THE DARK PRINCE | 0.2

933 69 2
                                    

...Beribu tahun setelahnya...

"Ibu!" Seorang gadis cantik bangun dari tidurnya saat mendapatkan mimpi buruk yang sama hampir di setiap hari nya.
Sang ibu yang mendengar teriakan putrinya, tentu menghampiri Sang putri. Ia memeluk putrinya, Amaira. Menyalurkan ketenangannya.

"Mimpi yang sama lagi sayang?" Tanya Sang Ibu.

Amaira menganggukkan kepalanya. Takut, hanya itu yang ia rasakan, mimpinya bagaikan kejadian nyata yang sulit ia lupakan, bagaimana tidak? Mimpi itu muncul terus menerus.
Kulitnya terbakar, sebuah panah mengenai jantungnya, dan saat itu juga ia berubah menjadi abu. Semua itu Amaira lihat dalam mimpi. Gadis yang merubah dirinya menjadi abu itu sangatlah mirip dengannya.

"Ibu...dada amaira kenapa sakit terus ya?" Tanya Amaira, ia memegang dadanya dengan kedua tangan.

Ibu Amaira, yakni Leona hanya bisa diam mendengar pertanyaan anaknya. Sedari kecil, Amaira selalu merasakan rasa sakit di bagian dadanya. Setiap kali Leona membawanya ke rumah sakit, tak ada satupun dokter yang berhasil mengungkapkan penyakitnya.

"Amaira tahan aja ya..."

"Iya bu" Amaira menarik nafasnya kemudian membuangnya, "Ibu, aku mau siap-siap, aku harus kesekolah hari ini"

Setelah mendapat balasan berupa anggukan kepala, Amaira turun dari kasurnya. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sementara itu, Leona keluar dari kamar Amaira, ia berjalan menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk putri kesayangannya.

Selang beberapa menit, Amaira keluar dari kamarnya, ia sudah memakai seragam sekolah, serta tas yang berada di punggungnya. Gadis cantik itu menghampiri ibunya, meluangkan waktu untuk sarapan, kemudian segera menyalami ibunya sebelum berangkat ke sekolah.

Amaira selalu berangkat ke sekolah sendirian dengan berjalan kaki, dia tidak seperti temannya yang memiliki kendaraan untuk ke sekolah. Beberapa hari yang lalu, sepeda Amaira dirusak oleh pengganggu di sekolah, tapi bukannya jujur kepada ibunya, Amaira malah mengatakan bahwa sepedanya hilang.

Setelah sekitar tujuh menit berjalan kaki, akhirnya Amaira sampai di sekolah. Ia selalu berangkat lebih pagi dari rumahnya, dan sampai pada saat keadaan di sekolah masih sangat sepi.

Amaira pun melangkahkan kaki menuju kelasnya. Ia duduk di bangkunya, dan hanya diam menunggu sampai jam pelajaran di mulai.
Amaira tidak memiliki teman di sekolah, ia selalu dijadikan bahan penindasan murid lainnya. Amaira sendiri tak tau apa alasannya, tapi mereka sangat suka mengganggunya. Baik diam ataupun berbicara, Amaira selalu saja di ganggu. Ingin bicara kepada guru pun rasanya sulit, karena Amaira takut.

"Guys!! Ada murid baru!"

Amaira menoleh ke luar jendela saat mendengar suara murid lain dari luar. Ia melihat lima orang murid baru di bawah sana. Tiga laki-laki dan dua perempuan, dan entah mengapa Amaira seperti mengenal pria yang berada di tengah. Disaat pria itu menoleh ke jendela tempatnya menatap kelima orang itu, Amaira langsung mengalihkan pandangannya, ia kembali duduk di tempatnya.

♛ ♛ ♛

"Anak-anak, silahkan ke lab kimia" Suruh Bu Tyas.

Semua murid di kelas 12-03 segera mengambil jas lab mereka kemudian melangkah keluar kelas menuju lab kimia. Di antara semua murid yang pergi terlebih dahulu tadi, hanya Amaira yang pergi paling akhir, ada beberapa temannya yang meminta kepadanya untuk membawakan buku mereka, dan itu membuat Amaira sedikit kesulitan karena banyaknya buku yang ia bawa.

Sesampainya di lab, ia memberikan buku itu kepada pemiliknya, kemudian segera duduk di bangku paling pojok di belakang. Tak lama kemudian, murid dari kelas 12-01 juga masuk kedalam lab. Jadwal pembelajaran kimia mereka sama dengan jadwal kelas Amaira. Karena laboratorium juga luas, mereka dapat berbagi tempat duduk dengan murid 12-03.

"Ih ganteng banget"

"Ya ampun, cool"

"Mereka keren ya"

Amaira hanya bisa mendengar ucapan murid-murid lain, sebab sedaritadi dia hanya menundukkan kepalanya sambil menggambar sesuatu di bukunya.

"Amaira zeora" Panggil Bu Tyas.
Amaira lantas mendongakkan kepalanya menatap Bu Tyas, di samping Bu Tyas ada lima orang murid baru yang pagi tadi Amaira lihat.
"Izinkan mereka duduk bersama kamu" Suruh Bu Tyas.

Yah, Di antara banyaknya kursi di meja panjang pojok belakang, hanya dirinya sendiri yang duduk disana. Lantas Amaira pun menganggukkan kepalanya, ini akan menjadi kali pertama ia duduk bersama orang lain di sekolah.
"Iya bu" Ucapnya.

"Baiklah, kalian berlima bisa duduk disana"

Mereka berlima menganggukkan kepala, lalu melangkahkan kaki menuju meja tempat Amaira berada. Amaira sendiri merubah posisinya, ia duduk paling pojok dekat jendela, di sampingnya si dua gadis murid baru, dan di hadapannya ketiga lelaki murid baru.

Selama pembelajaran di mulai, Amaira hanya bisa terdiam, begitupun lima orang lainnya. Amaira merasa ia duduk di antara para manusia jadi-jadian yang dingin. Mereka berlima sangat dingin, mereka tidak mengeluarkan suara bahkan sedetikpun. Saat Bu Tyas mengabsen, mereka hanya mengangkat tangan sebagai pertanda bahwa mereka hadir.

"Kerjakan apa yang ibu perintahkan, buat laporannya, lalu berikan kepada ibu. Tugas kelompok ini di kerjakan bersama teman sebangku kalian, mengerti?" Jelas Bu Tyas

"Mengerti Bu" Balas semua murid di lab, terkecuali kelima orang itu beserta Amaira.

"Jadi... Siapa yang akan menulis laporannya?"

Semua murid menoleh ke bangku belakang saat mendengar suara gadis disamping Amaira. Ini pertama kalinya ia berbicara, suaranya terdengar tegas dan dingin.

"Kalian kerjain aja, aku bantu tulis laporannya" Ucap Amaira sambil tersenyum. Sedari tadi, Pria di hadapan Amaira menatapnya tanpa berhenti, Amaira tau itu, namun ia tidak ingin mempermasalahkannya.

Mereka pun menganggukkan kepala, kemudian melanjutkan tugas yang diberikan oleh Bu Tyas.

"Kita belum berkenalan sebelumnya, siapa namamu?" Tanya gadis yang berbicara tadi.

"Aku?" Tanya balik Amaira, yang dibalas anggukan oleh mereka berlima, "Aku Amaira, kalian?"

"Aku Rebeca, di sebelahku ini Jessalyn, lelaki dihadapanku adalah Leandro, dia Aaron dan lelaki di hadapanmu adalah Arthur..."

DEGH!

Jantung Amaira berdetak lebih kencang saat mendengar nama Arthur, Dadanya terasa sesak tanpa sebab. Ia kembali merasakan sakit pada dadanya, dan membuatnya terjatuh. Lantas semua orang disana terkejut. Arthur yang melihat Amaira terjatuh lantas segera membantu gadis itu berdiri.

Dingin, hanya itu yang Amaira rasakan saat tangan Arthur menyentuhnya. Sentuhan dan tatapan Arthur, membuat rasa sakit di dada Amaira perlahan menghilang.

"Kamu sakit, Amaira?" Tanya Bu Tyas saat menghampiri Amaira, "Mari, ibu antar kamu ke UKS"

Amaira dibantu oleh Bu Tyas, mereka berdua melangkahkan kaki keluar kelas. Setelah kepergian Amaira, Arthur menatap wajah Rebeca, begitupun empat yang lainnya.
"Dia orangnya, Arthur" Gumam Rebeca.






~BERSAMBUNG~

Mau lanjut??
Tunggu apa lagi? Ayo vote supaya tau kelanjutan kisahnya!!!

Jangan lupa di follow juga yaaaaa!!!
Gak vote? Gak follow? Gak aku lanjut juga chapter nya><

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now