Eternal First Love

2.1K 471 660
                                    

*play the song at multimedia*

--

Kim Namjoon
Rkive Studio, 5th December 2018

Musim dingin telah tiba. Aku melewatkan salju pertama di akhir November karena sedang berada di Tokyo. Kudengar dari Seokjin yang berulangtahun kemarin, pagi ini salju turun lagi.

Aku belum sempat memeriksa karena semalam suntuk membuat lagu. Ini sudah pukul sembilan pagi dan aku belum tidur. Anehnya, aku juga tidak mengantuk sedikitpun. Terkadang aku punya hari-hari seperti ini, saat aku bahkan dapat bekerja tiga kali dua puluh empat jam penuh, tapi aku akan tertidur seharian esoknya.

Lagu dari playlist komputerku terputar acak sejak satu jam yang lalu.

Aku mengambil semprot tanaman, lalu menyirami bonsai yang kuletakkan di atas meja kayu kecil tepat di pojok ruangan. "Joheun achim, Jjin jjin," ucapku sembari tersenyum pada bonsai sapwood-ku yang bernama Jjin Jjin, satu-satunya bonsai yang kuletakkan di studio. (Selamat pagi).

Terdapat lumut di bagian atas daun bonsai, sehingga harus menyemprot berkali-kali hingga airnya mengalir hingga bagian bawah pohon bonsai.

Memandangi air yang mengalir perlahan di batang pohon cokelat keabu-abuan itu membuatku senang. Air itu tak terjatuh ke tanah, namun mengalir di tiap sela yang bisa ia lalui, seolah menunjukkan padaku bahwa semua hal di dunia ini punya jalur dan tempatnya masing-masing.

Usai menyiram tanaman, aku kembali duduk di kursi dan menatap layar komputer.

Lagu dari Epitone Project – First Love terputar. Lagu ini baru rilis bulan lalu dan menjadi sangat terkenal.

Aku mengakui, lagunya memang sangat bagus. Dan mengingatkanku pada cinta pertamaku.

At first, the moment when I met you
The memory that I was getting out of breath
I fear that you might hear me
I remember that day, I was anxious to get caught

Teringat akan sesuatu, aku berjalan ke lemari tempatku menyimpan action figure, kemudian mengambil kotak cokelat bata yang terletak di rak paling bawah.

Kotak itu berisi benda-benda berharga seumur hidupku. Aku sengaja meletakkannya di sini, karena dorm tidak aman sama sekali mengingat seberapa jahil member lain.

Aku membuka kotak tersebut dan menemukan banyak barang-barang kecil di dalamnya. Mungkin jika orang lain melihat isi kotak ini, orang itu akan berpikir 'mengapa diisi dengan sampah?'.

Kukeluarkan satu persatu barang yang ada di sana. Gantungan ID-card akses memasuki gedung Big Hit yang lama, tiket konser Epik High pertamaku, mainan mobil-mobilan yang sudah rusak, cangkang kerang dari liburanku saat kecil, gelang manik-manik yang dibuatkan adikku, lalu akhirnya aku tiba pada barang yang aku cari.

Sebuah buku catatan kecil dengan sampul warna putih, diary milikku saat SMA.

For me, you are my first love, everyday
Like snow in the spring, I am waiting for you
The day when I cried, the night when I was overwhelmed
My heart is strange, just like the wind blows, it is still the same

Saat aku mengangkat buku tersebut lalu berniat untuk duduk kembali di kursi, aku menyadari beberapa kertas foto terjatuh di lantai.

Dengan sigap, aku mengambilnya dan meletakkan di atas meja komputer. Di hadapanku kini terdapat saksi bisu perasaan seorang Kim Namjoon muda.

Buku diary kecil, dan delapan foto seorang gadis mengenakan seragam SMA yang diambil dari kejauhan. Aku melirik pada kertas-kertas foto berukuran dompet itu sebentar, lalu memutuskan untuk mengalihkan perhatianku pada buku. Saat membuka, kalimat yang aku temukan adalah:

Arcadia | KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang