THE DARK PRINCE | 3.3

326 25 0
                                    

Seluruh anggota keluarga kerajaan kini tengah sarapan bersama di ruang makan. Tak seperti biasanya, kali ini ada banyak sekali makanan yang tergeletak di atas meja.

Mungkin mereka tidak tau bahwa para vampire tidak bisa merasakan manis, asam, asin, atau berbagai rasa lainnya. Tapi demi menghargai kerja keras para pelayan, mereka semua memakan satu persatu hidangan di meja walaupun tidak habis.

Saat tengah makan, hanya terdengar suara sendok dan garpu saja. Hingga kemudian, Amaira mengeluarkan suaranya, lebih tepatnya ia merasa mual hingga mengeluarkan suaranya.

"Kau baik-baik saja, Amaira?" Tanya Arthur.

Amaira menggelengkan kepalanya, rasa pusing menyerang kepalanya. Hingga kemudian Hellen datang membawakan kantung untuk muntahan Amaira.

Acheron yang mengerti hanya bisa tersenyum, tapi juga rasa khawatir muncul. Sama seperti Leona dulu saat mengandung Athaya. Namun bedanya, pertumbuhan janin di tubuh Amaira berjalan lebih cepat dibandingkan Leona dulu.

"Siapa yang memasak makanan pagi ini!?" Tanya Arthur dengan nada marah.

Para pelayan disana lantas membungkuk, meminta permohonan maaf walaupun bukan mereka yang memasak.

"Mohon ampun Baginda Raja... Koki kerajaan lah yang memasak semua ini" Ucap Hellen.

"Pang-"

Amaira menyentuh tangan Arthur, ia menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan salah mereka, aku memang merasa tidak enak badan sejak pagi ini"

"Mungkin kamu lelah setelah pernikahan dan penobatan kemarin" Ujar Leona, "Hellen, bisa tolong bawa putriku ke kamarnya?"

Hellen menganggukkan kepalanya, ia membantu Amaira berdiri dan segera pergi dari sana.

"Farus" Panggil Arthur.

"Iya Baginda?"

"Panggil dokter, suruh dia memeriksa keadaan Ratuku"

"Jangan panggil dokter" Ujar Acheron, "biar aku sendiri yang memeriksanya. Kalian lupa aku ini pernah menjadi dokter handal?"

"Benar Arthur...maksudku Yang mulia, mungkin ayah lebih mengerti tentang hal-hal seperti ini" Ucap Aaron.

Arthur mengiyakan, ia juga agak kurang percaya jika orang lain yang memeriksa keadaan Amaira.

♛ ♛ ♛

Seluruh penduduk di kerajaan Theodoric kini tengah berbahagia setelah mendapatkan kabar kehamilan Ratu mereka. Sebelumnya mereka terkejut dan tidak mempercayai hal itu, sebab Raja dan Ratu baru saja menikah kemarin. Tapi, karena Acheron menjelaskan bahwa pembuahan yang dilakukan oleh manusia berdarah vampire lebih cepat, mereka jadi percaya bahkan hingga membuat acara peringatan kehamilan Ratu, di desa.

Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa bayi Raja dan Ratu bisa jadi masih terdapat keturunan vampire. Walaupun benar, bayi mereka lah yang nantinya menghilangkan kutukan para vampire. Tak hanya vampire yang terkena kutukan yang dapat berubah kembali menjadi manusia nantinya, para vampire yang terinfeksi dari vampire lain pun juga akan berubah menjadi manusia.

"Aku senang sekali, aku akan menjadi ayah" Ucap Arthur seraya tersenyum senang di samping Amaira.

Amaira memegangi perutnya tak percaya. Baru sehari menikah, akhirnya dia akan menjadi seorang ibu.

Acheron juga mengatakan sebelumnya bahwa kehamilan Amaira tak akan berjalan lama seperti manusia pada umumnya, dan proses melahirkannya pun bisa jadi sulit. Acheron agak bingung sebenarnya, bayi di kandungan Amaira adalah manusia, tapi pertumbuhannya begitu cepat, apakah mungkin bayi itu masih memiliki sedikit sekali darah vampire?

"Aku akan menjadi pamannya, aku yang akan mengajarinya bermain sepeda, iya kan Amaira? Maksudku... Yang mulia Ratu?"
Amaira menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan Leandro.

"Dan jika bayi itu perempuan, maka kamilah yang akan mengajaknya bermain boneka" Kata Jessalyn, Rebeca disampingnya tersenyum kegirangan.

"Jangan seenaknya, aku tidak bisa sembarangan mengizinkan kalian mengasuh putra atau putriku nanti" Ujar Arthur, "Jika yang lahir nantinya adalah laki-laki, aku akan mendidiknya sebaik mungkin agar dapat menjadi raja yang berguna bagi masyarakat. Kau dengar itu bayiku?" Lanjutnya sambil mengusap perut Amaira.

Lima hari kemudian...
Perut Amaira sudah mulai membesar, perkembangan bayinya benar-benar sangat cepat.

Kini mereka semua tengah berkumpul di ruangan keluarga, yang dulunya adalah ruang pribadi Pangeran Arthur. Disana, mereka berbincang-bincang mengenai perkembangan bayi Amaira. Tidak ada Arthur disana, ia tengah mengerjakan tugasnya sebagai Raja.

"Kalau bayimu lahir nanti, kau beri nama siapa?" Tanya Leandro.

"Aku belum tau, itu semua tergantung Arthur" Jawab Amaira.

"Kalau begitu, biarkan aku rekomendasikan nama untuknya. Jika dia adalah pria, namakan dia Hermes" Ujar Leandro.

"Chrysander" Sambung Aaron.

"Arthur Theodor" Kali ini yang menyambungkannya adalah Jessalyn.

"Jadilah, Hermes Chrysander Arthur Theodor" Ucap Rebeca sambil tertawa pelan. Mereka semua juga ikut tertawa mendengar hal itu.

"Artinya?" Tanya Amaira.

"Hermes artinya anak yang memiliki kekuatan, kurasa itu keren" Jawab Leandro.

"Chrysander itu putra emas, bisa juga digunakan untuk anak perempuan, artinya putri emas" Jawab Aaron.

"Kalau Arthur Theodor, kau bisa bertanya kepada suamimu nanti" Kata Jessalyn.

"Akan aku pikiran nanti" Ujar Amaira.

"Dan kalau anakmu perempuan, namakan saja dia Loria" Kata Leandro, "Nama belakangnya bisa kau samakan seperti tadi"

"Loria?" Tanya Amaira, "Artinya apa?"

"Kehormatan dan kemenangan" Jawab Leandro.

Amaira tersenyum senang, ia menyukai nama itu, "oke, aku pake, nanti ingetin Arthur aja"

♛ ♛ ♛

"Bayiku... Kau mendengar ayahmu berpidato tadi?" Tanya Arthur, ia berbaring di atas paha Amaira dengan kepalanya yang mengarah ke perut Amaira.

"Aku dengar ayah" Balas Amaira dengan suara yang sengaja ia ubah seperti suara anak-anak. Arthur tertawa menanggapi perkataan Amaira, ia pun mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada sandaran ranjang barunya. Ia mengecup bibir istrinya sekilas, lalu menyandarkan kepala istrinya di pundaknya.

"Arthur" Panggil Amaira, Arthur hanya membalas itu dengan deheman, tangannya terus mengusap perut Amaira dengan penuh kasih sayang.
"Leandro, dan Aaron ngasih rekomendasi nama buat anak kita. Kalau pria, dia mau kita kasih nama Hermes Chrysander Arthur Theodor, kalau perempuan Loria, nama belakang nya sama. Aku suka artinya, semuanya bagus" Ucap Amaira.

"Tapi aku sudah menyiapkan nama untuk putraku. Ini nama yang mendiang ibuku inginkan jika suatu saat aku memiliki putra" Kata Arthur, "Lucio, dan nama belakangnya, kamu boleh mengambil rekomendasi dari mereka"

"Ibu bilang, Lucio itu pembawa terang, berkepribadian positif dan juga cerdas" Jelas Arthur.

"Aku suka, tapi... Gak enak rasanya nolak permintaan Leandro, dia udah banyak bantu aku disini" Ujar Amaira.

"Setidaknya, kalau ada putri kita, kita bisa mengambil rekomendasi nama dari Leandro untuk putri kita. Aku juga suka namanya, Loria"

Saat tengah berbincang, Amaira merasakan sakit yang hanya sekejap pada perutnya. Ini baru beberapa hari, dan bayi mereka sudah bisa menendang.

"Ada apa?" Tanya Arthur khawatir.

Amaira meletakkan tangan suaminya itu ke perutnya, seketika pergerakan itu membuat Arthur terkejut sekaligus senang.
"Jangan bertingkah nakal disana, tidak ada lapangan untuk bermain bola di dalam perut ibumu, jika kau lahir nanti ayah berjanji akan mengajakmu bermain sepak bola. Untuk saat ini, jangan terlalu sering menendang dan menyakiti ibumu, mengerti?" Ucapnya.





~BERSAMBUNG~

THE DARK PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang