BAB 33 : PAPA

5.5K 899 21
                                    

Double up ✌️

Cuss langsung baca 😻

~~~

"Rara~ dimana ya Rara?"

Samar-samar Anara dapat mendengar seseorang memanggil namanya dan dia ingat itu adalah nama kecilnya di kehidupannya dulu.

"Huft! Ibu menyerah. Rara kau menang."

Ingatan semasa kecilnya dapat dia lihat. Ruang tamu yang sederhana dengan meja yang terbuat dari kayu berukuran sedang di taruh di tengah ruangan. Tiba-tiba seorang gadis kecil bersurai hitam sepanjang bahu tergerai dengan suara kekehan menahan tawa.

"Rara disini!"

"Aduh~ dimana ya? Ibu ga tau deh. Ibu nyerah. Rara pemenangnya." Melirik punggung anak kecil yang membelakanginya sedang menutup kedua matanya.

Anara dapat melihat kebahagiaan dari seorang ibu dan anak yang bermain petak umpet dengan bahagianya. Anara tetap diam dengan tatapan kosong tidak percaya bahwa dia pernah tertawa selepas itu dengan ibunya dulu.

Prang!

Suara benda pecah dapat Anara dengar dari balik punggungnya. Dia menoleh dan mendapatkan ayahnya yang berdiri di depannya dengan menyeramkannya menatapnya dengan tajam.

"MATI!"

Anara yang terlihat seperti baru berusia belasan tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu cuma menangis dalam diamnya. Berusaha menahan isakan tangisan nya yang dapat dia kira memperburuk suasana.

Brak!

Anara kembali menoleh kebelakang dan mendapatkan lemari yang di dorong dan pintu lemari itu terlihat sudah rusak tidak bisa di tutup lebih rapat lagi.

"I-ibu." Cicit Anara kecil yang memanggil ibunya yang baru saja merobohkan lemari pakaian yang lebih tinggi dan besar darinya.

Wanita yang dipanggil itu menoleh. Dengan tatapan yang dingin dan menggelap di menatap tajam putri kecilnya.

"INI SEMUA SALAHMU."

"JIKA BUKAN KAU DIA TIDAK AKAN PERGI."

Anara ingat dengan jelas jika perceraian telah dilakukan. Bahkan juga percobaan pembunuh yang hampir ayahnya lakukan dulu dapat dihentikan oleh ibunya, tapi membuatnya harus menghabiskan waktu di rumah sakit seminggu penuh.

"KAU? SIAPA KAU? KAU BUKAN ANAK KU."

Anara yang melihat kilas balik kenangan pahit itu menutup matanya rapat-rapat.

"Cukup. Hentikan. Aku... Aku tidak kuat lagi." Lirih Clarissa mencoba menggerakkan tangannya untuk menutup telinganya, tapi itu percuma saja. Meskipun sudah tertutup dia masih mendengar cemohan masyarakat, temannya sendiri, para guru yang membicarakannya di saat jam kosong nya, atau ibunya sendiri yang menatap nya tajam. Itu semua dapat Anara ingat sangat jelas.

"Lo itu apaan sih?"

"Eh! Tau ga siswi yang di kelas 3A itu."

"Kenapa?"

"Dia itu katanya pembawa kesialan."

"Kalau aku jadi dia dah ga di dunia ini mungkin, haha."

Isakan tangis yang lirih yang mulai terdengar. Tangannya semakin rapat menutup telinganya sendiri dan juga berusaha tidak mendengar semua suara asing itu. Dia menutup rapat-rapat matanya juga. Berharap banyangan masa lalunya itu tak muncul lagi.

"Seseorang, hiks.... Tolong..."

Anara membutuhkan uluran tangan seseorang. Seseorang yang mau menariknya dari tempat terkutuk ini. Seseorang yang mau membawanya pergi dari tempat ini. Seseorang yang mau membuat semua suara ini menghilang.

Lady Sapphire : merubah takdir kakak antagonis || ✓Where stories live. Discover now