04. New Apartemen

5.1K 602 107
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC (cool Naruto), typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋


"Terima kasih." Hinata membungkuk sembilan puluh derajat. Ia tersenyum kecil.

"Sama-sama, Nona." Orang yang bertugas mengantarkan barang-barang ke apartemen barunya tersenyum. "Kami permisi."

Hinata mengangguk. Ia menutup pintu bercat putih kemudian berbalik. Bibirnya menghela napas, setelah mengucapkan terima kasih dengan sopan—karena memang itu kenyataanya—Naruto entah pergi ke mana.

Apartemennya memang mewah bukan main. Keluarga Namikaze memang kaya. Bahkan Jiraiya menyiapkan hal ini sedari dulu. Belum lagi mashion mewah yang dibelinya untuk mereka.

Tapi, apa Hinata akan sanggup tinggal di sini bersama pemuda kejam?

Kakinya melangkah menyusuri setiap sudut ruangan apartemen. Perpaduan warna antara putih dan hitam mendominasi seluruh ruangan. Apartemen ini terdiri dari dua kamar. Ya, kamar siapa lagi kalau bukan kamar mereka berdua.

Hinata menghela napas, ia bersyukur bisa pisah kamar. Jika tidak, mungkin tubuh Hinata akan hancur akibat sering dilempar ke ranjang.

"Naruto's Studio?" Kening Hinata berkerut, ternyata ada juga studio di apartemen ini. Tapi tak heran mengingat hobi Naruto, menyusun sebuah lagu.

Ia melangkah menuju ruang tamu sekaligus ruang keluarga dengan televisi besarnya. Di sana ada yang menarik perhatian Hinata.

Piano.

Ya, piano hitam itu menarik perhatiannya.

Kenapa ada piano di sini?

Apa Naruto bisa memainkannya?

Hinata menggeleng, ia berjalan ke arah balkon. Digeserlah pintu kaca yang menghubungkan langsung ke arah balkon. Hinata tersenyum kecil, pemandang sore hari dari lantai sebelas memang yang terbaik.

Ia berbalik melangkahkan kaki menuju dapur.

Ah! Ternyata di sana. Pemuda itu sedang ....

"Telepon?"

...

"Masih belum?"

"Ya, begitulah. Maafkan kami."

Naruto menghela napas. "Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf. Aku khawatir padanya. Kau pasti lelah menjawab teleponku dua jam sekali."

Tawa Sora di sebrang sana menggema. "Aku tidak lelah Naruto. Hanya saja aku geli, tidak menyangka saja. Orang dengan sifat bunglon sepertimu bisa seperti ini."

"Urusai!" Sapphire Naruto memutar. Sora selalu saja menyebutnya dengan sifat bunglon mengingat dirinya yang sering memiliki mood tidak menentu. Bahkan pernah ia dikira bipolar. Padahal tidak.

Like An Illusion ✔Where stories live. Discover now