26. Anak Kandung? ✅

77 10 2
                                    

Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠

Happy Reading🧚‍♀️

•••

Sudah satu minggu mereka melewati PAS. Dan hari ini adalah hari pembagian Raport.

"Selamat Amoy, lo ter the best deh pokonya dapat juara satu mulu." ujar Wulan memberikan selamat tak lupa ibunya Wulan juga memberikan ucapan selamat.

"Makasih Wulan, lo juga selamat yah ada peningkatan,"

"Huaa.. Wajib ada tumpengan ini bun.." ujar Wulan sembari memeluk ibunya.

"Iya nanti bunda bikinin tumpeng buat kalian yah."

Amora dan Wulan tersenyum. Lalu Amora pamit untuk menemui papanya terlebih dahulu.

"Pa?"

"Eh, ada apa Amora?"

"Aku izin keluar bentar sama temen-temen pa, boleh gak?"

"Iya, tapi jangan lama-lama." Amora pun menganguk lalu pamit untuk pergi ke teman-temanya.

Beni sedang menunggu Mirna dan Vanya diparkiran. Siluet mata Beni menangkap wajah seseorang yang menurutnya sangat ia kenali. Ya, siapa lagi jika bukan Gibran.

"Mau apa dia kesini?" batin Beni bertanya-tanya.

Tak ambil pusing Beni pun masuk kedalam mobil saat Mirna dan Vanya sudah menghampirinya. Mereka bertiga pergi dari sekolah.

"Guys hari ini bunda mau bikin nasi tumpeng, kalian mau ikut gak?" tanya Wulan ke teman-temanya Okky.

"Soal makan gratis nomer one," ujar Agil cengegesan.

"Dih yang makan nya banyak harus ditanggung sendiri." ujar Wulan mendelik.

"Gak papa kan bunda kalau Agil makan banyak," tanya Agil sembari mendekati Bunda Wulan.

"Iya gak papa kita kan mau makan-makan." ucap Bunda Wulan lalu mengelus puncak kepala Agil dengan sayang. Walaupun mereka sekarang jarang bertemu namun Agil selalu menanyakan keadaan Wulan kepada Bunda. Komunikasi mereka berjalan dengan baik. Dan Agil pun selalu datang kerumah Wulan untuk sekedar bermain dan menjalin silaturahmi meski harus ada perang antara Wulan dan Agil.

"Ky?" panggil seseorang yang ternyata adalah Papa nya Gibran.

"Iya ada apa tuan?" jawab Okky sembari menyengir.

"Heh, kalian mau kemana?" tanya Gibran.

"Kita mau rayain berakhirnya Perang om," jawab Agil.

"Hah Perang? Emang kapan ada Perang?"

"Seminggu kemarin," jawab Roy.

"Udah om orang gak waras kek gini jangan diladenin," jawab Andra.

Semua orang yang berada disana tertawa mendengar celetukan Andra.

"Ini kita mau ngadain acara kecil-kecilan." ujar Bunda Wulan. Gibran hanya mengangukan Kepala nya mengerti.

"Ka-kamu kan?" ucap Gibran terpotong oleh Okky.

"Dia pacar Okky pa. Masa gak tau!" Amora hanya tersenyum malu. Rupanya ini papanya Okky. Amora jadi teringat dengan orang yang menolongnya saat dirinya dijual.

"Ya tau lah, Awas lo anak orang jangan diapa-apain."

"Siap bos."

"Halah boong om, kemarin aja dia nyosor-nyosor.." ujar Roy memanasi.

"Heh, kalo ngomong. Gue gibeng lo."

"Kalian mau ada acara. Saya titip anak-anak nyah. Kalau nakal gebuk aja sekalian bu."

"Iya tidak apa-apa tuan, namanya juga anak remaja."

"Nih duit, buat kalian jajan, jangan nyusahin tuan rumah." ujar Gibran sembari mengeluarkan uang ratusan ribu dan memberikannya ke arah Okky.

"Makasih pa."

"Oke, kalau gitu kita berangkat sekarang."

***

Pukul 15:45. Amora sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Tentunya diantarkan oleh Okky.

"Makasih yah, aku masuk dulu." ujar Amora yang dibalas anggukan. Okky pamit pergi dan melanjutkan motornya diatas rata-rata. Setelah tak terlihat barang hidungnya. Amora pun memasuki rumahnya.

"Heh, abis dari mana kamu?" tanya Vanya yang baru saja pulang.

"Bukan urusan lo!" jawab Amora tajam.

Mereka berdua pun memasuki rumah. Ternyata di rumah sudah ada Beni dan Mirna yang sedang bertengkar.

"Apa mas gak mau memaafkan anak kita mas? Vanya anak kamu. Gak seharusnya kamu berlaku seperti ini!"

"Apa yang kau katakan Mirna itu semuanya tidak benar. Aku hanya sedang memberi pelajaran buat Vanya. Agar dia tidak mempermalukan keluarga kita."

"Tapi Vanya anak kamu mas. Lihat perjuangan dia untuk membuat kamu bangga. Dia rela tidak tidur hanya untuk belajar. Dia mendapatkan peringkat 3 itu semua hanya untuk kamu."

"Ma? Pa?" panggil Vanya. Lalu Vanya dan Amora pun menghampiri mereka berdua.

"Apa yang kalian katakan, jelaskan sekarang!" tuntut Vanya.

"Apa maksud kamu?" tanya Beni.

"Papa tanya apa maksud aku? Jawab pertanyaan aku pah. Apa aku anak kandung papa? Jawab!" teriak Vanya.

"Duduk Vanya, kita bicarakan baik-baik." tutur Beni. Lalu merekapun duduk dikursi. Menunggu penjelasan.

"Iya Vanya kamu adalah anak kandung papa. Dulu papa dan mama kamu menikah dan mempunyai kamu. Setelah itu papa menikah dengan mama nya Amora. Dan kalian adalah saudara se-ayah."

"Ma-maksudnya? Gak mungkin!" ujar Vanya tak percaya.

Amora sendiri pun terkejut mendengarkan. Ia sama seperti Vanya tak percaya.

"Tapi itulah kenyataan nya."

Amora pamit untuk pergi kedalam kamarnya. Rasa nya ada yang sesak. Satu persatu rahasia mulai ia temukan. Ternyata Dia dan Vanya adalah saudara se-ayah. Pantas saja jika selama ini dirinya selalu diperlakukan tidak adil.
Kenapa dunia sesempit ini.

Amora menangis tersedu-sedu. Bukan karena mendapati rahasia ini. Tetapi rasa rindu kepada ibunya kian menumpuk. Entah harus kemana Amora mencari ibu kandungnya. Ia ingin sekali mencurahkan isi hatinya. Ingin sekali melepas rindu. Tapi apalah daya nya ia tidak bisa menemukan titik dimana ibunya berada.

•••

AMORA (END)Where stories live. Discover now