[Sequel 3] Panggilan baru.

77 20 21
                                    

Raehyun menggali tanah yang kemarin menjadi tempat terselipnya beberapa surat Beomgyu, ia kembali menyimpan kertas tersebut kepersinggahan semula.

Sore ini ia menaati perintah Taehyun, lagipula memang ada benarnya.

Dimana Raehyun harus menyimpan semua surat Beomgyu yang begitu banyak? Raehyun tak bisa seenaknya menyimpan barang dikamar milik Taehyun.

"Hyun." Raehyun tersentak kaget ketika seruan itu sejenak membisingkan area pemakaman.

Dari kejauhan Raehyun yang tengah berjongkok memutar setengah badannya.

Raehyun mendadak gelagapan ketika sang puan yang memanggilnya ternyata adalah pemilik surat yang ia curi.

"Sejak kapan lu disini?" Beomgyu ikut berjongkok lutut disebelah Raehyun, memerhatikan si gadis yang tengah menunduk takut.

"D-daritadi, iya daritadi hahaha." Ragu Raehyun, sedikit memajukan kakinya demi menghalangi surat Beomgyu yang sedikit berserakan dibelakang nisan.

Raehyun baru berhasil menyimpan beberapa surat didalam tanah, sisanya masih berserakan diatas tapi bentukan tanah sudah dibenarkan menjadi rata.

"Oh, kok gak ngajak gua?" Beomgyu berdalih santai, terpancar seringai tipis pada parasnya yang menarik.

"Eung... gak kepikiran." Raehyun menggeleng diiringi cengiran diakhir.

"Kalau mau ziarah, kabarin gua aja, siapa tau gua ada waktu luang." Raehyun lekas mengangguki Beomgyu, keheningan tibanya bersenandung.

"Lho? Surat gua kok berantakan?"

Mata Beomgyu bertemu dengan sesuatu dibalik kaki Raehyun, dirasa aneh lantaran suratnya yang berserakan diatas dedaunan.

Raehyun bergeming, mau tak mau menghindari kakinya untuk membuka akses pandangan Beomgyu pada si barang yang sempat Raehyun rapihkan tadi.

"Itu... eum..., banyak daun yang berserakan jadi gua bersihin dikit pake sekop ini, eh ternyata nemu surat lu."

Jelas Raehyun terkekeh paksa demi menciptakan ketenangan dalam benaknya yang menegang.

"Oh, kira gua ada yang ganggu suratnya. Tapi lu gak baca, kan?"

Raehyun semakin terpaku, mempertemukan matanya dengan mata Beomgyu, menelan air ludah paksa, baru lekas menjawab.

"Enggak kok, hahaha santai." Usai Raehyun menipu daya, Beomgyu manggut-manggut sembari mengalihkan pandangan pada makam Seomgyu.

Beomgyu memandangi suasana sekitar, arah wajahnya lurus kedepan.

"Surat itu isinya cuma curhatan gua aja buat Seomgyu, dia kembaran tiri gua..."

"...gua kangen Hyun sama dia, kalau aja Seomgyu gak pergi duluan, gua penasaran sama wajah dewasanya Seomgyu, kayak gimana ya?..."

"...mungkin lebih cantik dari yang dulu?"

Iya, lebih cantik.

Raehyun mengangguk samar ketika Beomgyu membuka kisah, ia membayangi wajah Seomgyu didalam mimpinya.

Entah cerita Beomgyu termasuk kedalam cerita senang atau sedih.

Karena Beomgyu bercerita bersama wajah yang ceria sedangkan nada bicaranya melirih rendah.

"Kalau misalnya bisa, minimal sekali aja, gua pengen ketemu Seomgyu..."

"...gua bakal bilang kalau gua kangen banget sama Seomgyu, kangen segalanya dari Seomgyu." Beomgyu menengok kepada si gadis, ia tersenyum kembali.

Iya, nanti gua sampein ke Seomgyu. Dalih dalam benak Raehyun begitu Beomgyu selesai bicara.

Selang hanya beberapa detik, Raehyun mengalihkan pandangan, mengatur sikap atas perlakuan fisik tubuhnya yang mendadak berubah.

SEOMGYUWhere stories live. Discover now