THE DARK PRINCE | 0.5

796 59 6
                                    

Arthur berdiri di depan meja belajar Amaira, ia menyentuh foto Amaira di sana. Di foto itu, Amaira mengenakan kostum layaknya vampire wanita di film fiksi. Melihat foto tersebut, mengingatkan Arthur akan Athaya nya.

Perlahan air mata Arthur menetes turun. Dulu, Arthur pikir dirinya akan hidup bahagia selamanya setelah berhasil merubah dirinya menjadi vampire. Ia telah berangan-angan untuk hidup bahagia bersama Athaya, membuat gadis itu tertawa di setiap harinya, namun sayangnya semua itu tidak terjadi. Justru Arthur sekarang merasa hidup sendirian tanpa kebahagiaan.

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan penuh kesengsaraan seperti yang dikatakan oleh ayahku. Aku akan terus melindungimu, membuatmu bahagia selamanya. Puteri Athaya... Sudah kubilang bukan?aku tetap mencintaimu walau beribu-ribu tahun lamanya" Gumamnya sambil sekali mengusap air matanya.

Keesokan paginya...

Amaira baru saja selesai bersiap-siap, Ia berjalan keluar kamar ibunya. Sama seperti biasa, ia menyempatkan diri untuk sarapan sebelum ke sekolah.

"Teman kamu itu dimana nak? Gak di panggil?" Tanya Leona.

Amaira menepuk dahinya, ia lupa akan adanya Arthur. Amaira pun segera berlari ke arah kamarnya, ia membuka pintu kamarnya, dan betapa terkejut nya ia saat melihat keadaan kamar yang sudah rapih dan kosong.
"Bu, kayaknya Arthur udah pulang deh" Teriak Amaira. Ia berjalan masuk kedalam kamar, dan mendapati secarik kertas dengan tulisan tangan yang begitu rapih layaknya tulisan tangan orang-orang di jaman dahulu.

"Terimakasih" Ucap Amaira, membaca tulisan tangan di kertas itu. Ia yakin, Arthur lah yang menulisnya sebagai tanda terimakasih.

♛ ♛ ♛

Amaira menoleh kesana kemari, mencari keberadaan Arthur dan saudara-saudaranya. Namun, ia tak melihat mereka berlima. Amaira pun menghela nafasnya, ia menoleh ke parkiran mobil pun tak mendapati mobil kelima bersaudara itu.

"Heh!"

Amaira terkejut saat tas miliknya di tarik oleh Daisy. Daisy membuka tas Amair, membuang semua isi tasnya kebawah tanah lapangan. Amaira hanya bisa terdiam, ia memunguti satu-persatu bukunya yang berjatuhan.

"Enak juga ya pagi-pagi ngerjain lo" Ujar Daisy, ia mengambil satu buku milik Amaira, hendak merobeknya, namun tiba-tiba tangan Arthur merebut buku di tangan Daisy. Arthur datang disusul oleh keempat orang lainnya.

"Kamu tidak apa-apa kan?" Rebeca membantu Amaira memunguti buku-buku yang berjatuhan.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Arthur dengan nada dinginnya. Tatapan serta cara Arthur berbicara saja sudah cukup membuat Daisy merinding ketakutan, aura yang dikeluarkan Arthur tidak seperti aura manusia normal yang biasa ia temui.

"Aku cuma becanda aja kok, iya kan ra?" Daisy menyentuh pundak Amaira, meminta pembelaan, tapi sayangnya Amaira hanya terdiam tak menanggapi omongan Daisy, "Kok lo diem sih, bilangin dong kalo gue ini becanda! Gak punya mulut lo?" Kesalnya.

"Dapat pembelaan dari Amaira pun percuma, kami liat kelakuan kamu daritadi" Ujar Aaron, "Ayo kita pergi" Aaron melangkahkan kakinya pergi, disusul oleh Leandro dan lainnya, termasuk Amaira. Sementara itu, Daisy kini tengah menahan kekesalannya terhadap Amaira.

"Jadi sekarang lo udah berani lawan gue? Liat aja nanti ra" Gumam Daisy.

♛ ♛ ♛

TAK!

"Catetin, gue males nulis" Suruh Daisy setelah melempar bukunya ke atas meja belajar Amaira.

"Kamu punya tangan, kenapa gak nulis sendiri? Lagipula ini kan tugas kamu" Ucap Amaira, setelah sekian lamanya di rundung, inilah kali pertama dirinya berani melawan, menolak permintaan Daisy.

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now