon.

Gwenchana, hyung. Semua itu sudah berlalu. Kita berhasil melewatinya. Jangan terus dipikirkan yang nantinya malah menjadi beban.’

Teringat dengan masa sulitnya bersama member Bangtan, tanpa sadar membuat Seokjin menghela napasnya. Entah keberapa kali dia seperti ini namun hatinya tak kunjung tenang. Tak tahu harus bersyukur atau cemas setelah berhasil melewati masa-masa sulit itu.

Jujur, hatinya masih khawatir dengan masa depan mereka nanti. Akankah lebih baik atau justru malah memburuk.

Huh, rasanya dia trauma.

Tatapan Seokjin kian sendu selaras dengan kepalanya yang ikut tertunduk lesu. Dia masih bergeming dalam lamunnya. Terlalu asik hingga tak sadar jika ada seorang gadis yang telah sejak tadi berdiri di belakangnya.

Zahra meneguk salivanya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Zahra meneguk salivanya. Melihat Seokjin yang sepertinya dalam keadaan yang tidak baik membuat dia gugup sendiri. Ah, bagaimana ini?

Sebenarnya kedatangan Zahra kemari sebab dimintai bantuan oleh Yoongi untuk memberikan secangkir teh chamomile.

Saat ini, teh itu masih bertahan di tangan Zahra. Belum berpindah tempat kepada pemilik baru, Seokjin. Alasan lain mengapa dia menemui Seokjin yaitu ingin meminta maaf.

Zahra tahu jika perbuatannya tadi membuat Seokjin marah. Dia mengakui kesalahannya dan ingin memperbaiki itu. Tapi melihat gelagat Seokjin, yang sepertinya masih dilingkupi rasa kesal, membuat nyali Zahra menciut.

Seokjin yang sekarang dia hadapi tampak sangat berbeda dengan Seokjin yang memasak ramyeon bersamanya tadi pagi. Seokjin yang sekarang terlihat lebih mencekam bagi Zahra, auranya sangat muram.

Tak diduga, sosok pria yang humoris ini terlihat menyeramkan saat dia sedang marah. Ah, lagipula ini juga karena Zahra. Jika dia tidak menyelonong keluar Dorm, mungkin Seokjin tidak akan semarah ini.

Oppa.”

Akhirnya setelah mengumpulkan kembali keberaniannya, Zahra bisa memanggil Seokjin. Bahu Seokjin sedikit tersentak, sepertinya terkejut dengan suara Zahra.

Pria itu pun lantas menoleh, sedangkan Zahra, dia tak mampu untuk tetap berdiam diri lagi apalagi berbalik arah. Dia harus menghadapinya dan menyelesaikan semuanya. Ini juga demi ketenangan hatinya agar rasa bersalah yang sedari tadi menggerogoti bisa lekas sirna.

“Untukmu.” Tangannya menyodorkan cangkir putih berisi teh yang uapnya masih tampak mengepul.

Perlahan Seokjin menerima pemberian Zahra hingga cangkir itu telah berpindah tangan. Lalu dia berjalan menuju satu set meja dan kursi yang terpampang apik di balkon. Balkon ini cukup luas dan panjang, sehingga masih ada cukup ruang jika ingin ditambah beberapa perabotan.

Nice To Meet Youحيث تعيش القصص. اكتشف الآن