[Chapter 19] Milik salah satu.

210 53 81
                                    

"Dadah Yuna." Senyum Seomgyu merekah, melambaikan tangan kearah sohibnya sebagai tanda perpisahan.

"Dadah juga, jangan lupa belajar ya..." Yuna membalas lambaian tangan Seomgyu, sembari menaiki sepeda motor yang menjemputnya.

"Iya Yuna." Masih sempat menjawab, beberapa detik kemudian Yuna dibawa pergi dengan sepeda motor tersebut.

Seketika senyumnya sedikit memudar ketika ia sendiri, Seomgyu memperhatikan lapangan Sekolah untuk menunggu Beomgyu.

"Dor! Seomgyu!" Sang empu yang di tunggu tetibanya muncul dari belakang, menepuk pundaknya mendadak hingga Seomgyu terperanjat sedikit.

"Ih Beomgyu, kalau jantung Seomgyu copot gimana?"

Omelnya tidak terima, seketika Seomgyu langsung membalikan badannya menghadap Beomgyu dengan tatapan geram.

Di sore hari seperti ini, tubuhnya sudah lelah. Raga Seomgyu menolak untuk dikagetkan, tapi sudah terlanjur terkejut.

"Mana bisa jantung copot Seom" Beomgyu melipat dua tangannya di depan dada, terkekeh usil karena puas dengan tingkah lakunya.

"Kalau orang di kagetin itu jantungnya bisa copot tau!"

Masih mendumal, Seomgyu memutarkan bola matanya, memalingkan pandangan dari arah Beomgyu ke jalanan depan Sekolah.

Ia berharap mobil Jihyo segera datang untuk membawanya pulang.

Memang benar adanya, kaget bisa menimbulkan serangan jantung secara tiba tiba.

Tapi sangat tidak elit jika Seomgyu menjelaskan hal ini kepada Beomgyu sekarang, rasa kesalnya berkata untuk Seomgyu diam.

"Jangan marah dong, cuma di kagetin aja begitu."

Beomgyu berdiri tegak didepan Seomgyu saat dirasa ia dibiarkan begitu saja. Menatap manik mata Seomgyu yang tak acuh dengan kehadirannya.

"Diem Beom, minggir! jangan di sini." Seomgyu melangkahkan dua kaki kearah kiri, menciptakan jarak yang lumayan dengan Beomgyu.

"Dasar cewek di kagetin aja ngambek, kalau bosen nungguin Mamah jemput mending kita jajan dulu."

Beomgyu menggelengkan kepalanya sekilas, gadis kembarnya akhir-akhir ini memang sangat sensitif.

"Gak mau ah." Tolaknya.

"Gak usah akting begitu, Seomgyu pasti laper, mending kita beli cireng dulu buat ganjel perut."

Beomgyu mendekati tempat berdirinya Seomgyu, mengambil lengannya lalu menarik pelan.

"Beomgyu tau dari mana sih? Seomgyu gak laper!" Seomgyu menolak paksa tapi Beomgyu kembali menarik tangannya.

"Apa sih yang Beomgyu gak tau tentang Seomgyu?" Yang tertolak ajakannya mengerutkan alis tipis sekilas.

"Ya gak tau sih."

"Ya udah sih, ayo jajan." Beomgyu menarik kembali lengan Seomgyu kearah deretan jajanan di luar Sekolah.

Tentu ini bukan kantin, jam Sekolah berakhir kantin juga ikut tutup.

"Gak mau sih jangan maksa"

"SIH SIH SIH, TERUS! Ayo Seom jajan dulu, kalau Seomgyu gak laper ya udah Beomgyu yang laper" Beomgyu menarik paksa lengan Seomgyu kali ini tidak peduli dengan gadis kembarnya yang menolak beribu ribu kali.

Beomgyu membawanya kearah deretan jajanan yang masih berjualan hingga menjelang malam.

Dengan pasrah, Seomgyu mengehembuskan nafasnya kasar, mengikuti langkah Beomgyu dengan gontai tak bersemangat.

SEOMGYUOnde histórias criam vida. Descubra agora