Chapter 34

2.2K 281 63
                                    

"Happy Reading"



Warning Typo!


Jangan lupa spam komen!!
Ramein lagi yuk spam banyak banyak plus vote biar aku semangat up, hehehe....




Ada kejutan di Chapter ini 🤫





Pergerakan Vano sejak tadi tidak luput dari penglihatan Jisya. Lelaki itu sekarang tengah membuat api unggun kecil serta memasang tenda untuk mereka. Sesekali Vano bahkan ketahuan mencuri pandang padanya yang sedang duduk di atas Hammock atau biasa disebut ayunan pohon.


 Sesekali Vano bahkan ketahuan mencuri pandang padanya yang sedang duduk di atas Hammock atau biasa disebut ayunan pohon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tidak pernah terbayang dibenak Jisya jika Vano akan mengajaknya Camping malam ini. Lelaki itu selalu membuat ajakan pergi mendadak namun segala sesuatunya selalu seperti sudah disiapkan jauh hari.

Seperti saat ini, mereka sedang berada di sebuah bukit yang berhiaskan lampu lampu kecil dengan pemandangan kota di malam hari yang terlihat menyejukkan mata dengan peralatan Camping yang lengkap tersedia.

"Selesai" Ucap Vano kemudian duduk di kardus yang telah ia siapkan tepat menghadap api unggun yang dibuatnya. "Sya, sini" Panggilnya menepuk-nepuk sisi sebelahnya mempersilahkan gadis itu bergabung untuk menghangatkan tubuh.

Jisya mengangguk kemudian duduk disamping lelaki itu. Vano melirik gadisnya itu sejenak kemudian menyodorkan sepasang sandal hangat pada Jisya untuk dipakai."Siniin kaki kamu"

"Itu sendal siapa, Van?" Tanya Jisya heran. "Kaus kaki kamu juga udah lebih dari cukup kok"

"Siniin, Sya"

Ucapan Vano yang terdengar tidak ingin dibantah membuat Jisya mau tidak mau meluruskan kakinya ke arah lelaki itu. Betapa terkejutnya dia saat tau Vano mengeluarkan sebuah betadine serta perban dari balik tubuhnya.

"Kamu ada masalah apa dirumah? Aku gak yakin kamu sekacau ini hanya karena soal restu Mamah mengenai hubungan kita" Tanya Vano sembari mengobati telapak kaki Jisya yang terluka dengan lembut.

Jisya memilih bungkam karena menurutnya Vano tidak harus tau mengenai Bella yang ternyata adalah adiknya. Apalagi mengenai dirinya dan Bella yang harus berebut kasih sayang dari Bunda mereka. Memalukan....

"Heyy, Sya? Kenapa diem sih? Aku tanya kenapa kamu bisa se kacau ini?" 

"Saya cuma bingung dan takut mengenai restu orang tua kamu. Bingung karena disuruh menjauh padahal hati saya sudah jatuh di kamu, dan takut kehilangan karena cuma kamu penopang saya saat ini selain sahabat saya, Raisa"  Jisya tidak sepenuhnya berbohong karena faktanya dia juga hancur karena memikirkan hal itu.

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Where stories live. Discover now