44. Kenyataan yang pahit ✅

39 2 0
                                    

"Karna yang pahit itu bukan obat, tetapi kenyataan"

•••

Ernand pun membawa Amora kedalam UKS. Karena tidak tega melihat kondisi Amora. Lalu Ernand  berusaha menghubungi Okky.

"Mei!" Teriak Okky panik sembari berlari kearah Amora yang sedang tidur di brankar.

"Kamu gakpapa?"

"Aku gakpapa," jawab Amora singkat.

"Kenapa ini bisa terjadi?" Tanya Okky.

"Maaf bang, ini semua karna kecerobohan gue. Andai waktu itu gue ngehalangi mereka berdua masuk kedalam ruang osis kak Andra. Mungkin ini gak bakalan terjadi," jawab Ernand.

"Lo bisa jelasin semuanya?" Lalu Ernand pun menjelasakan semuanya kepada Okky.

"Jadi maksud kamu apa Mei? Kenapa kamu mau mereka berdua keluar dari sini, bentar lagi juga mau lulus kan?" Amora terdiam sembari menatap Okky. Tak mau ikut campur terlalu jauh, Ernand pun pamit undur diri karena merasa itu urusan mereka.

"Aku akan ceritain tapi na..." tiba-tiba ucapan Amora terpotong kala dia merasakan sesuatu yang aneh.

"Kamu kenapa?" Tiba-tiba Okky kalang kabut melihat Amora yang sudah menangis.

"Ky, aku takut," Okky yang langsung mengertipun berusaha menenangkan Amora.

"Kamu jangan takut kita hadapin bareng-bareng."

•••

Kini waktu sudah menunjukan pukul 15:45 sore. Okky dan Amora kembali mendatangi Dokter Fina.

"Bagaimana hasilnya dok?" Tanya Amora yang sudah ketakutan.

"Maaf Amora saya tidak bisa berbuat apa-apa. Menurut hasil yang saya dapatkan, kamu dinyatakan hamil,"

"Apa dok? Sa-saya hamil?" Hancur sudah hidup Amora. Atas kecerobohannya sekarang dunianya hancur. Masadepan yang sudah dirancang kini harus sirna. Reputasinya akan hancur, hidupnya sudah hancur berantakan. Ia tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini.

"Dokter jangan bohong dok!" Ucap Okky sembari menenangkan Amora.

"Okky, untuk apa saya berbohong. Mungkin ini semua sudah kehendak tuhan. Dan usia kandungan nya baru..."

"Stop dok, aku gak kau denger apapun lagi." Lalu Amora berlari keluar dari ruangan Dokter Fina. Okky langsung saja menyusul Amora keluar.

Lalu Okky membawa Amora kedalam mobil nya. "Udah Mei jangan nangis lagi yah. Disini masih ada aku, kita hadapin bareng-bareng yah,"

"Aku takut Papa marah, aku belum siap,"

"Aku ngerti, kita kasih penjelasan dengan baik-baik semoga saja mereka mengerti kondisi kita."

Lalu Okky dan Amora pulang kerumah mereka. Sebelum itu Okky mengantarkan Amora kerumahnya.

Setelah sampai didepan rumah Amora. Didalam Mobil Amora sudah merasa tidak enak. Karena melihat keberadaan mobil Papahnya.

"Okky, itu mobil Papa. Tadi pagi papa bilang mau ke singapura jenguk Vanya,"

Okky tentunya sangat khawatir melihat Amora yang sudah panik, "Kamu tenang dulu yah, siapa tau Papa kamu gak bawa mobil,"

"Tapi ky, Papa selalu bawa mobil dan mobilnya itu selalu dititipin di rumah temenya,"

"Kita harus pastiin dulu." Okky dan Amora keluar dari dalam mobil. Memastikan apakah Papanya Amora ada didalam rumah atau tidak.

Amora meremas kuat tangan Okky. Takut suatu hal besar akan terjadi. Apalagi Amora melihat banyaknya koper didepan pintu masuk.

"Okky, aku takut." Okky berusaha menenangkan Amora yang sedang ketakutan.

Prang..

"Sudah cukup! Aku muak lihat kamu selalu mengedepankan Amora. Amora lagi, Amora lagi. Aku muak mas!"

"Ini juga demi kebaikan kita Mirna!" Bentak Beni.

"Kebaikan apa? Kamu telah merusak masa depan anak kamu. Lihat Vanya dia kritis entah apa yang akan terjadi setelah ini. Kamu terlalu sibuk mengurus anak gelandangan itu, sampai lupa anak kandung kamu sendiri. Kita harus secepatnya menyusul Vanya kesingapura dia butuh kamu mas!"

"Aku akan tetap disini menjaga Amora. Ingat ini baik-baik! Amora adalah anak emas. Amora yang akan merubah hidup kita menjadi lebih baik dimasa depan nanti. Dan Amora lah yang akan menguasai perusahaan itu,"

Mirna tak habis pikir dengan pikiran Beni itu, apa salahnya jika menjenguk Vanya sebentar saja, "Apa kamu bilang? Kamu terlalu dibutakan oleh harta mas, kamu masih terjebak dimasalalu kamu, ingat Amora bukan anak kamu. Dia itu anak yang kamu rebut untuk dimanfaatkan dan untuk merebut perusahaan milik Gibran, JANGAN EGOIS MAS!"

"AMORA MEMANG BUKAN ANAKKU. Tapi ingat tujuan kita! Jangan sampai perjuangan kita membesarkan Amora malah sia-sia,"

"Karna dia harapan kita satu-satunya."

Amora yang mendengarnya tidak percaya. Ternyata selama ini Amora bukan Anak kandung Beni. Ternyata benar dugaannya, Beni merebut paksa dia dari Ibu kandungnya, berbohong dan mengarang cerita. Mengusir ibu kandungnya dengan alasan ibu kandung Amora telah selingkuh, dan menghianati Beni. Semua itu dilakukan hanya untuk keserakahan mereka.

"KALIAN JAHAT!" teriak Amora mengelegar.

Beni dan Mirna yang sedang bertengkarpun terkejut karna baru menyadari keberadaan Amora.

"Amora!"

"JANGAN PANGGIL AKU!"

Beni berusaha berjalan menghampiri Amora. "Amora, Papa bisa jelasin!"

"JANGAN MENDEKAT!" Teriak Amora lantang.

"DAN INGAT INI. ANDA BUKAN PAPA SAYA!"

Bagai ditusuk belati tajam. Hati Beni sangat teriris mendengar pengakuan bahwa dia bukan 'Papa-nya' dari Anak yang selama ini ia jaga. Kenapa rasanya begitu sakit? Bukankah memang itu kenyataanya?

"JANGAN CARI AKU! JANGAN TEMUI AKU. DAN JANGAN NAMPAKIN WUJUD KALIAN DIDEPAN AKU LAGI. AKU BENCI SAMA KALIAN! AKU BENCI!"

Dengan sekuat tenaga Amora berlari tampa arah meninggalkan rumah itu. Sampai kapapun Amora tidak ingin kembali lagi. Dan tidak ingin melihat kedua manusia laknat itu lagi.

Lantas siapa lagi yang harus ia percaya? Tidak ada yang menyayanginya dengan tulus. Ternyata benar semuanya akan pergi pada waktunya. Orang yang selama ini ia kira sayang ternyata ada maksud tertentu.

Amora di didik dengan keras, agar ia pintar dan menjadi wanita yang berkualitas ternyata itu semua bohong.

Ternyata mereka hanya ingin memanfaatkan tenaganya untuk merebut kekuasaan milik seseorang.

"Amora memang bukan anakku"

"Jangan sampai perjuangan kita membesarkan Amora malah sia-sia"

"Dia harapan kita satu-satunya"

Arghhh...

Amora sangat membenci kenapa takdirnya bisa semenyedihkan ini. Ibu kandungnya pergi entah kemana. Dia hidup bersama orang yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

'Lalu dimana orangtua kandungnya Amora berada?'

•••

AMORA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang