[Chapter 41] Farmakologi.

90 33 24
                                    

Bersama Taehyun, Seomgyu sekarang.

Terduduk lutut didepan salah satu kuburan bernisan hitam dengan tulisan berwarna perak.

Sama sama memanjatkan do'a terbaik untuk orang yang telah menjadi jalan lahirnya mereka didunia.

Kuburan Jungkook menjadi kuburan yang jarang didatangi oleh orang, malah nyaris tak pernah didatangi oleh sanak saudaranya sendiri.

Kematiannya tak banyak membanjiri air mata orang lain, dunia tak peduli lagi sejak pemuda itu mengeluh dengan kehidupannya yang semula damai.

"Taehyun" deru suara Seomgyu yang bergetar rendah, ia menengok menatap saudarannya yang berlinang air mata.

Sejak kisah Ayahnya terbongkar, Taehyun tak lagi banyak bersuara, bersikap bungkam kepada Seomgyu bagai oknum yang tak dikenal.

Enggan menjawab panggilan gadis disampingnya, ia bangkit dari duduk terlutut menjauhi pemakaman dengan berjalan lunglai.

"Taehyun, mau kemana?" gadis itu menuturi Taehyun, berdiri tepat dibelakang dengan tiga langkah berjarak.

"..."

Taehyun mengusap dua matanya yang masih lembab dengan sarkas.

Rusuk dada terasa sesak dan semakin sesak ketika mendengar suara Seomgyu yang sekarang diketahui adalah saudaranya sendiri.

Pemuda itu sekuat mungkin membalikan tubuh yang lemah, menghadap Seomgyu yang masih terpaku, saling memperhatikan lekuk wajah.

Dihari pertama Nayeon menghancurkan kedamaian antara keduanya, Taehyun juga menangis semalaman.

Bagi Taehyun cerita tentang Ayahnya seperti sebuah dongeng belaka yang dianggap berlebihan.

Kerinduan Taehyun selama ini telah disulap menjadi kebencian, rasa kasih sayangnya hanyut dibinasakan oleh asa.

Taehyun juga rapuh akan Ayahnya, belum lagi karena Seomgyu, seorang perempuan yang menjadi cinta keduanya setelah Dahyun.

"Taehyun, jangan diem aja, kenapa jadi pendiem gini sih?" Seomgyu nyaris kehilangan kesabaran.

Lewat tiga menit Taehyun enggan membuka obrolan kepada Seomgyu, padahal mereka sedang berziarah bersama.

"Aku belum bisa ngobrol sama kamu, diem dulu" Taehyun memejamkan matanya, mengalihkan pandangan lalu membuka mata kembali.

"Kenapa?" Seomgyu bertanya, berhati hati.

"Emangnya mudah buat kamu nerima aku sebagai saudara kamu?"

Taehyun menahan tangis, berakhir pada tenggorokannya yang mendadak nyeri, perlahan ia mulai berjalan lagi 'tuk lebih menjauh dari daerah pemakaman.

"Gak, gak mudah tapi gak harus juga kita gak interaksi begini" Seomgyu mendekati Taehyun kembali.

Gadis itu berhenti tepat di hadapan Taehyun yang cekat memalingkan pandangan.

Seomgyu menghela nafas jengah, sedikit menyerah sebab tak suka dengan sikap Taehyun saat ini.

Semakin lama canggung yang tidak biasa hadir, merenyuh suasana keduanya yang merintih bisu dengan cara masing masing.

"Terus harus pake cara apa biar kita gak saling suka lagi?"

Taehyun sedikit celingukan, menatap kearah kiri maupun kanan, berusaha menahan diri agar tetap terlihat tegar.

"Caranya? Kita harus terima..." Seomgyu menunduk, menggantung ucapan selang ia terasa tertampar perkataan sendiri yang mudah diucap sulit dilaksanakan.

SEOMGYUDove le storie prendono vita. Scoprilo ora