40. Berakhirnya Persahabatan ✅

46 7 0
                                    

Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠

Happy Reading🧚‍♀️

•••

Setelah pulang dari rumah sakit Okky mengajak Amora jalan-jalan. Sejujurnya Okky tidak tega melihat Amora terus kepikiran.

Okky mengajak Amora ke warung gembul milik pak Yanto. Okky sudah janjian bersama teman-temannya untuk berkumpul disana dan rupanya mereka sudah sampai terlebih dahulu sebelum datangnya Okky dan Amora. Awalnya Amora terlihat biasa, tetapi setelah melihat wajah Andra, Amora mendadak memberhentikan langkah kakinya.

"Kita pulang aja yu!" Ajak Amora sambil memegang tangan Okky.

"Loh kenapa? Kamu takut sama mereka?" Tanya Okky sembari menatap wajah Amora, "Mei Dengerin aku yah, kamu jangan takut sama mereka, semuanya akan baik-baik saja. Bukanya kamu sendiri bilang kita harus bersikap seperti biasanya agar mereka tidak curiga?"

Amora terdiam, apa yang diucapkan oleh Okky itu benar. Tapi dia tidak ingin bertemu dengan Andra.

"Are you okey?"

Dengan pelan Amora pun mengangukkan kepalanya. Lalu Okky dan Amora menghampiri mereka.

"Darimana aja lo, jam segini baru dateng?" Tanya Roy.

"Biasa, habis kencan dulu gue." Jawab Okky santai.

"Moy, lo ke mana aja sih. Gue gak nyaman tau disini, orang-orang pada ngeliatin gue. Jadi merinding," ujar Wulan yang duduk disebelah Agil.

"Biasa aja kali, gak usah takut gitu,"

"Ya lo lihat aja tampang preman gitu, serem,"

"Haha, cemen lo masa sama preman aja takut." Wulan hanya mendelik mendengarkan ucapan Amora.

Andra menghampiri Amora yang duduk disebelah Wulan, "Al, apakabar?"

Amora menatap Andra malas, "Baik." jawab Amora datar lalu berdiri dan menghampiri kursi yang diduduki oleh Okky.

"Haduh, cape banget gue!" Ucap seseorang yang baru datang, yaitu bang Jali Mantan preman yang sering malak di pasar kamis.

"Kenapa lo bang?"

"Habis hajar preman kampung sebelah, resep banget sialan," jawab bang Jali.

"Sabar bang, lo ajakin lah kumpul bareng kita," ujar Okky.

"Nih gue juga lagi usaha, ngajakin dia biar gak malak dan mukulin warga lagi,"

"Jadi penasaran gimana berantemnya preman vs mantan preman," celetuk Agil.

"Ah elu, mau gue tonjok?" Ujar Bang Jali.

"Eh, enggak bang. Canda."

Kini mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitupun dengan Okky dan Amora.

"Eumm.. Btw toilet dimana yah ky?"

"Dibelakang warung, mau aku anter?"

"Eumm gak usah, aku bisa kok sendiri." Okky pun menganguk, membiarkan Amora pergi kebelakang.

Sesampainya dibelakang Amora duduk di bawah pohon mangga. Amora berbohong, dirinya tidak pergi ke toilet, ia hanya ingin pergi dari hadapan Andra yang terus saja memperhatikan dirinya.

"Kenapa sih lo jadi begini?"

"Sialan lo Andra!"

"Ngapain lo mengumpat? Gak baik Al, apalagi bawa-bawa nama gue!" Ujar Andra menghampiri Amora. Ya Andra mengikuti kemana Amora pergi, karna feeling nya merasa ada yang tidak beres dengan Amora.

"Terserah gue! Apa urusannya sama lo? Lo juga ngapain nguntitin gue? Gak baik," ujar Amora dengan ketus.

"Ya biasa aja dong, gak usah marah-marah juga." Kini mereka terdiam, sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

"Al, lo kenapa? Lo ada masalah apa? Sini cerita sama gue, Lo marah sama gue? Apa lo benci sama gue gara-gara kemarin? Kalo iya maaf yah, gue tersulut emosi, karna lagi banyak masalah. Gue..."

"Stop, apa peduli lo nanya begitu?"

"Al, gue sahabat lo kalau lo lupa!"

"Sahabat? Bahkan lo gak pernah nganggap gue sahabat! Gue terlalu bodoh, gue sering ngerepotin lo, apa-apa lo, dikit-dikit lo. Tapi lo? Gue belum bisa jadi sahabat terbaik lo. Gue gak pernah tahu tentang lo Andra. Gue rasa, gue gak dianggap."

Andra terdiam.

"Lo. Siapa nya Celline?"

"Apa dia pacar lo?"

"Jawab Andra, gue gak butuh keterdiaman lo!"

"Iya, dia pacar gue," jawab Andra.

Amora terdiam lalu tertawa sinis, "Cih, bahkan sahabat sendirinya pun tidak diberitahu. Sahabat macam apa gue ini? Lo pernah anggap gue gak sih?! Heran,"

"Al, lo tahu privasi kan?"

"Oh, jadi lo mau main privasi sama gue? Sebegitu gak pentingnya gue, sampe gue gak tahu. Bukanya lo sendiri yang membuat perjanjian tidak ada yang namanya privasi diantara kita Andra! Lo sendiri yang bilang. Kita harus saling terbuka satu sama lain! Tapi, mana janji lo Andra?! Lo Ngehianatin persahabatan kita!"

"Dengerin penjelasan gue dulu. Gue gak bermaksud bikin lo kayak gini, dunia gue bukan cuma lo doang Al. Tolong ngertiin gue, gue lagi berusaha membagi waktu buat kalian semua,"

"Iya Andra gue tahu, gue terlalu egois. Terlalu memaksakan keinginan. Dan lo benar, dunia lo bukan cuma gue doang. Gue gak pernah minta apa-apa dari lo, gue cuma butuh teman curhat disaat gue benar-benar berada di titik terendah gue. Dan gue cuman punya lo, sahabat sekaligus abang yang gue sayang,"

"Mungkin untuk saat ini, kita akan sibuk dengan urusan masing-masing. Mulai sekarang lo cukup lupain gue, Dan anggap bahwa gue itu gak pernah ada. Gue gak mau ngebebanin lo lagi. Andra terimakasih buat semuanya,"

"Al, jangan bilang persahabatan kita sampai disini, gue gak mau, gue masih butuh lo berada disamping gue!"

"Sekarang prioritas lo bukan gue, sekarang lo akan bahagia bersama pasangan lo tampa kehadiran gue, begitupun gue, mulai sekarang kita akan berjalan masing-masing."

Tidak ada yang lebih sakit dari putusnya persahabatan. Entah apapun masalahnya, dengan memutuskan tali persahabatan adalah hal yang tidak ingin dilakukan, karna rasanya begitu menyakitkan.

"Mulai sekarang kita akan menjadi dua orang sahabat."

"Jangan nangis, kita akan berjuang bersama-sama."

"Entahlah Ndra gue takut lo akan ningalin gue sendiri, suatu hari nanti lo pasti menemukan seseorang dan gue akan dilupain."

"Shhtt... Al dengerinyah, Gue gak akan lupain lo, dan gue gak akan ningali lo walaupun gue punya pendamping nantinya. Gak ada yang lebih berharga dari sosok sahabat kayak lo, lo istimewa, Jadi sekarang jangan nangis lagi."

"Jangan pernah tinggalin gue, kita akan menua bersama Dan bahagia bersama."

"Gue sayang sama lo, melebihi apapun."

Nyatanya memutuskan persahabatan itu sangat menyakitkan. Bayangan saat bersama selalu terlintas saat kita saling berjauhan.

Semua sudah tidak sama lagi seperti dulu. Semua telah berubah seiring berjalannya waktu. Kita hanya sedang mempersiapkan diri dengan yang nama-Nya perpisahan. Karna lambat atau laun, kita akan berpisah. Akankah masa lalu akan terulang atau sebaliknya, tidak?
Kita tidak perlu mengulang, hanya saja akan selalu teringat. Bagaimana kita dulu pernah bersama, tertawa bersama, apapun kita lakukan bersama-sama. Tapi yakinlah kita akan susah melakukan hal yang pernah kita lakukan dulu. Entah memang tidak ada niatan, atau memang sibuk sama urusan.

***

AMORA (END)Where stories live. Discover now