Chapter 9

2.4K 388 43
                                    

"Happy Reading"




Sejak tadi Jisya tidak berhenti berjalan mondar-mandir di ruang tamu menunggu kepulangan sang adik. Sudah hampir jam dua belas malam tapi Bella belum juga pulang. Jisya khawatir karena adiknya itu tidak meminta izin atau memberitahu lebih dulu akan pergi kemana padanya ataupun Maya.


Setelah pulang dari rumah sakit Jisya hanya melihat tas dan seragam sekolah Bella yang tidak tersusun rapi di atas meja. Sudah berkali-kali dia coba menghubunginya tapi hanya suara operator yang terdengar. "Gak biasanya kamu pulang larut gini, sebenernya kamu kemana sih Bell"


Suara pintu yang dibuka membuat Jisya menoleh cepat. Matanya membulat lebar melihat kondisi Bella yang berantakan dengan seorang lelaki yang merangkulnya. Jisya berjalan mendekat. Aroma alkohol yang menyengat tercium dari keduanya. Dapat Jisya simpulkan bahwa saat ini Bella dan lelaki di sampingnya tengah mabuk. Bedanya Bella sudah kehilangan kesadarannya tapi lelaki itu masih cukup sadar.


"Mis Jisya?" Kening Tama berkerut memandang Jisya dengan raut wajah terkejut. Begitupun juga dengan Jisya yang melebarkan matanya kaget.


Saat mengantar Bella pulang Tama memang merasa sedikit aneh karena mendengar arahan Bella mengenai alamat rumah gadis itu yang jauh dari rumah-rumah besar seperti kebanyakan orang berada lainnya. Jika biasanya sebuah penthouse, apartement, villa, atau perumahan yang ditempati tapi Bella malah menunjukkan jalan ke gang yang mengarah ke arah rumah penduduk biasa.


Bukankah aneh jika Bella seorang anak pengusaha tinggal di rumah sekecil ini?


Jisya menyadarkan lamunan Tama dengan menepuk pelan pundak lelaki bermata bulat itu. "Boleh tolong bantu saya bawa Bella ke kamarnya?"


Tama mengangguk ragu. Sejujurnya dia masih sangat bingung. Kenapa Bella bisa tinggal di rumah kumuh ini bersama dengan Jisya, Guru disekolah sekaligus wanita incaran sahabatnya. "I-iya mis. Kamarnya dimana ya?"


"Ayo ikut saya" Jisya berjalan lebih dulu yang kemudian diikuti oleh Tama.


Setelah membantu menidurkan Bella di ranjang. Tama langsung berjalan keluar dan Jisya yang menyelimuti adiknya terlebih dulu sebelum akhirnya mengikuti Tama keluar kamar. Mereka saling menatap sebentar. Jisya sendiri faham kenapa Tama terlihat bingung seperti ini.


Tidak ada jalan lain selain jujur pada lelaki itu mengenai identitas Bella. Biarlah jika esok adiknya memarahinya habis-habisan, anggap saja pelajaran karena Bella sudah berani melakukan hal terlarang dengan meminum minuman keras.


"Kamu pasti bingung kenapa Bella bisa tinggal di rumah seperti ini dengan saya" Ucap Jisya membuka suara.


Tama menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Bella bilang dia anak pengusaha. Saya heran aja kenapa anak pengusaha bisa tinggal di sini"


"Dia berbohong" Ungkap Jisya. "Bella adik saya. Dia sekolah di sekolah mewah itu karena beasiswa dari saya yang bekerja sebagai guru di sana"


Pernyataan itu membuat Tama terkejut. Dia tidak menyangka Bella yang selama ini dengan sombongnya memamerkan kekayaan ternyata hanyalah adik dari seorang guru sederhana seperti Jisya. Tama lebih tidak menyangka saat melihat perbedaan sifat diantara adik dan kakak itu yang sangat jauh berbeda.


BUKAN CINTA TERLARANG {END}Where stories live. Discover now