Bagian 53 // Realize

7.7K 1K 189
                                    

"Harusnya kan gue ngetik 'harian', kenapa malah ngetik nama Vian sih?"

Rizky mendecak kemudian mendelete nama Vian cepat-cepat, lelaki itu menggaruk kepalanya sebentar, kemudian menghela napas panjang lalu mengambil segelas air putih yang diletakkan di samping laptopnya berada.

Matanya kemudian menoleh ke arah jam dinding, sudah menunjukkan pukul dua pagi, tetapi masih terdengar suara berisik di ruang tamu. Ah, pasti Vian dan teman-temannya masih bercengkerama riang, dengan guyonan garing yang sama sekali tak akan membuat Rizky tertawa.

Sebenarnya skandal di ruangan OSIS itu masih abu-abu, Amel melapor pada pihak sekolah tanpa bukti tertera, hanya ucapan yang mungkin masih membuat pihak sekolah merasa ragu. Jadinya, kasus itu memang masih mengambang, bila Amel bisa memberikan bukti terlebih dahulu, maka jabatan Rizky yang baru menginjak bulan ketiga ini akan dicopot seketika, ia akan dinilai sebagai ketua OSIS paling gagal di sekolah itu.

Namun, bila pihak OSIS membuktikan bila yang terlibat skandal bukanlah anggota OSIS, melainkan siswa biasa, maka OSIS tidak akan terlalu bersalah. Mereka hanya akan dinilai teledor karena kurang bisa mengontrol ruangan sehingga digunakan untuk kegiatan asusila.

Alasan mereka menumbalkan Vian adalah agar si manis itu mampu untuk menutup skandal kuat-kuat. Nama Vian sudah buruk, bila dicemari sekali lagi mungkin orang-orang tidak akan heran, lelaki itu memang nakal dari berbagai aspek.

"Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kasihan juga Vian. Dia gak salah apa-apa, jahat banget gak sih kalau tiba-tiba dia disalahin atas sesuatu yang sama sekali gak dia buat--"

Rizky sebenarnya bingung, terlebih ia tahu bila Vian adalah sosok yang rapuh di beberapa kesempatan. Bagaimana kalau lelaki itu frustasi, kemudian memutuskan untuk bunuh diri?

"Kok gue jadi gak tega begini ya? Rasa gue buat dia tuh sebenernya gimana sih?"

Rizky rasa ia hanya terobsesi pada tubuh Vian saja, tidak lebih. Tetapi, bila ia ingat tentang awal ketertarikannya, ia juga tertarik untuk menyelami tabiat serta perilaku Vian yang unik. Sepertinya tak hanya tubuhnya yang Rizky cintai, tetapi ada sesuatu yang lain ... yang tak bisa ia jelaskan.

Rizky bimbang, ia berada di tengah-tengah keputusan. Sejujurnya Vian memang sasaran empuk, lelaki itu pas sekali untuk dikorbankan, Rizky juga tidak mau bila status sosialnya di sekolah akan turun seketika.

"Loh? Udah pada pulang?"

Rizky tidak mendengar suara keributan dari teman-temannya Vian lagi, lelaki itu kemudian berdiri lalu memeriksa kelima lelaki lain yang ada di sana.

"Astaga ... rumah gue!"

Yudha sudah teler dengan satu botol alkohol di tangan, sementara Rio kini tidur di atas sofa dengan kaki panjangnya menjuntai ke bawah, dan Johan serta Rama yang kini menguasai tubuh Vian, yang orangnya sudah terlelap juga. Rama memeluk perut Vian, dan Johan memeluk leher Vian. Mesra, tetapi Rizky tidak suka.

Lelaki itu langsung mematikan televisi yang menyala, ia langsung menendang Rama dan Johan sampai mereka menjauh dari Vian. Setelah itu, Rizky langsung mengangkat tubuh Vian dan membawanya ke dalam kamar mereka.

Rizky tidak peduli bila mereka berempat akan pegal-pegal saat bangun tiba.

"Vi, Lo mabok?"

"Eungg??"

Vian sadar sebentar, kemudian memejamkan matanya lagi.
"Enggak, Vian cuman minum sprite kok."

Rizky terkekeh kemudian memeluk pinggang Vian dan menyamakan lelaki mungil itu di dekapannya. Vian balas memeluk Rizky, mencari posisi seenak mungkin, yang akan membuat dirinya merasa nyenyak memasuki alam mimpi.

CUTE (BAD) BOY || BxB || SOONWo Geschichten leben. Entdecke jetzt