7. (a) Melacak Jejak Darah

59.1K 1.9K 69
                                    

A-apa maksudnya? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati atas pernyataan yang baru saja aku dengar dari bibirnya. Dia menginginkan aku? apa maksudnya itu adalah....

“Dengar” aku mencoba untuk terdengar tegas dengan suaraku “kalau yang ada dipikiranmu adalah seks lanjutan setelah malam itu kurasa aku tak bisa ikut denganmu” kutatap mata tenangnya lurus-lurus “kejadian waktu itu anggap saja murni sebagai insiden, salahmu sendiri kenapa mengaku-ngaku sebagai host, dan membuatku berpikir kau bisa aku manfaatkan.”

Suara tawanya terdengar lagi “Ini murni sebuah ajakan untuk menikmati keindahan Jepang Runee-chan, tapi jika pada akhirnya sekali lagi kita berakhir diranjang kurasa kita tidak dapat menyalahkan siapapun...ketertarikan seksual itu proses yang sangat alami bukan? Itu terkait bukan hanya antara aku dan kau seorang melainkan antara hormonku dan hormonmu yang saling bekerja sama untuk memihak pada segala yang bertentangan dengan akal sehat”

Ya! Aku tahu, kalaupun salah itu salahku sendiri kenapa bisa-bisanya gila dan jadi sangat sexual oriented saat sedang berada dinegeri orang, sial.  Reizen Ashida kembali membimbing langkahku, kami melesat masuk kedalam sebuah lift dan dia segera menekan tombol menuju lantai teratas yang mana setahuku merupakan bagian dari ruang servis dan penyeimbang gravitasi tinggi pencakar langit ini.

Segera sesudahnya lift melesat naik dengan kecepatan yang membuat perutku merasa digelitik dari dalam, rasa yang hampir mirip dengan apa yang kunikmati saat dia mencumbuku dan itu membuat pikiranku berkelana kesesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku pikirkan dengan serius. Quicky seks dalam lift yang bergerak, sekali lagi sial.

Aku mendengus sekilas, menertawakan isi pikiranku yang sering sekali mesum akhir-akhir ini.

Disaat yang sama kemudian aku merasakan genggaman kuat dari jemarinya meremas jemariku dan ketika aku mendongakkan kepala untuk melihat wajahnya, aku begitu terkejut menemukan figur itu terlihat sedikit kaku dan begitu- aku tak yakin untuk menemukan kesimpulan yang tepat dari ekspresi wajahnya itu tapi Reizen Ashida terlihat sangat merana...

“Malam itu, aku sedang mengantarkan mitra Amerika-ku untuk merasakan pengalaman mandi gel bersama hostess disalah satu klub dan aku melihatmu melintas didepanku...”

Aku terdiam bingung dengan arah pembicaraan yang dia mulai. Kenyataan kalau dia melihatku melintas didepannya dan langsung peduli, mau tidak mau membuatku mengerutkan dahi.

“Aku mengenali wajah seseorang yang mirip dengan wajahmu dalam sebuah lukisan lama dan kupikir malam itu aku menyangka wanita didalam lukisan itu telah hidup dan keluar berjalan-jalan di Kabuki-cho” Reizen Ashida tertawa lemah “aku ketika itu langsung memelukmu untuk membuktikan kalau aku tidak sedang bermimpi dan memang itu semua bukan mimpi.”

Wajah yang sama denganku. Dalam lukisan! Siapa?.

“Kita akan kesana.”

“Kemana?”

“Tempat lukisan itu berada” sahutnya tegas “Biei.”

Disaat yang sama lift berhenti bergerak dan membuka pintunya untuk kami, dan dia lagi-lagi menarikku keluar dengan gerakan cepat tanpa harus membuatku pontang-panting mengikuti langkahnya, hmm sudah kubilang kalau dia ninja! .

Langkahnya membawa menuju sebuah ruang berlantai pualam putih terang, seorang pria muda dengan gaya mirip kebanyakan salary man Jepang, menyambut kami dengan membungkukkan tubuh, dengan kaku aku membalasnya.

“Sudah siap?”

“Ya Tuan” aku mendengar lelaki muda bertampang klimis itu menjawab.

“Bagus” Reizen Ashida tampak puas dengan kabar itu, sementara aku semakin bingung dan berusaha menebak-nebak apa sekiranya yang akan dilakukan oleh Reizen Ashida. Apakah itu mengajakku menikmati keindahan Yokohama dari atas puncak Landmark tower?

Badless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang