1. Seribu Mansion ✅

935 51 10
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠

Happy Reading🍭

•••

"Amora, Apa Bener kamu ulangan Matematika dapet nilai 88?" Tanya Beni papanya, namun Amora bungkam tidak menjawab ucapan papahnya.

"JAWAB!" Bentak Beni murka.

"Iya." jawab Amora Dengan Muka datar.

Plak

Langsung saja Beni menampar pipi mulus Amora. "Dasar anak gak tau diri, susah-susah saya cari uang buat kamu, buat nyekolahin kamu, Papa kan sudah bilang kamu harus dapat nilai lebih bagus dari delapan!"

Amora Menatap Papa nya dengan datar. "Kenapa Papa marahin aku yang dapat nilai 88. sedangkan Vanya anak tiri itu yang dapat nilai 80 Papa malah membelikan dia handphone keluaran terbaru, ini gak adil namanya," Ujar Amora sambil menunjuk Vanya. Vanya yang ditunjuk hanya menunduk ketakutan melihat pertengkaran Papa dan adik tirinya itu.

"Itu suatu keberuntungan buat Vanya karna dapat nilai 80, sedangkan kamu. Turun drastis, bikin malu saja."

"Keberuntungan. Keberuntungan apanya? Kenapa Papa selalu bedain aku, apa salah aku Pah?"

"Kamu pikir sendiri kamu anak yang gak tau diri. Persis seperti mamah kamu, beda dengan Mirna Mamahnya Vanya, mereka selalu ada disamping Papa gak seperti Mama kamu,"

"Bukankah Papa yang ngusir Mama!" ujar Amora dengan suara yang sangat keras.

"Diam kamu anak gak tau diri."

***

"Amora buruan berangkat sekolah nanti kesiangan!" teriak Beni dilantai bawah.

"Iya Pah," teriak Amora. lalu bergegas turun dari kamarnya dan berjalan ke meja makan dimana Papanya Beni, Mirna Mama tiri dan Vanya kakak tiri sedang makan bersama di meja makan.

Saat Amora hendak duduk dikursi Papanya bersuara. "Ngapain kamu? cepet kesekolah nanti terlambat," ujar Beni dingin.

"Tapi Pah aku belum makan,"

"Gak ada makan karna kamu dapet nilai jelek,"

"Aku lapar Pah,"

"Cepet berangkat sekolah ngapain kamu masih disini!"

"Uang,"

Beni berdecak sebal lalu mengeluarkan uang senilai 25 ribu di dompetnya. "Nih ingat harus hemat harus nabung," ujar Beni sambil menyodorkan uangnya itu.

"Tapi Pah ini gak cukup karna disekolah aku ada iuran kelas sama Osis dan..."

"Keluar dari organisasi gak penting itu. Kamu hanya perlu belajar bukankah kamu harus mempersiapkan ulangan yang akan datang dan minggu depan kamu lomba olimpiade, persiapkan otak kamu bentar lagi kamu lulus, jangan berlaha-leha, papa sekolahkan kamu mahal-mahal hanya untuk jadi anak berguna,"

"Iya pah," Amora malas berdebat lebih baik dia mengalah dan menurut saja.

"Ini buat Vanya," sembari menyodorkan uang bernilai lima ratus ribu.

Amora sangat sakit melihat itu kenapa Papanya membedakan dirinya dengan anak tirinya. Melihat nominal uang yang diberikan sangat terlihat jika perbedaan itu terlihat sangat jelas. "Makasih Pah." ujar Vanya sambil tersenyum.

Lalu mereka berangkat tentunya Vanya dengan mobil mewah yang dibelikan Beni, dan Amora berangkat dengan sepeda lamanya.

"Mora mau berangkat bareng?" Tanya Vanya yang hendak masuk kedalam mobil.

AMORA (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora