BAB 7 : KERIBUTAN

11.6K 1.6K 28
                                    

Clarissa seminggu terakhir selalu menyisihkan waktunya bersama Cendric. Berusaha membuat lelaki di depan nya itu bahagia sebagaimana peran seorang adik. Bahkan di sela kelas Clarissa yang mulai padat dia harus membuat Cendric yakin tidak menjadi pemeran antagonis kelak. Disaat Clarissa sendiri pun Xeana masih lancar menyudutkan Clarissa.

"Kau mau kemana gadis cacat?" Tanya Xeana dingin melihat kesempatan saat Clarissa sedang sendirian di lorong yang sepi.

Clarissa yang mendiamkan Xeana membuat Xeana geram. "Orang bertanya tuh dijawab bukan di di diamin aja!" Pekik Xeana yang menarik lengan Clarissa kasar dan membuat gadis itu menatap nya dan itu berhasil. Clarissa menahan tangis nya dengan genangan air mata yang sudah siap meluncur keluar.

"Bagus, itu ekspresi yang aku inginkan. Jadilah gadis penurut seperti biasanya. Bukan berarti kau bisa melihat lagi kau bisa mengacuhkan ku atau merayu ayah atau pun Cendric." Ucap Xeana yang tidak tahan dengan sikap Clarissa yang sedikit berubah. Duke perlahan mulai memperhatikan Clarissa yang padahal sendari kecil Duke tidak pernah melirik gadis itu. Bahkan dari sorot matanya yang dingin Xeana dapat mengira jika Clarissa adalah produk gagal dari keluarga Sapphire. Cendric, lelaki penurut itu menuruti semua perkataan Veronica dan melarang melihat Clarissa sendari bayi.

Plak!

Satu tamparan berhasil Clarissa dapatkan. Ruam merah terlihat jelas di kulit putihnya. Bekas telapak tangan Xeana tercetak jelas disana. Clarissa dengan gemetar mencoba memegang bekas tamparan itu dan terasa perih. Sebuah sayatan memanjang mengeluarkan darah dapat Clarissa rasakan. Clarissa melihat tangan Xeana. Gadis itu memakai cincin pantas saja terasa sakit.

Xeana tidak berhenti. Dia menarik rambut Clarissa dan membenturkan kepala gadis itu ke dinding.

"Kau seharusnya sadar tempat mu ada dimana." Ucap Xeana meninggal Clarissa yang terduduk lemas bersandar dengan dinding.

Clarissa meringis kesakitan dan menghapus air mata palsunya sekali lagi. Dia harus bersabar hingga waktunya tiba. Dia harus berpura-pura menjadi gadis lemah hingga dia bisa menyingkirkan Veronica dan Xeana bersamaan dari mansion.

"Aku tau bagaimana gadis ini bertahan dan menangis dalam keramaian. Aku tau perasaan kebencian itu. Aku tau semuanya, tapi... Siapa sangka ternyata rasa sakit nya sebesar ini." Gerutu Clarissa bangkit dan mencoba menekan kepalanya yang sakit bekas Xeana menghantam nya tadi.

Clarissa mencoba berdiri tegap dan melihat sekeliling dan mendapati seorang pria berpakaian rapi melihat tidak percaya sembari membawa beberapa lembar kertas.

"No-nona Clarissa?"

Clarissa tersenyum dan melambaikan tangan ke pria paruh baya itu.

"Huh? Hai Renald, hehe." Sapa Clarissa melambaikan tangan dan melihat tangannya yang sedikit berdarah.

"Darah?" Ucap Clarissa pada dirinya sendiri dan segera Renald berlari menghampiri Clarissa sebelum gadis itu pingsan karena terlalu syok melihat darahnya sendiri.

"Nona!"

~~

Clarissa dapat mendengarnya suara seseorang mengobrol. Mereka terlalu berisik dan membuat Clarissa bangun. Clarissa membuka mata perlahan. Melihat langit kamarnya dan juga seseorang yang dapat Clarissa kenali itu suara Emma.

"Emma? Itu kau kan?" Cicit Clarissa mencoba bangun, tapi ditahan oleh Emma untuk bangun dan kembali berbaring.

Clarissa menunjuk seseorang yang tidak akan pernah mereka percaya. "Usir dia dari kamar ku." Lirih Clarissa yang samar melihat dokter itu yang seperti hendak menyuntikkan sesuatu kepadanya dan juga mengobrol dengan Emma yang mengkhawatirkannya.

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Where stories live. Discover now