[Chapter 11] Mie instan.

196 66 110
                                    

Suasana kantin yang seperti biasanya, ramai dan terkesan menyenangkan.

Walaupun terik matahari sangat menyorot seperti membakar manusia secara perlahan, para murid di sekitarnya tak menghiraukan rasa panasnya.

Sudah menjadi kebiasaan penduduk Jakarta, mereka merasakan panas tetapi enggan berhenti beraktivitas, inilah keelokannya bahwa keadaan apapun tidak menghalangi agenda.

Lagipula panasnya di Jakarta tidak membuat manusia terganggu keberlangsungan hidupnya, jadi wajar saja banyak yang beraktivitas.

Yuna dan sepasang anak kembar temannya itu menempati salah satu kursi yang di sediakan di kantin ini.

Ketiganya duduk dengan posisi Seomgyu dan Yuna yang sejajar dan Beomgyu duduk di hadapan keduanya.

Meja ini terletak di pojok kantin dimana meja ini terhalang sinar matahari karena ada pohon yang lebat.

Meja ini adalah pilihan Yuna, ia tidak ingin jika skincarenya kurang bermanfaat karena terlalu sering terpapar sinar.

Maklum, bercita cita ingin menjadi selebgram harus mempunyai wajah yang menarik bagi Yuna.

Mengenai tujuan mereka di kantin, untung saja sebelum mengantri panjang, Yuna sudah lebih awal memesan makanan untuk dirinya dan si kembar.

Jadi di saat pada murid menunggu petugas kantin, ketiganya sudah menikmati hidangan masing masing.

Tiga porsi mie instan tanpa kuah dan tiga gelas es teh manis kini sudah berada di atas meja milik ketiganya.

"Jadi beli permen?" Tanya Seomgyu setelah menyuap habis satu suapan mienya yang masih hangat, menoleh ke arah Yuna yang sedang meminum es tehnya.

"Jadi dong, waktu tadi pesen, gua sekalian beli" jawab Yuna setelah selesai meneguk es teh manisnya, menyodorkan lima buah permen rasa strawberry ke arah Seomgyu dari saku seragam.

Ini permen baru yang Yuna beli saat pesan makanan, sesuai perintah Seomgyu saat permen yang di beri oleh ibu asing tadi pagi Yuna membuatnya di tempat sampah depan kelasnya.

Yang di sodorkan permen hanya mengangguk, sebelah pipinya menggembung akibat menyuap makanan terlalu banyak.

Ketiganya sibuk dengan makanan masing masing, obrolan muncul hanya sesekali dan terkesan tidak penting, sesekali ada yang terkekeh dari ketiganya karena obrolan random mereka.

"Bener kata Seomgyu, kalian kembar tak identik" Yuna memincingkan matanya melirik si kembar bergantian, otaknya bekerja keras untuk membandingkan wajah sepasang anak kembar itu.

"Emang begitu, gak cuma lu aja yang ngira begini, hampir semua orang." Balas Beomgyu, menyudahi acara makannya karena mangkuk yang tadi terisi penuh sudah kosong.

"Hahaha, gapapa kok, yang penting kalian saudara, kan walaupun wajah kalian gak mirip." Kekeh Yuna lalu memakan satu permen.

Kini ketiganya sudah selesai menghabiskan makanan, hanya tersisa es teh saja yang tinggal sedikit lagi.

"Iya lah, masa Seomgyu orang lain."

"Hm, mau permen?" Yuna menyodorkan permennya pada si kembar.

"Mauuu..." Seomgyu mengambil satu bungkus permen dari tangan Yuna, sedangkan Beomgyu diam.

"Beom, mau?"

"Gak." Balasnya, menggeleng.

"Permen yang tadi pagi dikasih, udah di buang, kan?" Tanya Seomgyu.

"Udah dong."

"Permen apaan emang?" Beomgyu melirik keduanya.

"Tadi pagi gua di datengin ibu ibu di depan Sekolah, dia ngasih permen buat gua tapi kata Seomgyu jangan dimakan, takutnya permen itu ada racunnya"

SEOMGYUWhere stories live. Discover now