2(b) Lost in Kabukicho

67.2K 2.4K 29
                                    

Terkutuklah semua kaum lelaki yang dekat denganku.

Mereka cuma mahluk pembawa kesialan beruntun dalam kehidupan ini.

Aku terus memaki-maki dalam hati sambil menelusuri jalan. Benar-benar buta arah sama sekali, aku bahkan enggak punya ide mau kemana dan enggak yakin kalau aku tidak akan menghilangkan diriku sendiri disini.

Kudekap erat tas tanganku didepan dada, mataku meliar saat mendengar suara-suara panggilan kaum Adam yang menyapa ramah dari muka pintu klab mereka masing-masing.

Ah! Ya Tuhan, Hegel benar-benar kelewatan meninggalkan aku disini.

Dan berani-beraninya dia mereject panggilan teleponku ketika aku menghubunginya.

Aku terdiam kaku saat merasakan satu tangan memelukku dari belakang.

Itu bukan lengan milik Hegel, lengannya tidak sekokoh dan seberotot ini.

Kudongakkan kepala untuk menatap siapapun yang sedang mendekapku itu dan aku jadi sangat terkejut saat menemukan fakta kalau lelaki itu sangat dan sangat tampan.

..........................

Aku duduk mematung didalam sebuah ruangan pribadi bersamanya dan mulai mempertanyakan tingkat kewarasanku karena sudah berani tidak mengindahkan pesan mama yang sudah kupelajari sejak aku kecil.

Jangan pergi dengan orang asing, jangan menjawab sapaan orang tidak dikenal dan cepat-cepat menghindar kalau menghadapi situasi berbahaya.

Aku telah melanggar semuanya.

Lelaki itu membuka tutup botol beer dan kemudian menuangkan isinya kedalam gelas dengan gerakan terampil.

Dia kelihatannya sebaya denganku, usia penghujung dua puluh atau malah sudah berada diawal tiga puluhan.

Dari raut wajahnya aku yakin kalau dia bukan murni berdarah Jepang. Entahlah, tapi aku merasakan kalau ada kesan Internasional yang kuat diantara dominasi wajah ras Asia timurnya itu, lagipula bahasa Inggrisnya benar-benar sempurna tanpa ada aksen Jepang yang aneh.

“Minum” suruhnya dalam bahasa Inggris.

Aku mengangguk pelan sambil menerima gelas yang diulurkannya.

“Kuharap kau tidak keberatan,” kalimatnya terputus ragu aku menatapnya sekilas dan tetap diam seribu bahasa “bahaya bagi orang asing jalan sendirian ditempat ini, aku melihat kalau beberapa host muda sempat berusaha mengincarmu dari belakang..”

Kalimatnya terhenti lagi, dan aku tetap diam mendengarkan dengan baik.

“Kau bisa saja dijebak oleh mereka untuk masuk kedalam klub, ditawari minum sampanye mahal dan mungkin saat kau tersadar kau terpaksa harus kehilangan banyak uang untuk membayar minumannya...”

Aku langsung meletakkan gelas berisi bir yang belum kusentuh diatas meja.

“Aku belum meminumnya” kataku panik “jadi aku tidak harus membayarnya bukan!”

“Hhhhhfffff..” lelaki itu menutup mulutnya sambil menahan suara tawa yang keluar saat aku mengatakan hal itu “tenanglah” katanya “itu gratis.”

Badless LoveWhere stories live. Discover now