[Chapter 16] Learning.

148 57 68
                                    

Sore ini, Taehyun tengah berlatih bicara sendirian. Menggunakan buku bacaan berukuran sedang dan tipis.

Sudah menjadi rutinitasnya ketika sedang bosan, berjuang sedikit demi sedikit untuk menggapai tujuannya—menghilangkan bekas trauma akibat kematian sang Ayah.

Seorangpun tak ada yang mengetahui rutinitas si pemuda cacat mulut ini. Bahkan, Dahyun tak tau.

Taehyun tidak pernah memberitahu bahwa ia selalu berlatih berbicara seorang diri kepada si kembar, guru privatnya, bahkan Dahyun, ibundanya sendiri.

"I-i-i-ini Budiiii... Bu-Bu-Bu-Budi s-suka suka mem-membaca memba-ba-ba-ba-baca."

Bibirnya sedikit komat-kamit saking sulitnya mengucapkan kalimat yang benar dan lancar.

Kadang kala Taehyun kesal dengan dirinya sendiri, berbicara saja tidak bisa selancar orang lain, apa ada yang mau menjadi teman Taehyun selain si kembar?

Pernah terbesit pikiran, mungkin si kembar mau berteman dengannya hanya karena rumah mereka berdekatan.

Taehyun sendiri merasa tidak akan ada yang mau berteman dengan seorang yang gagap seperti dirinya.

"In-i-i-ini Budi."

"I-ini Budi."

"Ini... Budi..."

Berhasil! Mengucapkan dua kata tanpa ada pengulangan meskipun sangat lambat.

Tersenyum sumringah sebagai apresiasi diri, matanya kini melirik satu gelas air mineral di atas meja yang ia bawa sebelum berlatih.

Di ambilnya gelas tersebut, Taehyun meneguk beberapa tegukan untuk menyegarkan pita suaranya yang telah bekerja keras.

Setelahnya gelas itu di simpan ketempat semula, atensinya kembali kepada lembar buku bacaanya.

"Ini... Budi..."

"Bu-Budi... suka... m-m-mem-mem-memba-ba."

"Ck!" Decaknya kesal dibuat sendiri, jujur saja ini sangat sulit di ucapkan bagi Taehyun.

Tok... tok... tok...

Pendengarannya teralihkan, kini Taehyun tanggap menutup buku bacaannya, dengan cepat memasukan buku tersebut pada laci meja.

Takut jika ada seseorang yang mengetahui bahwa Taehyun yang gagap sedang berlatih bicara sendirian dengan buku bacaan untuk anak balita.

Taehyun selalu menyembunyikan buku miliknya di laci meja ruang utama, tak akan ada yang membuka kecuali dirinya sendiri.

"Taehyun..." suara khas yang amat sangat Taehyun kenal, melesat masuk kedalam indra pendengarannya.

Syaraf auditori mengirim sinyal kepada otak, memerintahkan Taehyun membukakan pintu untuk si pemilik suara.

Taehyun turuti kemauan otaknya, bangkit dan berjalan menjauhi sofa untuk membukakan pintu kepada orang yang berada di baliknya.

"Selamat sore Taehyun."

Seomgyu terkekeh di akhir kalimatnya, kini ia menggunakan piyama berwarna biru muda, membawakan kesan bungah, cerahnya begitu ceria.

Yang mendapat sapaan sore hanya menganggukan bersama senyuman tulus.

Ia mempersilahkan Seomgyu masuk kedalam istana kecil milik keluarga Taehyun.

"Hyun, Beomgyu gak akan main kesini katanya mau ngerjain tugas." Ucap Seomgyu sembari berjalan masuk.

Sang pemilik rumah mengangguk kembali, keduanya berjalan masuk kedalam ruang utama untuk mendekati sofa, tempat yang sudah biasa di singgah oleh si kembar.

SEOMGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang