14. (c) Kehilangan besar

41.1K 1.3K 108
                                    

sorry ... sorry ...sorry, lama banget ngelanjutinnya he he ... bikin yang baca dah pada lupa ya. yah maklum secara yang nulis angin-anginan idenya. Belum lagi saat dapet ide malah lagi sibuk bersama hobi lain yang gak mungkin bisa bikin saya nulis. Ya, iyalah, mana ada orang mancing sambil ngetik, kalo bisa mah hueebaaaat sangat deh.

Part ini belum selesai yah, masih disisain bagian penutupnya yang tentu aja gak sebanyak yang ini. Sengaja dibuat gitu demi kecantikan isi cerita <--- ini bahasanya rancu kayaknya ya. Udah deh, pokoknya nikmatin aja cerita gak jelas ini yang main hari isinya makin mengada-ada dan mirip dongeng, he he ... ciao all reader.

“Kira-kira apa yang akan dilaporkan cleaning service pada Ibunda Pangeran Tien jika melihat betapa kacaunya kamar ini, besok pagi?” aku bertanya pada pria yang sedang menindih dan sibuk melukis—dengan bibirnya—pada kulit tubuhku yang polos.

Sesi kedua bercinta kami sudah usai sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi tampaknya dia masih tertarik untuk membuatku membakar sampai habis hutan Kalimantan dan menjadi penyebab emisi karbondioksida terbesar di muka Bumi.

“Aku tidak peduli,” sahutnya dari punggungku yang jadi kanvas bagi lidahnya.

“Walau mereka akan mengeluh jika sepasang manusia mesum dan gila yang diijinkan masuk kedalam Paviliun bercinta bagai babi?” lanjutku ingin tahu.

Kekehan suara Reizen teredam oleh kulit punggungku, “Babi!” serunya, “tidak ada yang pernah mengatakan itu padaku, Runee-chan?”

Pelan kugedikkan bahu malas-malasan, tenagaku terkuras pada sesi pertama yang fantastis dan sisanya kembali harus kubayar mahal saat Reizen menuntut pertambahan waktu. Dan sepertinya semalaman ini aku akan terus menghadapi ‘tuntutan’, juga ‘tekanan’ dari Ninja seks-ku. Tapi tak apa, positifnya aku suka berada di bawah ‘tekanan’ dan di buat  ‘tertekan’ oleh Tuan Ninja. Siapa yang bilang underpressure itu membuat frustasi, tidak sama sekali, makna lain dari kata itu malah lezat sekali.

Aku bergerak perlahan untuk menghadap kearahnya. Reizen menahan tubuh dengan sebelah lengan dan membantuku berbalik dengan sangat hati-hati. Untuk beberapa saat kami hanya saling menatap, membaca ke dalam jiwa satu sama lain, mencoba menemukan alasan dari sekian banyak hal yang bisa membuat kami begitu terikat satu sama lain. Sesuatu, yang tidak pernah ingin aku cari tahu jawabnya sebelum ini.

“Runee-chan …”  Tuan Ninjaku buka suara dengan penuh keraguan, “Berjanjilah padaku untuk tidak meninggalkanku.”

“Aku …” rasa ingin berbohong muncul, tapi tatap matanya menunjukkan jika Zen-sama sedang memohon padaku. Sebelum ini, tak pernah aku merasa berjanji adalah hal yang sulit untuk dilakukan, tapi sekarang …

“Aku berjanji Runee-chan … aku tidak akan membatasimu dengan apa yang seharusnya aku lakukan—jika itu yang paling kau takutkan dalam hubungan ini.”

“M-maksudnya?”

“Kau akan tetap jadi dirimu.”

Aku menatap Reizen sambil mengernyit, pikiranku menduga-duga makna perkataannya itu … apa maksudnya aku tidak akan berganti kewarganegaraan?

“Aku membatalkan pengurusan bagimu untuk pindah kewarganegaraan dan berganti nama … kau hanya akan memakai nama Ashida jika kau memang menghendakinya, Sayang.”

Aku terkekeh, jelas senang dengan perkataannya. Ini penakhlukan yang sangat mudah. Ya Tuhan! Seks memang punya dampak ajaib … ucapkan terima kasih untuk semua hormon pemicu ledakan libido.

“Apa yang mengubahmu, Zen?” aku tak dapat menahan pertanyaan itu lebih lama. “Kau jelas bukan tipe yang terlihat mudah berubah.”

Bibirnya mengukir senyuman, kemudian dia menundukkan kepala untuk mengecup bibirku sekilas, meski dampaknya bagiku tidaklah seringan yang ia pikir.

Badless LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin