THE DARK PRINCE | 2.1

343 25 0
                                    

"Mau kemana?" Tanya Amaira. Sedari tadi Arthur terus menggenggam tangannya, membawanya pergi dari kelas setelah jam pelajaran selesai.

"Peluk aku" Pinta Arthur sambil mendongak menatap pohon besar di taman belakang sekolah.
Tentunya Amaira malu, mana mungkin ia memeluk Arthur. Arthur pun menunduk menatap Amaira, ia menghela nafasnya pelan, "Kita mau ke atas sana, kamu bisa jatuh kalau tidak memelukku" Ucapnya.

"Eh enggak ah, takut. Pohonnya kan tinggi" Kata Amaira.

"Aku akan menjaga kamu Amaira, percayalah" Ucap Arthur, "Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu"

"Kan bisa di sini, di bawah pohon. Kenapa harus di atas?" Tanya Amaira.

Arthur tak lagi menjawab, ia menggendong tubuh mungil Amaira, kemudian melompat naik ke atas pohon. Amaira sempat terkejut dan memejamkan matanya, ia tetap mengalungkan tangannya di leher Arthur.
"Sudah sampai, kamu mau terus duduk di pangkuanku? Pohon ini juga tidak setinggi itu, jangan takut jatuh" Ucap Arthur sedikit tertawa.

Amaira membuka matanya, ia menoleh ke belakang kemudian merubah posisi duduknya dengan susah payah karena takut terjatuh.
Arthur melepas jaketnya, ia meletakkan jaketnya di atas paha Amaira.

"Kita tidak akan dilihat oleh siapapun disini" Ucap Arthur.

"Harus gitu di atas sini? Padahal masih banyak tempat sepi kalo emang kamu cuma mau berdua sama aku" Balas Amaira, "Lagian kalo disini juga kita gak bakal bisa ngapa-ngapain. Mana aku laper lagi" Tambahnya.

"Ada roti di kantung jaketku" Ucap Arthur.

Amaira meraih kantung jaket Arthur, mencari roti di sana.
"Buat aku ya, kamu kan bisa tahan laper berhari-hari"

"Hm" Balas Arthur.

Amaira tersenyum, ia pun memakan roti tersebut. Arthur hanya bisa menatap gadis itu, dia bahagia bisa melihat Amaira bahagia.

"Sebentar" Arthur memegang tangan Amaira, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelap cokelat di sudut bibir Amaira, "Kamu ini seperti anak kecil, makan roti saja tidak becus"

"Biarin" Balas Amaira, "Ngomong-ngomong.. Enak juga disini, banyak angin" Lanjutnya.

"Aku tadinya ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi" Ucap Arthur.

"Loh, kenapa?"

"Habiskan dulu rotinya"

Amaira menurut, ia menghabiskan roti di tangannya kemudian menatap Arthur penasaran, "mau ngomong apa?"

"Aku tidak suka Sean...kenapa dia selalu bertingkah seperti itu di depanmu?" Tanyanya.
Amaira lantas tertawa mendengar hal itu. Terlihat sekali bahwa Arthur cemburu kepada Sean.

"Jadi, ceritanya kamu cemburu nih? Kamu gak suka Sean deket sama aku?" Tanyanya balik.

Arthur menganggukkan kepalanya. Entah kenapa, dimata Amaira, Arthur terlihat menggemaskan. Wajah cemberutnya itu membuat Amaira ingin mencubit pipi Arthur. Lantas, Amaira mencubit pipi pria itu, ia mencubit pipi Arthur gemas walaupun Arthur tak merasakan apapun.
"Sejak kapan seorang pangeran cemburu ama rakyat biasa" Ucapnya sambil tertawa.

"Sejak pelangi berhasil mengeluarkanku dari kegelapan" Balas Arthur sambil tersenyum tipis.

"Pangeran kegelapan haha" Tawa Amaira.
Arthur menarik tangan Amaira, menggenggam tangannya seraya mengelus punggung tangan Amaira.
"Eh, ngapain?" Tanya Amaira.

"Aku menginginkanmu menjadi milikku" Ucap Arthur, sama seperti sebelum-sebelumnya, Arthur lebih suka berbicara terus terang daripada harus bertele-tele.

"Maksud kamu?" Tanya Amaira.

"Aku ingin kamu menjadi kekasihku. Aku tidak tau cara mengungkapkan perasaan dengan romantis, jadi aku minta maaf" Kata Arthur. Amaira masih diam, dan Arthur kembali melanjutkan ucapannya, "Aku mencintaimu, caramu tersenyum, caramu berbicara dan caramu menatapku, aku mencintai itu semua... Memang, kau bukanlah Athaya yang dulu, tapi semua yang Athaya miliki ada padamu"

"K-kamu salah..." Gumam Amaira, "Kamu hanya cinta Athaya, bukan aku" Amaira menunduk.

"Amaira...lihat aku" Panggil Arthur. Amaira masih menunduk, hingga kemudian Arthur menarik dagu gadis itu agar menatap ke arahnya, "Aku akui, aku mencintai Athaya... Tapi, Athaya ada di dalam diri kamu. Aku sudah mengembara untuk mencarimu selama beribu tahun, melewati musim-musim panjang demi mencarimu, bahkan jika waktu terthenti aku tetap akan menunggumu. Kamu adalah Athaya ku...jika Athaya tak lagi ada, lantas salahkah aku mencintaimu Amaira?"

Amaira terdiam, Kata-kata Arthur mampu membuat hatinya menghangat. Memang terlihat jelas dari matanya, bahwa Arthur serius mengatakan hal itu. Tatapan mata Arthur seakan penuh arti.
"Tapi, kamu tau kita gak bakal bisa bersama...aku manusia, sedangkan kamu bukan" Katanya.

"Aku bisa merubah diriku menjadi manusia. Jika waktunya memang telah tiba, aku tak akan lagi hidup abadi..." Balas Arthur, "Tapi jika memang kamu tidak menginginkanku, aku tak akan memaksamu amaira.." Arthur melepaskan tangan Amaira, ia menundukkan kepalanya.

Amaira terdiam sejenak, ia juga mencintai Arthur, tak mungkin dia menolak pria itu, "Kenapa kamu lepas tangan aku?" Tanya Amaira.

"Karena aku membuatmu tidak nyaman" Jawab Arthur.

"Jadi, kamu lebih milih lepasin tangan aku? Daripada megang tangan aku dan terus ada di samping aku?" Ujar Amaira, ia menundukkan kepala sambil memaju mundurkan kakinya, "Tadi aku kaget, karena kamu tiba-tiba ngomong gitu. Aku malu mau nerima, tapi aku juga gak bisa munafik... Aku sayang kamu, Arthur"

"Apa kamu bilang?" Tanya Arthur, padahal ia sudah mendengarnya.

"Aku sayang kamu" Jawab Amaira.

"Jadi, kamu sudah menerimaku?" Tanya Arthur sambil tersenyum.

Amaira menganggukkan kepalanya pelan, "Aku bakal berusaha gimanapun caranya supaya kita tetap bisa bersama. Aku gak mau kejadian di masa lalu kembali terulang..."

"Aku akan pertahankan semampuku amaira... untuk hatimu dan untuk kita berdua. Aku akan berusaha agar kejadian di masa lalu, tak lagi terulang. Aku mencintaimu..."

♛ ♛ ♛

"Disini" Acheron membukakan pintu kamarnya di castle. Leona sudah mengetahui jati diri Acheron yang sebenarnya setelah tanpa sengaja melihat wajah Acheron di buku sejarah milik Putrinya. Saat itu juga, ingatan-ingatan lamanya kembali muncul.

Leona sekarang tengah berjalan-jalan di dalam kamar Acheron, dia menatap satu persatu benda miliknya disana. Di kamar castle Acheron, hanya ada banyak barang milik Leona, dan itu semua masih tertata rapih.
Satu-persatu Leona perhatikan, terkadang ia juga menyentuh benda-benda kuno tersebut, hingga akhirnya ia menemukan gaun kuno berwarna biru tua. Gaun itu adalah gaun terakhir yang dipakai oleh Leona sebelum dirinya menghembuskan nafas terakhirnya.

"Bagaimana, apa kau mengingatnya? Aku suamimu di masa lalu. Aku pemilik castle ini, dan kau ratunya" Ujar Acheron.

"Aku ingat.. Tapi, cukup sampai disini saja. Sekarang aku udah tua, aku gak bisa nerima kamu lagi. Kamu tau kan orang-orang jaman sekarang bagaimana? Mereka hobi omongin orang, kalau sampe mereka tau aku terima kamu dan hidup bareng kamu, bisa di anggap jelek aku dimata mereka" Ucap Leona sambil tersenyum, "Lebih baik kita jalani hidup kita masing-masing. Kita juga berbeda, seiring berjalannya waktu aku akan bertambah tua, sementara kamu akan tetap berwajah seperti ini"

"Aku akan mengubahmu, kumohon... Aku masih mencintai Leona ku" Acheron menggenggam kedua tangan Leona, memohon kepada wanita itu agar ingin kembali bersamanya, "Putrimu...dia juga akan berubah saat bertemu dengan cintanya, bahkan tanpa terkena gigitan sekalipun ia tetap akan berubah...kita bisa habiskan waktu kita bersama seumur hidup Leona"

Leona terdiam berfikir, tak lama kemudian menganggukkan kepalanya. Jika putrinya berubah, maka ia juga harus berubah. Kemanapun putrinya berada, Leona akan tetap tinggal bersama putrinya, tak ada yang terpenting selain Amaira.







~BERSAMBUNG~

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now