💫SUDUT PANDANG

272 76 9
                                    

Hey guys.
Selamat membaca.
Vote dan komen ya biar aku semangat.
Makasi.

💫💫💫

POV Lascobra.

Aku tiba di rumah.
Perasaanku tak tenang.
Aku merapatkan tubuh ke tembok rumah sambil mengintip dari jendela.

Agak was-was untuk masuk ke dalam setelah acara tawuran sepulang sekolah tadi.

Walau aku sudah mandi dan berganti pakaian di basecamp, namun papaku yang hampir tahu segalanya patut diwaspadai.

Kulihat mama dan papa sedang membicarakan sesuatu.

"Kayaknya anakmu bikin prestasi lagi." Kata papa tanpa ekspresi.

"Anakku?" Alis mama terangkat satu.

Papa berdehem.
"Anak kita."

"Prestasi apa?" Tanya mama.

"Menang tawuran." Ungkap papa, tersenyum miring.

Mati aku!

"Apa?!" Tampak jelas mama kaget bukan main.

Air wajah papa berubah keruh.
"Itu karna kamu terlalu manjain dia."

"Manjain dari mana?"

"Kamu terlalu ngasih dia kebebasan!" Tandas papa.

"Lah, kita nggak punya quality time sama Lascobra, karna kamu nggak suka kan deket-deket dia." Imbuh mama membuatku mulai bingung.

"Zora, kamu tau kan dia itu siapa?" Desis papa seperti menahan jengkel.

"Yes i do. But he is our son, Shadow." Tutur mama menekankan.
"Mau dia setan, iblis, malaikat, atau hewan sekali pun, dia anak kita sekarang. Aku enggak peduli dia itu siapa dikehidupan lampau."

Papa mencebikkan bibirnya.
"Tapi kamu lebih sayang sama dia."

"Bukannya aku selalu nurutin kamu ya?" Pungkas mama.
"Dan karna kita gak selalu ada buat Lascobra, makanya aku bebasin dia di luar sana. Biar dia punya temen. Biar dia kuat sebagai cowok!"

Seperti biasa, kalau mama sudah marah maka papa akan bungkam dan memilih menempelkan hidung serta bibirnya ke pipi mama.

Cara yang licik untuk membuat mama berhenti ngedumel.

Mereka sudah berhenti berdebat, sekarang asyik menikmati acara televisi.

Aku sedikit merasa lega, sepertinya mama berada dipihakku.

Karena perutku juga sudah keroncongan, aku memberanikan diri untuk membuka pintu depan dan masuk ke dalam rumah.

Meski wajahku terasa berat akibat makeup yang dipakaikan Sunny, namun aku tetap memaksakan senyum saat melihat kedua orangtuaku.

Papaku tersenyum mengerikan, beliau duduk disofa putih sambil merangkul bahu mama.
"Ciee... yang baru pulang tawuran." Ledeknya. Spontan aku meringis.

"Mama nggak suka kamu tawuran. Pokoknya kamu nggak boleh tawuran lagi." Ketus mama menatapku tajam.

Aku menunduk dalam-dalam.
"Iya, ma."

"Iya aja, apa iya banget?" Sindir papa menyudutkanku.

Mataku memanas. Beginilah rasanya dizolimi bapak sendiri.
"Iya banget."

Papa terkekeh tapi mama langsung mencubit pelan perutnya.

"Ya udah sana masuk kamar, mandi dan kita makan malam."

FRIENDZONE MERAJALELA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang