Bagian 16 // Awas Ada Macan!!

20.8K 2.4K 109
                                    

WOY! JALAN PAKE MATA!"

"Dih, di mana-mana, jalan tuh pakai kaki!!"

"Eh, dek Vian ... maaf, dek ... keceplosan, kirain orang lain, hehehe ...."

Vian menaikkan sebelah alisnya, kemudian bergegas pergi dari sana. Bocah itu tidak mau mendengarkan celotehan kakak kelasnya yang sepertinya akan menggodanya habis-habisan.

"Anjritt, sekarang kayaknya ada razia dadakan, anak OSIS di kelas gue, alias Amel gak muncul batang hidungnya. Lagian, ayah kenapa kirim celana yang ini, sih? Kalau celananya digunting lagi sama Bu Airin, gue pulang sekolah telanjang dong. Mana gak pake kolor, kolor gue ketinggalan di kamarnya Rizky, gue cuman sempakan doang ...."

Vian sebenarnya ingin menangis, meratapi nasibnya yang benar-benar sial.

"Rizky juga kenapa gak bisa dikompromi, sih ... gue kan sebentar lagi bakalan jadi adeknya dia .... Sial banget punya kakak modelan begitu!"

Sekarang, Vian bingung harus pergi ke mana. Ia tidak mungkin membolos ke markas geng-nya. Rama dan Johan tidak ada, Yudha dan Rio juga mulai ogah-ogahan bila harus diajak bolos ke tempat itu. Kenapa? Ruangannya agak angker ... bahkan, Vian pernah menangkap sosok yang mengintip dirinya mandi, menyeramkan ....

Namun, kecurigaan Vian akan adanya razia dadakan, sirna sudah ... saat dirinya mendapati Amel sedang berjalan sendirian. Oh, ya ... lelaki itu sudah dipastikan menghampiri Amel. Tidak ada pacarnya alias Wenda, kan? Kalau ada, ya bahaya ... pasti ada pertempuran luar biasa di koridor kelas sebelas itu.

"Amel ... habis rapat OSIS?"

Amel yang dihampiri oleh Vian, spontan menghentikan jalannya. Gadis itu kemudian tersenyum cantik, membuat jantung Vian berdebar-debar.

"Eh ... iya nih Vi, habis ngomongin Pensi. Kenapa? Kok ada di sini, bentar lagi masuk, loh ...."

Hanya Pensi, kan? Bukan razia, Vian agak tremor.

"Mau ke kelas bareng?"

Amel tersenyum, kemudian mengangguk atas ucapan Vian barusan.

Ya tuhan ... Vian benar-benar terpesona, Amel sangat cantik, membuat dirinya melupakan eksistensi Wenda dalam hatinya. Tidak ... Wenda juga cantik, tidak sepantasnya Vian melupakan gadis itu, terlebih ... Wenda adalah kekasihnya sendiri.

Kedua orang berbeda gender itu kemudian berjalan beriringan ke arah kelas mereka. Ya, Vian dan Amel memang satu kelas. Waktu itu, saat Vian dipaksa untuk menjadi dirigen, dirinya berjanji untuk menonjok ketua kelas, namun ... saat ia tahu bila yang mengusulkan namanya untuk menjadi dirigen adalah Amel, jadi ... niat tonjok menonjoknya seketika jadi berubah menjadi ... 'ya udah, karena kamu yang nyuruh, aku gak bakalan marah ....'

Oke, ingatkan Vian bila Amel itu milik Rizky.

"Apa Lo liat-liat!!"

"Buset, galak banget neng ...."

"WOY! GUE PUNYA BATANG! PIPIS GUE BERDIRI!!"

Vian nyaris saja baku hantam, untung Amel segera menarik lelaki itu untuk menjauh dari kerumunan lelaki yang sedang duduk di depan kelas mereka.

"Ngeselin tahu, Mel ... dia godain kamu!"

Amel terkekeh, 'gimana cara bilangnya, ya? Yang mereka godain tuh kan dia sendiri, bukan gue ....'

Amel hanya mampu membatin atas ketidaktahumaluan Vian.

Vian selalu merasa dirinya adalah lelaki yang gagah perkasa, tanpa sadar diri bila kebanyakan orang akan gemas atas tingkah itu.

CUTE (BAD) BOY || BxB || SOONWhere stories live. Discover now