4. Kegilaan

80.9K 2.3K 56
                                    

WARNING!! INI PART BUKAN UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR YA!

DAN BUAT YANG TIDAK MAMPU MENTOLERANSI BACAAN EROTIS SANGAT TIDAK DIANJURKAN UNTUK MEMBUKANYA.

KETIMBANG NANTI MALAH MENGHUJAT AUTHOR LEBIH BAIK SEGERA MENUTUP SAAT MEMBACA PERINGATAN INI.

SEGALA SEBAB AKIBAT SETELAH MEMBACANYA BUKAN SEPENUHNYA TANGGUNG JAWAB AUTHOR LAGI, OKE.

Mobil melaju terus membelah jalanan Shinjuku. Melintas diantara gedung pencakar dan juga tempat-tempat umum lainnya, semakin lama semakin menjauh dari keramaian masuk kekawasan yang lebih menyerupai pemukiman elit dengan pagar tembok yang tinggi disisi-sisi jalan, beragam jenis pohon terlihat menyembul dari balik pagar besar itu.

"Kita mau kemana?" aku memutuskan untuk bertanya pada pria disebelahku saat tak kunjung menemukan ide tentang dimana kami akan menghabiskan waktu bersama malam ini.

"Kerumahku, ini didistrik Bunkyo" dia menjawab tenang.

Aku kembali membisu karena kaget karena dia bukan membawaku kehotel seperti dugaanku semula "Rumahmu!" ulangku bingung "kenapa kau membawaku kesana..."

Reizen tersenyum sekilas "Kau ingin melakukan perubahan besar bukan?" desahnya memastikan dan segera kusambut dengan anggukanku "Suatu perubahan bisa dimulai dengan melakukan hal yang tidak biasa, jadi aku akan membantumu menemukan suatu yang tidak biasa dengan mengajakmu kerumahku.."

Aku mengangkat sebelah alisku demi mendengar penjelasannya, menebak-nebak tentang apa sekiranya 'hal tidak biasa' yang akan kutemukan dirumah lelaki misterius ini. Sesuatu yang dirahasiakannya untukku sejak dia memutuskan untuk membantuku membuat perubahan dalam hidup, perubahan yang bahkan aku tidak tahu apa bentuknya.

Sudah kubilang aku cewek bego dengan pikiran bercabang kemana-mana yang suka ketipu sama kaum adam, jadi kalaupun sekali ini Reizen akan memperalatku untuk kepentingannya semata aku enggak akan peduli. Bodo amatlah, yang penting saat aku kembali ke Jakarta yang namanya sakit patah hati terlupakan, aku normal -diantara kegilaanku- dan enggak akan lagi terpengaruh sama berita infotainment yang ngebahas 'sibibir tebal' dengan lelaki 'sampah' dari masa laluku.

Lamunanku terhenti saat kulihat mobil yang kami tumpangi berhenti didepan sebuah gerbang tradisional bergaya khas Jepang seperti yang sering aku lihat-lihat di film-film Jepang klasik. Ya ampyuuuuun jangan bilang ini rumahnya. Aku bakalan tepuk tangan jika benar,itu artinya aku jalan dengan host super panas dengan darah campuran dan juga keturunan samurai.

"Kau keturunan keluarga Daimyo*?" aku bertanya tak sabar, dari bentuk arsitektur rumahnya bisa kupastikan kalau dia salah satu keturunan dari keluarga Daimyo dimasa keshogunan Tokugawa atau malah dari era yang lebih tua lagi.

Reizen Ashida menoleh kearahku dan tertawa kecil sekilas sebelum membuka pintu "tidak" sahutnya "tapi diera restorasi Meiji kakek buyutku membeli properti ini dari salah satu klan keluarga Daimyo yang jatuh miskin dan memilih pindah kedaerah lain."

Jika kakek buyutnya saja mampu membeli properti semewah dan sekuno ini, berarti dia berasal dari keluarga kaya. Tapi kenapa dia jadi host? Aku membatin sendiri didalam hati.

"Secara turun temurun keluargaku adalah saudagar dari Yokohama" seakan tahu dia menjawab pertanyaan yang tidak aku suarakan, dia bergegas keluar dari dalam mobil. Aku ikut menyertainya melakukan hal yang sama, dan menjadi lebih terperangah lagi saat menyadari dimana mobil berhenti.

Rumah keluarga Ashida benar-benar bergaya tradisional Jepang, disekeliling rumah aku melihat aneka pohon dan bunga ditanam dengan rapi dan penuh perhitungan. Dibalik gundukan tanah tinggi yang membentu replika bukit-bukit kecil ditanam pohon ginko dan maple yang seluruh daunnya mulai memerah karena sudah hampir masuk kemusim gugur. Sebuah jembatan lengkung berbahan kayu melintas diatas anak sungai buatan, aku melihatnya saat kami melangkah melintasi ruang transisi berupa beranda terbuka yang cukup luas untuk ukuran beranda dikenyakan rumah keluarga Jepang lainnya.

Badless LoveWhere stories live. Discover now