5. (a) After

72.6K 2.1K 39
                                    

“Seruniiiiiiiii….bumi memanggilmu sayang…”

“O-oh!” seruku tergagap, mataku mengerjab sebentar dan aku kembali memfokuskan segenap perhatian pada bosku tercinta yang balik menatap meneliti padaku dengan kedua alis bertaut.

“Kamu enggak konsen…sebenarnya apa yang terjadi?” desaknya dengan wajah mulai sedikit cemas “kamu enggak sakitkan?”.

Hegel selalu seperti itu setiap kali melihat keanehan muncul pada diriku, masalahnya mungkin keanehan kali ini terlalu kentara untuk ditutupi.

Lagi pula apa yang bisa kulakukan pada tubuh yang masih lemas dan menggelenyar layaknya pudding kenyal yang diguncang.

Apa penyebabnya? Kurasa seluruh duniapun sudah tau tentang rahasiaku, aku mengangkat kedua telapak tangan dan menempelkannya kewajahku, suhu pada bagian itu bahkan terasa sedikit lebih panas dari biasanya. Aku kemudian menghela nafas panjang tak berdaya, ini efek dari pengalaman cabul pertamaku semalam, benar-benar luar biasa, oh sialan…aku benar-benar enggak bisa melupakannya begitu saja.

………………….

Aku bisa merasa kalau Reizen membaringkanku diatas bidang empuk yang sejuk, aku yakin itu adalah ranjang kamarnya. Sedetik setelahnya aku merasakan kalau tempat itu berguncang dan kehangatan dan aroma teh kembali membalut tubuh polosku erat.

Aku tahu dia melakukannya, memelukku sepanjang malam tanpa terpancing untuk berbuat lebih.

Benar-benar pria sempurna untuk menikmati malam yang indah. Dan yang kulakukan dimalam itu hanyalah berbaring pasrah dalam pelukan Reizen ‘Ninja Cunnilingus’ Ashida. Mengisi paru-paruku dengan sebanyak-banyaknya aroma bergamot dan teh yang menenangkan, meski demikian hati kecilku tahu kalau begitu pagi menjelang semuanya akan berakhir begitu saja.

Inilah hebatnya cinta satu malam, kepercayaan tanpa komitmen dan akhir yang indah, kesenangan untuk sesaat, dalam kasusku kenikmatan ini adalah semacam obat langka nan mujarab untuk sakit akibat patah hati.

Malam itu, dalam dekapan lelaki Jepang paling seksi,  pria pertama yang menyentuhku secara intim, dengan mata yang terpejam pikiranku mengembara kemana-mana sampai akhirnya kesadaran menghentikan semua pikiran-pikiran itu.

...................................

Pagi datang membawa kesadaran  datang dengan cahaya mentari  yang menembus tirai sutra putih. Aku menggeliat perlahan dan merasakan tidak ada kehangatan dan aroma milik seseorang yang menahan gerakan itu, begitu bebas dan lapang.

Aku tersenyum masih dengan mata yang terpejam, ‘apa yang kau harap?’ suara pikiran logis terdengar sinis, menghina harapan hati. Aku bangun dan duduk sambil mendekap lutut selama beberapa menit, menyembunyikan kepala diantara kedua lutut, menahan keinginan untuk menumpahkan air mata.

 C’mon dia seorang host paling mahal dari Kabukicho, tak akan ada yang bisa menghindar dari ketertarikan alami padanya sampai akhirnya pagi datang dan jam kerjanya usai.

Aku ingin sekali menghentikan perasaan konyol karena merasa dicampakkan satu kali lagi. Kesenangan semalam bukankah itu pilihanku sendiri. Dan memang semalam sangat menyenangkan. Aku mengangkat kepala dan kemudian menyeka mataku yang berkabut dan saat itulah aku baru menyadari kalau aku tidak sendirian didalam kamar ini.

………………………………

“Terima kasih” ucapku saat seorang pelayan menuangkan teh Gyokuro* kecawan minumku, disebelahku, pengurus rumah tangga keluarga Ashida seorang  ibu paruh baya berdiri dalam balutan kimono formal berwarna biru gelap, memberi perintah pada para pelayan untuk menyiapkan segala keperluanku sejak aku bangun tadi.

Badless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang