29. Limitless power ✅

47 8 0
                                    

Sebelum Baca jangan lupa tap bintang dulu ya!⚠

Happy Reading🧚‍♀️

•••

Suasana ruang makan dirumah Amora dilengkapi oleh kesunyian. Empat insan yang berada dalam ruangan itu, seolah membisu tampa ada yang bersuara. Dentingan sendok dan garpu yang bertubrukan dengan piring itu sesekali terdengar nyaring.

Semenjak memenangkan Olimpiade, Amora sekarang Sedikit demi sedikit dianggap kehadirannya.

"Pah nanti siang aku mau Shopping bareng temen-temen. Boleh yah,"

Beni hanya diam saat Vanya membujuknya. "Udah lama aku gak Shopping, boleh yah pah,"

"Minggu kemarin kan udah?!" ujar Beni sembari menatap lurus kedepan.

"Beda lagi kan pah. papa masih marah yah sama Vanya? Gak boleh marah lama-lama pah apalagi sama anak sendiri," tekan Vanya.

"Ya.. Ya.. Terserah,"

"Makasih papa, aku udah usahain buat dapat juara, papa senang kan? Pastilah papa bangga,"

Amora hanya menatap jengkel. "Senang? Kalau hasil sogokan apa yang patut dibanggakan,"

"Maksud kamu apa? Kamu iri aku dapat juara?" ujar Vanya tak Terima.

"Baru sekali, bukan beberapa kali. Itupun hasil sogokkan." Vanya yang geram pun menghampiri kursi yang diduduki oleh Amora. Setelah sampai Vanya menjambak rambut Amora yang dibiarkan tergerai.

"Kalau kamu iri bilang!" teriak Vanya sembari melepaskan rambut Amora.

"Apa yang kalian permasalahan?" tanya Beni yang tak paham.

Amora membuka layar ponselnya dan memperlihatkan sebuah video. "Papa lihat aja sendiri," Dimana terekam Vanya dan seorang guru sedang bercengkrama. Lalu Vanya memberikan uang berwarna merah dengan jumlah yang cukup banyak. Terdengar jelas Vanya mengatakan sesuatu. "Pokoknya Bapak harus bisa membuat saya dapat peringkat, ini baru DP. Sisanya nanti saya transfer."

Beni yang selesai melihat video itu mengepalkan kedua tanganya.

Plak

"Papa gak pernah ngajarin kamu untuk berbuat curang. Papa mengira ini semua hasil kamu sendiri, tapi apa? Kamu membohongi kami semua Vanya. Papa kecewa sama kamu,"

"Maafin aku pa,"

"Kamu gak malu sama Amora?" lanjut Beni.

"Main terus kerjaannya, gak ada niat sama sekali buat jadi anak penurut. Contoh Amora dia selalu membuat papa bangga gak kayak kamu!"

Diam-diam Vanya mengepalkan kedua tanganya. Ia benci mendengar nama Amora. Ia benci dibandingkan dengan Amora.

"Aku bukan Amora. Aku Vanya. Aku gak bisa dibandingkan sama dia. Kita beda pa, kenapa papa selalu membandingkan aku, karena Amora pintar sedangkan aku bodoh."

Vanya menatap mereka secara bergantian. "Selamat Amora. kamu berhasil bikin aku dimarahi papa,"

Sembari bersedekap dada, Amora bersuara. "So, gue pernah bilang kalau roda kehidupan itu selalu berputar. Ada masanya lo yang akan ngerasain apa yang pernah gue rasain. Tapi bedanya lo gak pakai cara kekerasan, seharusnya lo bersyukur."

Setelah itu, Vanya pergi menuju kamarnya. Dengan Perasaan campur aduk, matanya sudah bercucuran air. Kedua tangan Vanya masih terkepal begitu eratnya. Gadis itu membanding pintu sekerasnya.

Dibalik kelicikan Vanya. Dia menyimpan semua kesakitan nya. Bedanya Amora kuat, sedangkan Vanya lemah. Vanya tidak bisa apa-apa. Ia selalu iri melihat Amora yang pintar, selalu dibanggakan. Vanya ingin sekali semua perhatian papanya diberikan kepada dirinya.

***

Pagi menjelang siang. Okky mengajak Amora berkumpul bersama temanya. Karena dirumah pun bosan dan penghuni nya tidak ada. Amora pun mengiyakan ajakan Okky.

Di (WaGe) atau Warung Gembul. Warung milik pak Yanto tempat nongkong para remaja. Banyak kalangan dari remaja yang masih sekolah, kuliah dan yang sudah bekerja karna kekurangan ekonomi. Mereka mempunyai geng yang bernama Limitless power. Bukan geng yang sering terlibat tauran tapi geng tempat perkumpulan anak remaja. Geng itu didirikan oleh Okky yang ingin sekali membuat persatuan dan kekeluargaan. Membawa mereka kejalan yang benar. Geng itu Tidak memiliki musuh, Tetapi jika adapun yang berani mengusik tidak akan segan mereka pun turun ke jalanan untuk tempur.

'WANI NOEL, KUDU WANI DUEL'

Semboyan yang diciptakan oleh Samsul. Anak asli Sunda. Yang memiliki arti'Berani ngusik, harus berani tempur'

Roy mencomot bakwan jagung, lalu melahap nya dengan semangat, "Beh, ngutang dulu." teriaknya.

Agil menutup kedua telinganya ketika Roy si 'Playboy Cap bulan Monyet' itu berteriak kencang disebelahnya.

"Gak usah berisik lo, Tampang aja keren. beli bakwan seribuan aja gak mampu, pake acara ngutang segala!" Agil menatap tajam ke arah Roy.

"Gue bukan ngutang, cuma bayarnya nanti aja, kalau gak mager," balas Roy lalu terkikik geli.

"Sama aja boong, Marpuah!" ujar Salman seraya menggeplak kepala Roy dengan tanganya.

Okky yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tanganya merongoh saku seragamnya dan mengambil sebuah dompet tebal berwarna hitam disana. "Nih duit, bayar semua utang-utang lo pada," ujar nya setelah melempar dompetnya keatas meja.

Agil mengambilnya dengan cepat. "Respect gue sama lo, mau-mau aja kita porotin mhuehe."

"Bos kita kan emang kaya raya, buat apa banyak duit kalau gak dibagi-bagi sama kita. Ya gak bos?" Alex menaik turunkan halisnya.

"Gak tau malu lo pada," timpal Raka menatap mereka tajam.

"Neraka diem aja, udah panas jangan di panasin." balas Agil dengan sengit.

Okky pun kembali Bercengkrama dengan Amora, "Ngapain lo liatin cewek gue gitu bang?" tanya Okky kepada Bang Irul. Saat matanya tak sengaja menangkap mata Bang Irul yang melihat Amora.

"Gue kayak pernah lihat dia, tapi dimana yah?" ucap Bang Irul sembari berusaha mengingat.

"Iya, kayaknya gue juga pernah lihat," timpal temannya.

"Kalian kan yang ganggu gue pas tengah malem," ujar Amora sembari mendelik.

"Malem?" mereka pun mulai mengingat.

"Oh iya. Hehe kita lupa. Maafin kita ya neng,"

"Hmm.." balas Amora tak minat.

"Makanya lain kali lihat-lihat orang Bang, untung lo gak di pecat sama pawangnya."

•••

AMORA (END)Where stories live. Discover now