BAB 43 : CREPE

4.1K 761 14
                                    

Double up lagi hari ini, yeah!!!

Yang masih jam daring terus mampir kesini hayo siapa haha

Cuss langsung baca 😻

~~~

"Clara!!! Clarissa!!" Pekik Cendric sudah berusaha mencari kesana kemari setelah kehilangan lagi adiknya. Cendric benar-benar tidak mengerti bagaimana gadis itu mudah menghilang di dalam pandangan Ivan dan dirinya.

"Clara!!"

Dilain sisi seperti Emma, dan Edam juga mencari bersama ke tempat dimana kemungkinan besar Clarissa disana. Sedangkan Ivan dia semakin kalut memikirkan pertanyaan Clarissa.

Kenapa?

Satu kata itu membuatnya terngiang-ngiang dan membuat tidak mengerti. Terlihat jelas ekspresi bingung dari putrinya itu.

Disaat semua orang sedang mencari Clarissa gadis itu sedang bersama pria bertopeng yang dia kenal dari pesta topeng di hari cahaya. Mereka berdua duduk di dalam salah satu sudut kota di dekat sungai.

"Anu, ini sapu tangan mu. Terima kasih untuk hari itu." Ujar Clarissa memberikan sapu tangan polos dengan disudut nya tersulam ekor singa dengan benang emas.

Leo terlihat tersenyum dari kedua matanya. "Terima kasih." Leo menerima nya dan menyimpannya. Clarissa tidak habis pikir kenapa lelaki itu masih memakai topengnya. Padahal disini tidak ada pesta khusus topeng lagi.

"Kenapa?" Tanya Leo merasakan tatapan intens dari Clarissa.

"Kenapa kau masih memakai topeng? Ini bukan pesta topeng lagi dan lagi kau bisa mengenali ku dengan mudahnya." Terang Clarissa menyandarkan punggungnya dan melihat ke arah sungai di depannya.

"Siapa yang tidak mengenali seorang putri salju?"

"Siapa putri salju? Aku Clarissa. Tidak ada putri salju disini. Itu hanya dongeng." Terang Clarissa merasa aneh mendengar julukan yang sering sudah dia dengar.

"Aku turut berduka dengan mereka bertiga."

Clarissa terdiam. Dia lupa seharusnya sekarang dia sedang berduka, kenapa dia terlihat bersikap biasa saja.

"Oh, ya, tak apa. Aku mengerti. Kau pasti kasihan kan?"

"Tidak juga, kau gadis kuat. Siapa yang menyangka aku bisa bertemu dengan gadis sekuat dirimu." Terang Leo yang membuat Clarissa terdiam membeku menatapnya. Mata pria itu terlihat lebih gelap hampir seperti malam sekarang. Netra biru yang lebih dominan gelap. Lebih gelap dari pada punya Ivan. Itu terlihat seperti dia melihat lautan terdalam sendiri.

"Laut." Gumam Clarissa tanpa sadar menyebutkannya dan segera dia membungkam mulutnya sendiri.

Mulut nakal.

Leo hanya tersenyum dari balik topengnya. Dia menikmati waktu luangnya bersama Clarissa. Dia melihat semuanya tadi. Dia melihat seorang berhati malaikat yang masih mau memeluk seseorang seperti wanita itu di dunia ini.

"Apa kau ingin crepe? Atau mungkin ice cream? Aku tau beberapa tempat makanan yang enak disini." Terang Leo yang membuat Clarissa senang mendengarnya. Leo sangat tau cara membahagiakan perut Clarissa.

Dengan mata berbinar Clarissa tidak bisa berbohong. Dia sekarang terlihat seperti anak berusia lima tahun mendengar kata kunci makanan itu. Leo yang memakai sarung tangan menjulurkan ke Clarissa saat dia sudah bangkit dari tempat duduk.

"Ayo."

Clarissa tersenyum senang mendengar ajakan itu. Dia menerima uluran tangan itu dan berjalan bergandengan tangan bersama Leo, pria misterius dengan suara sopannya yang membuat Clarissa nyaman.

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora