THE DARK PRINCE | 1.1

463 31 1
                                    

"Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi.. Aku ingin segera menyatakan perasaanku kepada reinkarnasi putrimu, Amaira" Ujar Arthur.
Hari demi hari sudah ia lewati untuk mendekatkan dirinya dengan Amaira, Arthur sudah tak tahan lagi ingin menyatakan perasaannya, memberikan cintanya yang belum sempat ia berikan kepada Athaya nya dulu.

"Kenapa kau mengatakannya kepadaku, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, Arthur" Ucap Acheron, "kau pernah menjanjikan kebahagiaan untuk putriku dulu, kau harus segera menebusnya. Dia bereinkarnasi bukan untuk menghadapi kutukan dari ayahmu, tapi dia bereinkarnasi untukmu" Lanjutnya.

Arthur mengangguk, "Akan kupastikan Amaira selalu bahagia bersamaku. Aku akan mencintainya seumur hidupku"

"Tapi Amaira adalah manusia, dia tidak mungkin bisa bertahan denganmu yang abadi" Ujar Aaron sambil melangkahkan kakinya mendekati Acheron dan juga Arthur, "Kau harus memikirkan banyak hal sebelum mengungkapkan perasaanmu itu. Pertama, kau harus ingat kalau dunia kalian berdua berbeda. Kedua, kau harus jujur siapa dirimu yang sebenarnya, bagaimana jika dia takut kepadamu saat tau bahwa kau bukan manusia biasa?, dan terakhir... Amaira belum tentu ingin menerimamu"

"Jangan seperti itu Aaron, ayah yakin Arthur bisa meraih cintanya kembali" Ucap Acheron, ia memegang kedua pundak Arthur, "Kejarlah apa yang ingin kau kejar, Arthur"

Arthur terdiam bingung seraya menatap lapangan luas di hadapannya. Dia teringat akan perkataan Aaron kepadanya kemarin. Ingin sekali Arthur mengungkapkan perasaannya itu kepada Amaira, tapi apa yang dikatakan oleh Aaron membuat dirinya ragu.

Apakah mungkin Amaira juga menginginkannya? Bagaimana jika Amaira tidak mencintai dirinya selayaknya dia mencintai Amaira?

"Huft..." Memilih untung tidak terlalu memikirkannya, Arthur segera bangkit, ia melangkahkan kakinya pergi dari kursi taman belakang sekolah. Dirinya berjalan melewati koridor untuk segera pergi ke kelasnya.

"AMAIRA AWAS!"

Arthur berbalik badan saat mendengar suara teriakan yang memanggil nama Amaira. Ia terkejut saat melihat seseorang yang hendak melemparkan tempat sampah dari lantai atas. Lantas Arthur berlari, memeluk Amaira.

Tempat sampah besar itu mengenai punggung belakang Arthur. Tidak sakit sama sekali, yang penting dia sudah berhasil menyelamatkan Amaira. Amaira sudah selamat saja cukup baginya.

"Arthur!" Kaget Amaira, dia menatap wajah Arthur yang sama sekali tidak memperlihatkan raut wajah kesakitan. Amaira lantas memutar tubuh Arthur, mengecek apakah terjadi sesuatu pada punggung pria itu.

"Aku tidak apa-apa, sudahlah.." Ucap Arthur.

"WOY! TURUN LO KALO BERANI, JANGAN BISANYA NGEBULLY ORANG MULU!" Teriak Sean kesal, dialah yang tadi berteriak memanggil nama Amaira.

Arthur mendongak melihat lantai atas, Lagi-lagi Anggi lah yang mengganggu Amaira. Merasa bahwa dirinya tak bisa lagi membiarkan Anggi mengganggu gadis yang ia cintai, Arthur lantas menggunakan kemampuannya menyakiti seseorang. Dan tiba-tiba saja Anggi memegang dadanya yang terasa sakit.

Melihat reaksi kesakitan yang dikeluarkan oleh Anggi secara tiba-tiba, mereka semua yang melihat kejadian tersebut terkejut. Amaira langsung mengarahkan matanya ke mata Arthur, garis bola mata Arthur berubah memerah. Hal itu makin membuat Amaira terkejut, saking terkejut nya bahkan kakinya melemas, aura wajah Arthur terlihat menyeramkan dimatanya, lalu kenapa yang lain tidak melihat hal itu dari Arthur?

BRAK!

Amaira tanpa sengaja menyenggol tempat sampah yang terjatuh tadi, dirinya juga hampir terjatuh kebelakang jika Sean tidak menahannya.

Arthur langsung menoleh ketika melihat Amaira disentuh oleh pria lain. Dan dengan cepat, Arthur menarik tangan Amaira, membawanya pergi dari sana menuju lorong gelap.

Amaira memundurkan tubuhnya saat Arthur melepas genggaman tangannya. Takut? Tentu saja iya, baru kali ini Amaira melihat aura wajah seseram itu dari manusia.

Atau mungkin Arthur bukanlah manusia? Itulah yang berada dipikirannya saat ini.

"K-kamu.. Siapa?" Tanya Amaira.

"Arthur" Jawab Arthur dengan tenang, "Amaira, aku tau apa yang kamu lihat barusan. Tidakkah kamu menyadari sesuatu? Hanya kamu yang dapat melihat siapa diriku di antara banyaknya orang disana"

"Makhluk macam apa kamu ini?" Tanya Amaira lagi, dia sungguh kebingungan. Pikirannya kini sudah teralih kemana-mana, kepalanya pusing, dan pandangannya juga mulai memburam.

"Amaira!"

Suara itu yang terakhir kali ia dengan sebelum semua pandangannya menghitam.

♛ ♛ ♛

Arthur berjalan kesana-kemari menunggu dokter UKS memberikan informasi tentang Amaira kepadanya. Disana tak hanya ada dirinya, ada Sean dan keempat saudara angkatnya juga. Mereka datang setelah melihat Arthur menggendong Amaira sambil berlari ke UKS.

"Arthur" Panggil dokter.

Arthur yang mendengar itu segera berbalik badan, dia melangkahkan kaki mendekati dokter itu.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Arthur.

"Dia tidak apa-apa.. Mungkin hanya kelelahan saja. Ngomong-ngomong Amaira mencari kamu di dalam" Jawab dokter.

Tanpa berkata-kata lagi, Arthur segera masuk kedalam sana. Sean juga tadinya ingin masuk, namun Jessalyn menahannya, ia hanya ingin Arthur berbicara dengan Amaira berdua saja.

Disinilah Arthur sekarang, di samping ranjang UKS menunduk menatap Amaira. Amaira juga melakukan hal yang sama, yakni menatap Arthur. Dia masih penasaran dan menganggap bahwa dirinya berhalusinasi, tapi dia juga yakin bahwa dirinya tidak berhalusinasi.

"Aku gak tau kamu makhluk apa, aku syok waktu liat aura serem kamu, makanya aku pingsan" Ucapnya, "Boleh aku tes sesuatu?"

Arthur menganggukkan kepalanya, saat itu juga Amaira mendempetkan kepalanya ke dada Arthur. Ia mencoba mendengar detak jantung Arthur.
"Loh kok berdetak, kamu ini apa sih" Bingungnya.

"Baiklah,aku akan jujur... Aku makhluk yang selalu kamu imajinasi kan" Ucap Arthur, "aku yang berada di kegelapan, makhluk pembenci panasnya sinar matahari, dan makhluk yang mungkin abadi"

"Jangan bertele-tele, aku cuma mau dengar siapa kamu sebenarnya" Ujar Amaira.

"Vampire, aku vampire..."

Degh!

Amaira merasa antara percaya dan tidak. Sebelumnya, beberapa hal sudah ia lakukan kepada Arthur dan keempat saudaranya, mereka semua tidak memiliki ciri-ciri vampire yang ditulis oleh Amaira.

"Amaira" Panggil Arthur, Amaira masih diam. Saat Arthur hendak menyentuh kepalanya, Amaira menghindar.

"Stop!" Pintanya.
Amaira memanglah menyukai fantasi berupa vampire, tapi jika memang ada vampire dikehidupan nyata, Amaira tentu saja takut.

Gadis itu pun turun dari ranjang UKS, dia berjalan pergi menjauhi Arthur. Begitu dirinya keluar, keempat saudara Arthur sudah ada di sana, dan itu membuat dirinya semakin takut.
Kalo aku di serbu mereka gimana?
Batinnya, Amaira menggelengkan kepalanya, kemudian segera berlari pergi dari sana, disusul oleh Sean.

"Dia kenapa?" Tanya Rebeca.

Arthur yang baru saja keluar dari UKS, menghela nafasnya.
"Sepertinya dia takut. Dia sudah tau bahwa kita berlima bukanlah manusia biasa" Jawab Arthur.

"Sudah kubilang dari awal..Amaira belum tentu menerimamu" Ujar Aaron kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.




~BERSAMBUNG~

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now