35. Setelah kejadian itu terjadi ✅

74 7 0
                                    

Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠

Happy Reading🧚‍♀️

•••

"Berarti kamu gak pantas disebut lelaki, buat apa kamu ngejar-ngejar cewek kalau kesalahan kecil aja kamu gak bisa bertanggungjawab! Gimana kalau kesalahan besar?"

Okky duduk termenung mengingat ucapan Jelsyn yang beberapa waktu lalu pernah ia ucapkan.

Apa iya kesalahan sebesar ini ia bisa menghadapi nya?

"Hiks.. Kamu jahat."

"Kenapa kamu lakuin ini?!" dari bangun tidur Amora terus saja menangis. Dengan keadaan tubuhnya yang ditutup selimut, mata yang bengkak, rambut yang acak-acakan.

Okky berusaha menenangkan Amora. Ia tidak boleh gegabah ia harus mencari tahu apa penyebab ia merenggut kesucian orang yang ia sayang.

"Mei, dengerin aku. Aku gak tau ini kenapa bisa terjadi. Aku gak sadar."

"Kita harus cari tahu dulu apa penyebab kita melakukan itu."

"Aku takut,"

"Udah yah kamu jangan takut, jangan nangis lagi ada aku disini. Kita harus berfikir jernih kita harus cari tahu!"

"Bagaimana? Aku capek, aku mau pulang." Okky menganguk lalu mereka berdua pun bebenah.
Okky memungut semua pakaian Amora dan memberikannya. Amora menerima sodoran baju yang berada di tangan Okky.

Okky bersimpuh dihadapan Amora. Air mata mulai bercucuran, menyesali setiap perbuatan yang telah ia lalukan. "Aku nyesel Mei, aku gak sadar, kenapa aku malah ngerusak kamu. Harusnya aku menjaga kamu bukan malah merusak kamu, aku takut kamu benci aku, aku takut kamu pergi ningalin aku. aku bodoh, sungguh manusia tolol. Aku.. Aku.."

"Sudah ky, menyesal pun gak bisa mengembalikan apa yang telah hilang. Kita sama-sama akan mencari tahu semuanya, kita akan menghadapi semuanya bersama-sama."

Setelah bersiap mereka memasuki mobil untuk pulang. Tapi sebelum itu Amora melihat sebuah bungkus, entah bekas bungkus apa itu Amora sendiri pun tidak tahu.

"Ky ini apa?" tanya Amora.

Okky pun memperhatikan bungkus yang ditunjukkan oleh Amora.

"Shit. kita dijebak Mei," ujar Okky dengan nafas yang memburu.

"Maksudnya?" tanya Amora tidak paham.

"Je-jeslyn Mei, Jelsyn."

"Kenapa? Ada apa sama Jelsyn?"

"Dia yang udah jebak kita, dan ini bukti bahwa dia memasukkan obat perangsang kedalam air yang kita minum,"

Amora sungguh terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa Jelsyn melakukan hal bodoh seperti itu.

"Maksud Jelsyn apa? Apa yang dia inginkan?"

"Aku gak tau, sepertinya dia ingin menjebak aku untuk melakukan hal kotor itu sama dia, dan membuat dia hamil anak aku. Agar aku tidak lari dari tanggungjawab dia. Dan..."

"Ky.. Aku takut, bagaimana kalau nanti aku hamil?"

Okky melirik kearah Amora yang sedang ketakutan. Sungguh Okky sendiripun sedang merasa takut. Kenapa ia bisa se ceroboh ini.

"Mei, aku gak tau aku harus ngelakuin apa? Aku binggung. Nanti kita pikirkan lagi kedepannya mau gimana, kalau ada suatu hal yang terjadi aku bakalan tanggung jawab Mei,"

"Tapi aku belum siap ky, aku gak mau seperti ini,"

"Kamu tenang dulu, biar aku yang pikirkan. kamu jangan banyak pikiran. Aku tau ini sulit buat kamu. Aku janji Mei aku akan mencari solusi dari permasalahan ini,"

Amora menatap dalam mata Okky. "Apa mungkin kita bisa melewati ini semua?"

***

Di dalam kamarnya Amora sedang duduk di meja belajarnya. Menulis setiap hal apapun yang terjadi dalam hidupnya, termasuk hilangnya suatu hal yang harus ia jaga. Sungguh Amora memang mencintai dia, setiap detik ingin selalu bersamanya.

Amora tidak bisa menyalahkan keadaan mungkin memang jalannya harus seperti ini.

Walau susah Amora akan berusaha melupakan malam itu, ia akan menjalani hari seperti biasanya seolah-olah tak pernah terjadi apapun. Seolah tak ada masalah yang menimpanya.

"Mungkin aku belum diizinkan untuk bahagia, aku akan melupakan semuanya."

Amora bergegas akan tidur, sungguh ia merasa capek atas apa yang menimpanya.

Tok.. Tok.. Tok

"Masuk."

Ceklek

Rupanya itu Beni.
Beni pun masuk dan menghampiri Amora yang sedang tiduran. "Kamu kenapa? Kamu sakit?"

Amora menggelengkan kepalanya. "Enggak pa, aku gakpapa,"

"Kamu semalam habis darimana? Kenapa tidak pulang?"

Amora terdiam. Sungguh ia bingung harus menjawab apa. "Euu.. Anu.. Aku habis nginep dirumah temen pah, aku lupa gak ngabarin karna handphone nya kehabisan daya."

"Oh.. Lain kali kamu harus izin dulu biar papa gak cemas."

"Iya pa, maaf."

"Yasudah kamu istirahat, jangan kebanyakan main. Bentar lagi kamu masuk sekolah. Harus yang rajin belajar nya,"

"Iya pa." setelah Beni keluar dari kamar Amora.
Amora menangis dalam diam. Ia telah gagal menjadi anak kebanggaan orangtua, ia telah mengecewakan orangtuanya.

"Papa ingin kamu menjadi pribadi yang berkualitas, makanya papa mati-matian didik kamu supaya kamu tidak dipandang rendahan."

"Jangan kebanyakan main, banyak-banyak belajar Amora supaya kamu gak tersesat."

"Papa sekolahkan kamu mahal-mahal hanya untuk jadi anak yang berguna."

"Jangan bikin papa malu."

Entah apa yang bakalan terjadi jika papanya tahu apa yang telah Amora alami.

Mungkinkah semuanya akan berakhir, mungkinkah papanya akan membunuhnya. Entahlah Amora pasrah atas apa yang sudah terjadi

•••

AMORA (END)Where stories live. Discover now