Chapter 31

2.7K 287 141
                                    

"Happy Reading"




Jangan lupa spam komen!!
Sengaja up siang, biar kalau rame bisa double up gak ke maleman



Mata Jisya terbuka perlahan saat silau cahaya matahari mengganggu tidurnya. Pandangannya mengedar begitu melihat ruangan yang tidak asing di matanya. Apa Jisya tidak salah lihat? Dia sedang berada di apartemen Vano?

Rasa sesal menyelimutinya saat harus kembali merepotkan lelaki itu. Seharusnya dia tidak tertidur di perjalanan. Dia merasa seperti wanita murahan karena sudah beberapa kali menginap di apartemen laki-laki yang belum sah menjadi suaminya.

"Pagi cantik!" Sapa Vano hangat dengan ponsel ditangannya.

"Kenapa gak bangunin? Seharusnya kamu gak bawa saya ke apartement ini lagi, Vano" Ucap Jisya mengesah kesal.

"Gak tega mau bangunin. Keliatannya kamu kecapean setelah kemo kemarin"

"Saya punya orang tua. Gimana kalau Bunda saya khawatir saat tau saya gak pulang?"

"Walau mungkin tidak" Lanjutnya dalam hati.

Vano terdiam tidak mampu membalas ucapan Jisya. Dia akui dirinya salah, tapi ini semua dia lakukan agar Jisya tidak terganggu dalam tidurnya. Vano hanya sedang berusaha membuat gadis itu nyaman, apakah salah?

"Saya harus pulang sekarang" Gadis itu beranjak turun dari kasur kemudian berjalan membuka pintu kamar.

"Beneran mau langsung pulang?" Cegah Vano mencekal tangan Jisya yang kini berada di ambang pintu. "Kita bisa main game at–"

"Ini bukan waktu untuk bersenang-senang" Potong Jisya tegas.

"Oh come on! It's the weekend kita bisa menghabiskan waktu untuk bersenang-senang"

"Saya bilang nggak ya nggak Vano!"

"I promise you for a minute. Please..." Vano menampilkan wajah memohon nya sembari menyatukan kedua tangan berharap Jisya dapat berubah pikiran.

Jisya memutar bola matanya malas merasa kesal melihat Vano memohon layaknya anak kecil. Jika seperti ini mana mungkin dia bisa menolak. "Yaudah" Putusnya. "Tapi inget janji kamu tadi, hanya sebentar"

Senyum kotak manis terlukis di wajah tampan lelaki itu. Bagai mendapat hadiah Vano berseru senang kemudian menarik Jisya untuk mengikutinya ke pantri dapur.

Jisya terperangah kagum melihat sekelilingnya. Kemewahan menyambut matanya begitu melihat banyak dan lengkapnya bahan juga peralatan dapur disana. Tidak heran sebenarnya mengingat Vano berasal dari keluarga kaya.

"Kita mau ngapain kesini?"

"Lupa ya?" Ucap Vano balik bertanya sembari terkekeh kecil. "Masak berdua ada di daftar kegiatan kita, kalau bisa dilakukan sekarang kenapa nggak?"

"Kita mau masak?"

"Berenang, Sya"

"Tapi ini kan kita di dapur"

"Makin hari pacar gue makin lemot ya" Cibir Vano pelan. "Mungkin efek sering main sama gue kali ya? Gue kan goblok" Monolognya dengan diri sendiri.

Jisya memukul pelan bahu Vano menyadarkan lelaki itu dari dunianya. "Vano saya tanya kamu, bukannya dijawab malah mencibir!"

"Eh–i-ya, yaudah lama ah! Jangan banyak tanya. Kita ke pantri ya karena mau masak, yakali berenang" Sergahnya kemudian mengambil beberapa bahan makanan dari dalam lemari dan meletakannya diatas meja. "Ayo pilih kita mau masak apa"

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Kde žijí příběhy. Začni objevovat