THE DARK PRINCE | 1.6

416 30 0
                                    

"Panggilan ditunjukkan kepada siswa atau siswi yang bernama, Anggara radian, Daisy chintya, Anggita pramata, Nicholas..."

Suara yang menyebutkan nama-nama tersebut berasal dari ruang tata usaha di sekolah. Di dalam kelas Amaira, semua nama yang disebut lantas menoleh ke arahnya. Namun, Amaira yang saat itu masih dikuasai oleh Athaya hanya bisa tersenyum miring menanggapi hal itu.

"Sean Eduardo, Lilian cantika, dan terakhir Amaira Zeora, agar segera menuju ke ruang Bimbingan Konseling"

Di sisi lain, Kelima vampire yang mendengar hal itu, terkejut karena mendengar nama Amaira di sebut. Mereka semua saling menoleh karena bingung. Namun karena guru di kelas menegur mereka, mereka kembali fokus kepada apa yang tengah mereka kerjakan.

Beberapa orang yang tadi disebutkan, segera berdiri dari tempat mereka masing-masing. Wali kelas mereka yang tengah mengajar pun dibuat bingung karena hampir semua anak walinya, dipanggil ke ruang bimbingan konseling sekolah. Lantas Bu Naura, ikut berdiri dari tempatnya, ia menoleh ke arah anak walinya yang berdiri kebingungan.
"Kalian melakukan kesalahan?" Tanya Bu Naura.

Mereka semua menggelengkan kepalanya, terkecuali Amaira. Hal itu mengundang perhatian mereka semua.

"Ini pasti gara-gara lo kan? Pasti tentang masalah tadi" Kesal Daisy, "Bu, amaira dorong saya sampai saya pingsan bu" Adunya.

"Stop, kita semua udah di panggil, lebih baik kita cepet-cepet ke ruang BK, daripada dapet hukuman" Ujar Sean.

"Ibu ikut" Ucap Bu Naura, "Buat yang lain, kalian kerjakan apa yang ibu suruh" Lanjutnya, kemudian segera berjalan keluar kelas, disusul oleh murid-murid yang tadi dipanggil ke ruang BK.

♛ ♛ ♛

Ini sudah jam istirahat, dan mereka semua masih berdiri di depan ruang BK karena masalah yang diadukan oleh Amaira. Di antara banyaknya orang disana, hanya Amaira, Sean dan Lila lah yang diberikan kesempatan untuk duduk.

Lila, dan Sean adalah saksi mata atas kejadian-kejadian pembullyan di sekolah, sementara Amaira sendiri adalah korbannya. Dan semua murid di depan ruang BK adalah tersangka utamanya. Mereka semua hanya bisa menunduk malu, apalagi kini sudah banyak murid yang keluar dari kelas mereka untuk memperhatikan kejadian langka tersebut.

"Perundungan, dan pelecehan, sebelumnya tidak pernah terjadi di sekolah kita. Tapi.. Kalian melakukan hal itu dan mempermalukan nama baik sekolah kita" Ujar Pak Hendra, selaku guru BK kelas tingkat akhir, "Amaira, apa kamu yakin bahwa mereka yang sudah melakukan hal itu kepada kamu?" Tanyanya.

Amaira menganggukkan kepalanya, "Tidak hanya kepada saya pak, banyak adik kelas yang mereka perlakuan sama seperti saya" Jawabnya.
Guru-guru disana hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar kelakuan para pembully itu.

"Sebelumnya, saya ingin sekali mengatakan hal ini kepada bapak atau ibu guru disini. Tapi saya takut pak, bu" Ucap Amaira dengan nada pelan. Jika sebelumnya, Athaya lah yang mengungkapkan semua itu, kini tinggal dirinya yang melanjutkan permasalahannya ini, "Daisy, mengancam akan memecat ibu saya yang bekerja dirumahnya. Anggi akan terus mengganggu saya jika saya mengadu, Anggara pernah mengancam akan melecehkan saya kembali jika saya mengadukan hal ini, hal yang sama dilakukan oleh yang lainnya pak. Saya takut"

Pak Hendra menghela nafas kasar, lalu menoleh ke arah Sean dan Lila, "Lalu, apa kalian pernah melihat Amaira di bully?" Tanyanya.

"Iya Pak" Kompak mereka berdua.

"Kalau lila mungkin baru-baru lihat, tapi kalau saya sering pak. Saya juga ingin mengadu tapi Amaira terus melarang saya, jad-"

"Kami juga bersaksi atas perundungan ini pak" Ujar Aaron yang datang bersama keempat saudara angkatnya, "dan saya yakin, masih banyak orang yang mengetahui tentang hal ini"

"Mereka sudah banyak melakukan kesalahan di sekolah ini pak. Apa bapak dan ibu akan membiarkan hal ini terus menerus terjadi di sekolah kita?" Tanya Jessalyn.

"Pak, bu... Amaira sudah banyak mendapatkan perlakuan kasar disini. Pada hari dimana kami pindah ke sini, kami sudah melihat banyaknya kejadian berupa perundungan disini. Entah itu dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan, mereka sama-sama tidak memiliki sisi kemanusiaan di dalam dirinya" Ujar Rebeca.

"Masih banyak anak lain yang mendapatkan perlakuan seperti itu di sekolah ini pak" Kali ini yang berbicara adalah Leandro. Dia juga sudah banyak melihat kejadian seperti itu di sekolah, bahkan terkadang dia suka menjahili mereka 'si pembully' dengan cara menakut-nakuti mereka dengan benda yang ia gerakkan.

"Bapak dan ibu sudah mendengar semua yang kita keluarkan dari mulut kita. Sampai disini, bapak ingin membela mereka? Atau akan menghukum mereka atas apa yang mereka perbuat?" Tanya Arthur.

"Hukum mereka pak!" Teriak salah satu murid pria di sana. Hingga yang lain ikut menyahut.
"Hukum!!"

Amaira tersenyum senang mendapatkan banyak pembelaan. Sebelumnya, ia sama sekali tak pernah mendapatkan pembelaan seperti ini. Saat dirinya diperlakukan tak benar, Teman-teman lainnya hanya bisa terdiam melihat hal itu. Tentunya Amaira sakit hati, dan kini ia terharu mendapatkan banyaknya pembelaan.

♛ ♛ ♛

Amaira berlari menuju pembatas rooftop, dia merasa dirinya sudah bebas dari pembullyan saat pihak sekolah mengatakan bahwa mereka akan menscorsing Daisy dan yang lainnya.

Arthur yang berjalan dibelakangnya tersenyum melihat kebahagiaan Amaira. Ia lantas menghampiri gadis itu, menyandarkan tubuhnya di pembatas rooftop sambil menatap wajah cantik Amaira.
"Apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanyanya.

"Bahagia" Jawab Amaira sambil tersenyum senang, "Tapi sedikit sedih, kasian mereka gak bisa belajar lagi di sekolah"

"Mereka tidak pantas sekolah di sini, harusnya mereka dibawa ke sekolah rehabilitasi remanja" Ucap Arthur.
Amaira hanya tertawa pelan mendengar ucapan Arthur. Kemudian ia mengusap kalung bixbite nya, "Terimakasih Athaya" Ucapnya.

"Kamu berterimakasih kepada diri kamu sendiri?" Tanya Arthur.

"Maybe" Jawab Amaira, "Jadi... Mulai hari ini aku gak bakal di ganggu sama mereka lagi kan?"

Arthur menganggukkan kepalanya, matanya menoleh ke bawah, menatap orang-orang yang tengah bermain sepak bola di lapangan.

Amaira yang tersadar akan sesuatu pun lantas bertanya, "Kamu kan vampire ya, terus kenapa gak bisa kebakar sinar matahari?" Tanya Amaira.

Arthur mengeluarkan kalung yang tersembunyi di balik seragamnya, ia memperlihatkan kalung berwarna merah itu kepada Amaira.
"Ini, sama seperti kalungmu. Ayahmu memberikan ini kepadaku dan yang lainnya" Jawab Arthur, "Kalung ini melindungi kami semua. Hanya keluargamu saja yang memiliki kalung ini"

"Aku? Emang ayahku masih ada?" Tanya Amaira.

"Ayah Athaya" Jawab Arthur.

Amaira terdiam cemberut. Dia pikir ayahnya yang masih ada, walaupun ia berharap ayahnya kembali, Amaira yakin bahwa ayahnya tak akan pernah kembali.

"Kamu bisa bertemu ayahmu jika ingin. Dia Raja yang muncul di dalam mimpimu. Raja Acheron Lavana"





~BERSAMBUNG~

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now