Chapter 47

2.5K 311 110
                                    

"Happy Reading"




Jangan lupa spam komen yaa!!!


Fyi, kita udah hampir diakhir cerita, beberapa chapter lagi cerita ini bakal ending. Jadi tolong ramein yaa buat chapter menegangkan ini wkwkwkwk





"Deva tunggu disini dulu ya sayang, Mamah mau buang sampah dulu ke depan" Jisya memasang senyum manis berjalan keluar rumah membuang sampah sambil menyapa beberapa tetangga yang melewati rumahnya.

Hari ini dia begitu bersemangat mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri. Padahal sebelum Maya dan Bella pergi mengurus pernikahan adiknya dengan tama, Bundanya itu sudah memperingatinya untuk tidak mengerjakan apapun. Maya menyarankan hari libur seperti ini Jisya lebih baik fokus beristirahat di rumah sambil mengurus Vasya.

Semua tampak biasa sebelum akhirnya mata Jisya membulat terkejut saat memasuki rumah tapi tidak menemukan troli Vasya disana. "Bunda? Bella? Kalian udah pulang?" Panggilnya mengira Deva dibawa oleh Bunda dan adiknya.

Jisya menyusuri segala sudut ruangan tapi tidak menemukan siapapun. Jantungnya memompa cepat saat melihat pintu belakang rumah terbuka lebar. Sepertinya seseorang masuk dari sana dan membawa Vasya pergi.

"DEVA?! SAYANG KAMU DIMANA NAK?" Jisya berharap Vasya dapat mendengar suaranya dan merespon bersuara hingga dirinya bisa menemukan bayi itu. Nihil, tidak ada balasan apapun.

Gadis itu panik setengah mati berlari kesana kemari masih coba memeriksa. Mata Jisya memanas saat pikiran buruk mengenai Vasya memenuhi kepalanya. Tangannya juga sudah berkeringat dingin merasa kalut dan gelisah secara bersamaan.

"Hiks.... Sayang Deva kamu dimana?" Teriaknya mengisi rumah. Tubuhnya merosot ke lantai merasa lemas saat kepalanya terasa pusing. Dia ingin bangkit dan segera mencari pertolongan tapi dada dan kepalanya begitu sakit tidak tertahankan.

Di ambang pintu Vano yang berniat mengunjungi Vasya dibuat terkejut oleh kondisi Jisya. Laki-laki itu berlari mendekat menahan tubuh Jisya yang terlihat lemah. "Kamu kenapa, Sya? Penyakit kamu kambuh lagi?" Tanyanya khawatir mengelap keringat disekitar wajah Jisya.

"D-deva Vano.... Deva di culik" Suara isak tangis Jisya serta pernyataan yang gadis itu lontarkan membuat Vano terkejut setengah mati.

"Gimana bisa? Kamu ninggalin dia dimana sampai Deva bisa diculik, Sya?"

"Saya tinggalin dia di ruang tamu sebentar untuk buang sampah hiks.... T-tapi waktu balik Deva gak ada, Van...."

"Ssshhh kamu tenang dulu. Mungkin Bunda kamu atau Bella yang bawa Deva?"

"Bunda dan Bella lagi gak dirumah. Pintu belakang juga terbuka lebar sewaktu saya masuk ke dalam rumah. Saya yakin Deva diculik, Van..."

Vano coba mengatur nafas dan pikirannya agar tidak ikut panik. Jika Deva diculik dirumah Jisya sendiri, sudah bisa dipastikan penculikan ini sengaja direncanakan oleh seseorang. "K-kita pergi cari Deva. Siapa tau penculiknya belum jauh dari sini" Saran Vano.

Jisya mengangguk lemah. Tenaganya ikut hilang saat memikirkan bagaimana kondisi Deva saat ini.

"Kamu kuat kan? Atau lebih baik kamu dirumah aja ya? Aku khawatir kondisi kamu menurun, Sya"

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang