Extra Part ll

3K 401 110
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

"Bangun."

"Tidak mau."

Hinata melotot, karena Naruto benar-benar tidak mau bangun. Buktinya, pemuda itu malah menarik selimut sampai ujung dagunya.

"Bangun."

"Masih, pagi. Hinata."

"Enak saja! Ini sudah siang! Sebentar lagi kelasku dimulai."

Naruto membuka matanya, ia menatap Hinata, lima detik kemudian tubuhnya kembali ke posisi semula. Meringkuk dengan selimut menutupi tubuhnya. "Aku tidak ada kelas," katanya enteng.

Hinata berdecak, ia berdiri lalu mengambil tas selempangnya, tanpa berkata apa pun, gadis itu membuka pintu kamar.

Naruto melotot, ia bangkit dari acara tiduran, tangannya terulur menahan tangan Hinata yang sudah memegang gagang pintu. "Aku antar."

"Aku tidak mau menunggu mandi."

Naruto mengangkat bahunya. "Siapa juga yang mau mandi."

"Ba—Naruto-kun! Bau!"

Hinata mengusap pipinya yang dikecup Naruto, sedangkan pemuda itu tertawa lalu pergi mengambil jaket beserta kunci mobil.

"Sebentar! Aku cuci muka dulu!"

.

.

.

Naruto melotot, ia mengelakson mobil yang ada di depannya. "Lama-lama jalan ini—"

"Aku beli," potong Hinata dan Naruto menoleh. "Aku sudah hapal kebiasaan Naruto-kun ketika macet. Marah-marah sampai berakhir mau membeli jalan. Padahal jangankan membeli jalan, aku minta sepatu baru pun, katanya tunggu gajian."

Naruto berkedip takjub. Setelah lama menikah, Hinata makin blak-blakan. Gadis itu tidak takut lagi ketika Naruto pelototi, kecuali ada hal-hal yang memang harus gadis itu takuti. Malah, sekarang Naruto yang merasa bahwa ia takut Hinata marah padanya.

"Ya kali jalan ini aku beli, orang-orang mau lewat mana? Jalur langit?"

"Mana aku tahu." Hinata menggeser tubuhnya pada Naruto, ia menyandarkan kepalanya pada lengan Naruto. Posisi yang terlihat tidak nyaman. "Aku ngantuk."

"Hai ngantuk."

"Hai malas bangun."

Naruto tertawa, ia melepaskan tangan  kanannya dan menggunakannya untuk mengelus kepala Hinata. "Aku sudah bilang, jika nugas itu jangan berlebihan. Jangan sampai begadang. Ingat, kau butuh tidur. Istirahat dulu, seperti yang tidak ada hari besok."

"Deadlinenya memang besok, sekarang."

"Makanya—"

"Iya, iya. Lain kali aku kerjakan pas dosen mengumumkan tugas. Enak ya, yang sebentar lagi magang, sebentar lagi lulus," katanya setengah menyindir. "Katanya tidak mau manajemen, tapi semangat sekali sekarang-sekarang."

Like An Illusion ✔Where stories live. Discover now