M Y . 17

3.9K 325 19
                                    

Kini Yoongi sedang berkutat dengan komputer nya. Ia masih memikirkan tentang lagu nya, lagu yang sedang dibuat untuk dirinya sendiri.

"Ha." Lidahnya begitu kelu ketika Yoongi ingin mencoba bernyanyi.

"Ha-ru." Yoongi masih mencoba, namun tetap gagal. Dirinya sangat kesulitan untuk bernyanyi.

"Ke-na-pa!?" Yoongi panik. Yoongi kira dirinya hanya tidak bisa bernyanyi, namun untuk berbicara juga sulit.

"Yoongi-aa..." Teriak Seokjin dari luar kamar Yoongi,  memastikan apakah adiknya sudah siap atau belum. Mengingatnya bahwa hari ini Yoongi ada jadwal terapi bersama dokter Do Han.

"I-ya, h-hyung." Yoongi hanya bisa menjawab pelan. Jangankan untuk berteriak, untuk berbicara saja sulit.

"Kau tidak mendengar hyung, Yoongi!? Sedang apa kau!? Hari ini kau ada jadwal terapi, tapi kau malah sibuk mengurusi musikmu." Oceh Seokjin ketika membuka pintu kamar Yoongi.

Cepat-cepat Yoongi meraih kertas yang ada di dekatnya serta mengambil pulpen yang ada di sebelahnya.

"Hyung... Aku mendengarmu, dan aku sudah siap untuk berangkat. Aku juga menjawab panggilanmu namun pelan, sehingga mungkin hyung tidak mendengarnya. Tolong tidak usah bawa-bawa musik, hyung. Musik adalah bagian dari hidupku."

Mata Seokjin membulat ketika melihat Yoongi yang tiba-tiba menulis dikertas, kenapa tidak ngomong langsung saja!? Ada apa dengan Yoongi!?

"Yoon? Kau kenapa?" Tanya Seokjin.

Baru saja Yoongi ingin menjawabnya melalui tulisan, namun tangan itu ditahan oleh Seokjin.

"Jawab pakai mulutmu." Tegas Seokjin.

Yoongi tidak menurut, lagi-lagi ia ingin menulis dikertas tersebut. Seokjin tetap menahannya.

"Kau tidak mendengar hyung berbicara apa!? Jawab lewat suara dari mulutmu, Min Yoongi!" Kini Seokjin menaikan nada bicara nya.

"H-hyung... Ke-na-pa su-lit s-se-ka-li?" Tanya Yoongi terbata-bata.

Seluruh badan Seokjin melemas tiba-tiba. Ada apa dengan adiknya yang seketika sulit untuk berbicara.

"H-hyung!" Pekik Yoongi. Dari tadi Yoongi menahan tangisnya, jujur saja Yoongi panik dengan dirinya sendiri.

"Tidak Yoongi, kau adik hyung yang paling kuat. Kita ke dokter Do Han sekarang, ya." Seokjin memeluk tubuh Yoongi erat, memberi kehangatan pada sang adik.

"Hyung... Yoongi takut." Keluh Yoongi dengan suara nya yang sudah kembali normal.

"Suara kau? Sudah kembali!?"

"Tetap saja hyung, suatu saat pasti akan seperti tadi lagi."

"Kalau kau rutin minum obat, dan rutin terapi, itu tidak akan terjadi kembali. Percaya pada hyung." Ujar Seokjin menguatkan.

Percayalah, Yoongi memang terlihat cuek, dingin, bahkan bisa dibilang ia merasa geli jika orang disekitarnya memberi perhatian kepadanya. Namun Yoongi tetaplah adik kecil bagi Seokjin yang sewaktu-waktu membutuhkan perhatian dari sang kakak.

"Tuhan... Tolong sehat kan kembali kakakku..."

°°•••°°

Bel apartemen yang bernomor kosong sembilan itu terus berbunyi seakan tidak ada pemiliknya didalam sana.

"Kenapa lama sekali!?" Tanya nya ketika pintu apartemen itu terbuka.

Just One DayWhere stories live. Discover now