THE DARK PRINCE | 3.1

298 22 0
                                    

Tepat setelah pengumuman kelulusan beberapa hari yang lalu, Arthur sudah menyibukkan dirinya untuk menyiapkan pernikahannya dengan Amaira. Mungkin butuh waktu cukup lama untuk menyiapkan pernikahannya itu. Semua kerajaan yang pernah bekerjasama dengan ayahnya, yakni Raja Carlson. Akan di undang untuk datang ke pernikahannya.

Baik Raja maupun pemerintah, atau keluarga bangsawan sekalipun akan datang untuk menyaksikan langsung penobatannya serta pernikahannya.

Karena kesibukannya, Arthur jadi jarang menghabiskan waktu bersama Amaira. Amaira pun sama, dia jarang menghabiskan waktunya bersama Arthur karena kesibukan mereka masing-masing. Saat tengah sibuk-sibuknya, mereka saling merindukan, ingin menghampiri pun rasanya Amaira malas. Jarak dari kamarnya, ke aula kerajaan begitu jauh. Mungkin perlu melewati panjangnya lorong untuk sampai kesana.

"Ada apa Amaira?" Tanya Rebeca yang kini tengah bersama Jessalyn dan Amaira, "Kenapa kamu terlihat murung seperti itu?"

"Kangen Arthur" Jawab Amaira.

Rebeca dan Jessalyn tertawa pelan, mereka menghampiri Amaira yang tengah duduk manis di depan meja rias.
"Kamu akan menjadi Ratu, kamu bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Arthur nanti" Kata Jessalyn.

"Tidak semudah itu" Aaron datang membawa dress untuk Amaira, ia meletakkan dress berwarna hijau itu ke atas ranjang Amaira, "kalian tau? Setelah menjadi raja, Arthur akan lebih sibuk lagi dari ini. Jangan harap kamu bisa menghabiskan waktu dengannya, Amaira" Ucapnya dengan tujuan mengganggu Amaira.

Amaira cemberut, dia agak kesal, "Andai aja tau gini, gak bakal mau aku jadi Ratu" Ucapnya. Ia pun berdiri, melangkahkan kakinya hendak keluar kamar, "Gak mau tau ya, aku mau ketemu Arthur" Katanya.

Amaira melangkahkan kakinya dilorong istana. Baru setengah perjalanan saja ia sudah lelah, "Andai aja aku kayak mereka, bisa melesat secepat itu" Gumamnya.

Setelah sampai di Aula, ia sama sekali tidak melihat keberadaan Arthur disana. Hanya ada beberapa orang yang tengah mengerjakan banyak hal untuk pernikahannya dengan Arthur nanti.

"Salam" Hellen memberi hormat sambil tersenyum.
Amaira yang sudah mengerti segera membalas salam dari Hellen.

"Apakah anda bosan? Mau saya antar anda berjalan-jalan di bagian barat istana?" Tanyanya.

"Heum" Angguk Amaira.

Selama ini, Hanya bagian tengah Istana saja yang masih dibuka untuk wisatawan, sementara bagian lainnya dilarang untuk di perlihatkan, sebab banyak sekali sesuatu yang penting disana.

"Di jaman dulu, tempat ini adalah tempat dimana ketiga selir Raja Carlson tinggal. Putra mereka, putri mereka juga tinggal di sini" Jelas Hellen.

Amaira baru teringat akan sesuatu. Jika Arthur menjadi Raja, berarti akan ada beberapa gadis yang diangkat menjadi selirnya? Lalu bagaimana nasib Amaira nanti? Bagaimana jika Arthur jatuh hati kepada salah satu selirnya.

"Saya tau apa yang ada dipikiran anda.. Anda tidak perlu khawatir, Pangeran hanya mencintai anda saja" Ucap Hellen, "Mari, kita berjalan-jalan di sekitar taman kerajaan. Baru-baru ini kami menaruh bunga-bunga baru disana"

Amaira hanya menurut. Sungguh indah taman di bagian barat istana, mungkin tempat ini akan menjadi tempat favoritnya. Tak hanya ada banyak bunga, banyak juga pohon-pohon buah disini.

"Ah iya, kenapa nyonya ingin menjadi dayang untuk saya disini? Bukankah nyonya keturunan bangsawan?" Tanya Amaira.

"Benar, aku keturunan terakhirnya. Tak ada lagi yang bisa aku kerjakan, aku juga bukan orang kaya, jadi aku menerima untuk menjadi dayang anda" Jawab Hellen.

"Lebih tepatnya dayang utama kan?" Tanya Amaira sambil tersenyum, Hellen membalas itu dengan anggukkan kepalanya.

Disaat Amaira tengah menghirup bau bunga-bunga yang sangat harum. Satu panah datang hampir mengenai dirinya, panah itu menancap di pohon dekat Amaira dan membuat Amaira terkejut.

Dengan cepat, para pengawal disana mengelilingi Amaira, melindunginya. Tapi, ternyata panah tersebut berasal dari Arthur.

Melihat kedatangan kekasihnya itu, Amaira tersenyum menatap Arthur yang juga tersenyum ke arahnya. Tanpa peduli apapun, Amaira mendorong salah satu pengawal di hadapannya, ia berlari kemudian memeluk Arthur dengan erat. Arthur tentunya membalas pelukan Amaira. Setelah beberapa hari tidak bertemu, akhirnya kerinduannya terbalaskan.

"Sebentar" Arthur melepaskan pelukannya, ia menoleh ke arah para pengawal dan juga Hellen, "Aku akan menjaganya, kalian boleh pergi" Ucapnya.

Mereka semua menganggukkan kepala, lalu pergi dari sana. Arthur pun kembali memeluk Amaira, saking bahagia nya memeluk Amaira, mereka sampai terjatuh. Untungnya Arthur menahan bagian belakang kepala Amaira, jadi Amaira tidak terluka sama sekali. Mereka tertawa lepas karena kejadian itu, sudah lama sekali Arthur tidak tertawa selepas ini.

Terlanjur menyentuh tanah rerumputan, mereka berdua memilih untuk berbaring di atas rumput, dengan bunga-bunga di sekeliling mereka. Banyak sekali hal yang mereka bicarakan dan tertawakan bersama. Hingga akhirnya, Amaira mulai serius. Gadis itu menggunakan sebelah tangannya untuk menumpu kepalanya, ia menunduk menatap Arthur di dekatnya.

"Kamu bakal jadi Raja, berarti bakal punya selir" Kata Amaira.

Arthur terdiam, ia tersenyum jahil, "itu yang aku tunggu-tunggu. Semua gadis cantik di desa akan menjadi selirku, ah aku tidak bisa membayangkan bagaimana bahagianya aku" Ucapnya.

Mendengar itu Amaira kesal, ia memukul dada Arthur kemudian duduk membelakangi pria itu. Sudah cukup dirinya sengsara karena terus diperhatikan oleh para pengawal, termasuk para dayang, dan ditambah lagi nanti Arthur punya selir, bisa kacau hidupnya.

"Hey, aku bercanda, jangan terlalu dibawa serius" Ucap Arthur, ia ikut duduk, ia memeluk Amaira dari belakang, menyandarkan kepalanya di pundak gadisnya, "Kamu satu-satunya wanitaku, satu-satunya cintaku, aku tidak peduli seberapa banyak selirku nanti, aku tidak akan memperdulikan mereka" Tambahnya.

"Janji?" Tanya Amaira yang menatap Arthur di pundaknya.

"Hm, janji" Jawab Arthur. Ia mengusap bahu Amaira yang terlihat karena model gaunnya yang memang memperlihatkan bahu gadis itu, "Kenapa mereka memberikan gaun seperti ini kepadamu, aku tidak suka, para pengawal itu bisa terus memperhatikan kamu"

"Kegantengan kamu aja diliat banyak orang, aku biasa aja tuh" Balas Amaira.

Arthur tertawa pelan, ia mengelus bahu Amaira lagi, kemudian mengecupnya membuat jantung Amaira berdetak kencang. Pada saat Arthur hendak mengecup leher gadis itu, Amaira bergeser.
"Kamu mau apa?" Tanyanya gugup.

Arthur mengusap wajahnya, "Maaf" Ucapnya. Di waktu seperti ini, entah kenapa dirinya ingin sekali menyentuh Amaira, menjadikan Amaira miliknya seutuhnya, "Ayo berdiri"

Merekapun segera berdiri, Amaira menatap Arthur yang terlihat tidak fokus. Ia pun mengusap pipi Arthur, "Aku ngerti apa yang kamu rasain. Itu hal wajar karena kamu itu laki-laki" Ucapnya, Amaira menundukkan kepalanya dan menghela nafas pelan, "Kamu adalah Putra Mahkota negeri ini, aku gak punya hak buat ngelarang apapun yang mau kamu lakuin. Terserah kamu mau apain aku, toh sebentar lagi kita juga bakal nikah" Entah mendapatkan keberanian dari mana Amaira mengatakan hal itu, tapi jujur dia pun ingin melakukan apa yang ingin Arthur lakukan kepadanya.





~BERSAMBUNG~

THE DARK PRINCE [END]Where stories live. Discover now