Mengulas yang Baik dan Membangun (Materi)

51 14 0
                                    

Sebelum WU kembali mempublikasikan hasil review, kami akan memberikan sebuah materi "Mengulas" dari peresensi ulung--sepuh--di Wattpad kita, yaitu:

diahsulis

Hore! //tebar bunga

Setelah meminta izin kepada Mba Diah, dengan senang kami persembahkan materi keceh membahana ini. Silakan disimak!

* * *

"Mengulas yang Baik dan Membangun"

     Dalam mengulas, kita biasanya mengenal 2 istilah. Review dan Resensi.

     Kalau resensi identik sama novel, sementara review bisa berbagai macam karya seni: entah itu karya seni yang ada wujudnya seperti film atau yang abstrak seperti musik. Kalau di kata ibarat keluarga, resensi itu kakaknya, review adiknya.

Secara definisi:

     Definisi Review, adalah teks evaluasi dari karya apapun yang dapat disaksikan dengan panca indera dan diberikan kepada khalayak. Contoh karya konkritnya film, video gim, buku, mobil, perlatan. Ada pun contoh karya abstrak yang masih dapat dinikmati panca indera: konser musik, teater, dan opera.

     Definisi Resensi, adalah bentuk ulasan menyeluruh mengenai sebuah karya sastra, meliputi latar belakang, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik di dalamnya, serta merekomendasi karya itu pada akhirnya kepada khalayak ramai.

     Review itu ulasan yang lebih mengutarakan pendapat kalian soal sebuah novel. Resensi itu mengungkapkan kelebihan dan kekurangan novel. Kalau ditakar, di review kalian bisa 70% subjektif, tapi kalau di resensi, paling minimal, kalian hanya bisa 60% subjektif.

     Sebenarnya tujuan review dan resensi itu beda. Kalau di review, kalian cuma mengemukakan pendapat kalian. Kalau di resensi, kalian juga merekomendasikan karya itu kepada orang-orang. Makanya kalau dari ulasan biasa, kalian bakal lihat banyak review yang kesimpulannya ada 2: recommended atau nggak recommended. Sementara kalau di resensi, pasti akhir-akhirnya selalu direkomendasiin, tapi pasti spesifik.

Misal:

“Novel ini cocok untuk penggemar kisah-kisah J.K Rowling dengna konflik yang lebih dewasa ....”

     Kalimat ini pasti sering kalian temui di akhir resensi. Tapi kalau di review, terutama review yang kurang baik, jarang kalian nemu kata-kata begini. Paling bagus itu kalimat:

“Kalau kalian cari bacaan ringan yang menghibur, buku ini cocok untuk kalian.”

     Kurang spesifik. Nggak semua ulasan begitu, tapi secara umum saya ambil sampel, ulasan memang berakhir seperti itu.

     Lalu, apa lagi bedanya?

     Review itu mengulas singkat, sementara resensi mengulas menyeluruh dari sinopsis sampai unsur ekstrinsik. Sekali lagi, beda review biasa sama resensi itu memang di sisi objektifitasnya sih. Jadi kalau memuji, itu lebih ke ulasan. Kalau menunjukkan kelebihan, condong ke resensi.

      Kelebihan dan kekurangan novel ini harus seimbang dalam resensi. Tidak hanya menunjukkan kesalahan typo, cacat logika, cacat latar, terus ujung-ujungnya di kesimpulan kalian malah rekomendasi. Kalian harus konsisten kenapa karya itu kalian rekomendasikan, ungkapkan kelebihan dan kekurangannya. Makanya resensi itu lebih sulit, kalian benar-benar harus seimbang proporsinya.

     Resensi yang bisa dinilai objektif adalah yang bisa melihat makna dan amanat tersirat di dalam novel itu. Melihat apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca melalui novel itu. Itu yang merangkai sebuauh kisah menjadi sebuah kesatuan, merangkai kata menjadi cerita, dan menyatukan asa menjadi sesuatu yang bermakna.

     Tips untuk bikin ulasan yang objektif:

     Yang jelas, yang paling utama: resensi novel yang tipe bacaan kamu. Kalau kamu nggak bisa resensi novel romance, jangan paksakan diri. Jatuhnya penilaian kamu bakalan bias.

     Yang kedua, teliti dalam membaca novelnya. Gak hanya enjoy baca, tapi juga memerhatikan detail-detail kecil yang terselip atau pesan-pesan tersirat di balik buku itu, jadi ketika selesai baca, kita bakal bilang, “Wow ....”.

     Susah sih yang kedua ini, tanpa baca dua kali. Karena itulah saya biasanya ada buddy read, jadi kita bisa saling diskusi soal buku yang lagi kita baca. Saya bisa lihat detail-detail yang saya lewatkan, pesan-pesan tersirat, dari buku itu.

     Yang ketiga dan yang terakhir, resensi ketika hangover kamu usai. Jangan setelah baca langsung bak bik buk bikin resensinya. Kayak abis nyelesaiin satu novel, pasti ada hangover alias gak bisa move on dari novel itu. Tulis resensi ketika hangover kamu udah kelar. Caranya? Bisa dengan riset kecil-kecilan soal akurasi novel itu dengan realita.

     Nah, karena objektifnya itu, resensi punya struktur baku yang nggak ada di review. Struktur resensi sebuah prosa itu biasanya terdiri dari:

1. Pembukaan
     Berisi info soal buku, mulai dari judul, pengarang, halaman, penerbit, cetakan, sampai cetakan berapa. Kalau novel wattpad sih biasanya jumlah bab. Kemudian tulisa abstraknya--iya, harus nulis abstark lagi.

2. Isi
     Ini sesuai style masing-masing. Ada yang buka resensinya pakai quote dari buku, quote analogi dengan situasi yang diceritakan di buku, ada yang langsung jebret bahas alur dan tokoh. Yang jelas, di isi kamu bahas semua plot secara mendetail. Beda dari review yang hanya garis merah plot, dalam resensi kamu bisa kasih spoiler kecil-kecilan. Pokoknya no spoiler ke ending. Tapi selebihnya, kamu bebas menuliskan plot, karakter, dan momen-momen memorable di dalam buku itu.

     Tentu saja dalam gaya bahasa yang mancing pembaca buat kepo. Gak Cuma nulis yang ada gayanya lho, resensi dan review itu ada gayanya. Kita bisa nemuin gaya review dan resensi kita sendiri seiring jalannya waktu dan setelah kita sering bikin resensi.

3. Penutup
     Biasanya diisi dengan rating, kesimpulan, dan rekomendasi kita soal buku ini.

     Kalau style saya dalam bikin resensi itu smooth, menyatu antara isi dan penutup. Nggak berurutan bahas alur, plot, lalu lanjut penokohan. Gak begitu.

     Ada juga yang lebih nyaman kalau pakai poin per poin. Silakan kembangkan gaya yang cocok untuk kalian.

* * *

Tambahan:

• Suatu karya belum bisa kita resensi sebelum selesai. Cuma bisa kita review.

• Resensi harus mengulas menyeluruh sampai detail-detail karyanya, bisa jadi sampai mengulik latar belakang politik, budaya, sosial dan ekonomi saat pembuatan novel, dan dari pengarangnya sendiri lho. Lalu membandingkannya dengan kondisi di novelnya. Mengulik makna filosofis di balik novel itu. Kadang juga kita nemu kalimat-kalimat metafora yang sebenarnya kaitannya erat banget ke dunia nyata dan kondisi yang dialami pengarang sewaktu nulis buku itu.

• Sebenarnya kritik sastra itu ada untuk memberikan pujian dan saran yang membangun, nggak segalak namanya lho. Hati-hati kalian kalau disuruh bikin kritik sastra. Itu bukan tugas untuk menonjolkan kekurangan novel orang lho, tapi justru menonjolkan kelebihannya.

• Kalau apresiasi sastra berisi pujian, kalau resensi menunjukkan kelebihan. Kalian bilang: “Novel ini mengambil latar di dalam negeri, desa yang jarang dilirik, tapi akurasinya dengan budaya tinggi”. Dan kalian juga bukannya asal muji, tapi memang benar-benar mencocokkan novel itu ke dalam kebudayaan asli. Itu disebut menunjukkan kelebihan.
Tapi kalau memuji, kalian pasti bilang: “Novel ini berani dengan mengambil latar yang jarang dilirik orang. Namun dilandasi riset yang mumpuni, kendala ini bisa diatasi pengarang dengan baik”.

22 April 2021

Hasil ReviewWhere stories live. Discover now