M Y . 18

3.7K 293 9
                                    

Seokjin menelan ludahnya. Iya, Seokjin hanya bisa menelan ludah ketika melihat ada pasien yang duduk anteng di kursi roda. Anak kecil itu tersenyum melihat Seokjin.

Seokjin memutuskan untuk menghampiri anak kecil itu.

"Hai." Ujar Seokjin seraya jongkok agar menyamai tinggi dengan anak yang duduk di kursi roda itu.

"Ha-lo, om dok-ter." Jawabnya dengan ceria namun bicara nya terbata-bata.

"Kau pasti merasa sakit sekali, ya?"

"Ti-dak om, eom-ma bi-lang a-ku a-nak yang ku-at."

"Eomma mu benar, kau memang anak yang hebat dan kuat. Kau sangat cantik gadis kecil." Seokjin mengelus pipi anak tersebut.

"Om dok-ter ke-na-pa na-ngis?" Rupanya gadis itu menyadari bahwa Seokjin sudah meneteskan air matanya.

"Om dokter tidak apa-apa. Hanya bangga lihat kamu kuat menjalani nya." Seokjin senyum lalu mengusap rambut anak kecil itu.

"Om dok-ter pas-ti ta-hu kan Ae-ri sa-kit a-pa?"

Soekjin mengangguk.

"Ka-ta eom-ma Ae-ri, sa-kit se-per-ti Ae-ri i-tu pi-li-han Tu-han. Ar-ti-nya, Tu-han sa-yang sa-ma Ae-ri. Dan Tu-han i-ngin le-bih ce-pat ber-te-mu de-ngan Ae-ri." Jelasnya.

Gadis kecil itu bernama Aeri. Semakin menjelaskan, semakin deras pula air mata Seokjin.

"Tidak Tuhan, jangan ambil Yoongi terburu-buru. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan salah satu adikku."

"Aeri masih kuat, kan? Apa Aeri ingin cepat-cepat bertemu dengan Tuhan?" Tanya Seokjin.

"Ter-se-rah Tu-han sa-ja, ka-pan-pun Ae-ri si-ap."

"Tapi om dokter tidak ingin kalau adik om dokter cepat-cepat bertemu Tuhan. Aeri mau ya doakan untuk adik om dokter agar sehat kembali?"

"Pan-tas sa-ja om dok-ter me-na-ngis, ter-nya-ta a-dik om dok-ter sa-kit se-per-ti Ae-ri. Om dok-ter ti-dak u-sah ta-kut, tan-da nya, Tu-han sa-yang sa-ma a-dik om dok-ter." Jawab Aeri dengan senyuman begitu tulus.

"Aeri." Panggil dari seseorang yang baru keluar dari sebuah ruangan.

"Da-dah om dok-ter." Aeri melambaikan tangannya.

Setelah mengobrol dengan gadis kecil bernama Aeri, Seokjin tergesa-gesa mengambil ponsel yang ada di saku nya.

"Aku pikir ayah tidak akan menjawab teleponku."

"Hanya terpaksa karena aku sedang memegang ponselku saat ini." Terdengar suara samar-samar dari sana.

"Yoongi sakit." Ucap Seokjin singkat.

"Apa peduliku?"

"Ayah orang yang ku sebut barusan itu anakmu! Masih bisa kau bilang apa peduliku?" Emosi Seokjin memuncak saat mendengar respon dari sang ayah.

"Kau dokter pasti bisa mengurus dia."

"Aku memang dokter tapi aku bukan dokter spesialis penyakit yang sedang di deritanya, ayah! Apa kau ingat denganku? Kau ingat dengan Hoseok? Jimin!? Kau mempunyai empat anak! Tidakkah kau peduli kepada satu anakmu saja!? Setidaknya Yoongi yang kau perhatikan karena dia membutuhkannya! Dia anak kandungmu, ayah! Dia adik kandungku! Begitu juga dengan Hoseok dan Jimin! Aku rela mengurus mereka, aku ikhlas sebagai kakak tertua mengurus mereka penuh dengan kasih sayang. Aku berusaha menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi mereka! Tapi mana tanggung jawabmu sebagai ayah, mana!?" Ungkap Seokjin panjang lebar serta mengeluarkan semua uneg-uneg nya. Kini nafasnya memburu serta wajahnya sudah basah karena air mata.

Just One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang