23. Unexpected

3.7K 512 219
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

Naruto mengangkat alisnya, ia melihat Hinata menyerahkan helm tanpa wajah cerah seperti biasanya. Gadis itu dari kemarin agak pendiam dan tidak banyak tingkah. Bahkan Naruto menginap di kamarnya saja tidak diusir, Hinata diam dan Naruto tidak suka.

"Eh?" Itu respon Hinata saat akan menyalim tangan Naruto. Namun, pemuda itu menariknya.

Jadi? Naruto juga akan menghindar? Sama seperti Ino?

"Kau kenapa?"

Hinata mendongak. Ia mengigit bibirnya, gadis itu memang belum menceritakan masalah Ino yang tiba-tiba menjauh. Kalian pernah punya sahabat yang dekat, sangat dekat, terus tiba-tiba menjauh dan memilih sahabat baru?

Sakit hati?

Itu yang Hinata rasakan.

"Tidak apa-apa."

Naruto mendengus, ia yang masih berada di atas motor melepas helmnya dan melipat tangan di depan dada. "Dalam kamus wanita, itu berarti ada apa-apa."

"Aku bingung dan sedih."

Naruto menoleh dan turun dari motor. Mengajak gadis itu duduk di bangku halte. Entah ada angin apa, Naruto mengajak berangkat jam 06:00 sehingga tiba 20 menit ke sekolah. Jadi masih sepi.

"Ada apa?" Tanyanya setelah duduk.

Mata Hinata sendiri malah memanas.
"Ino-cha—"

"Si Rambut Jagung kenapa?"

"Tidak mau bicara padaku."

"Sariawan kali."

Hinata menoleh dengan bibir melengkung dan mata berkaca-kaca.

Ya jelas, Naruto panik.

"Eh! Kenapa?!"

"Dia pindah tempat duduk, tidak kau bicara denganku, dan chatku hanya diread."

Naruto mengusap mata basah Hinata. Sebab ada satu bulir air mata yang meluncur di sana. Tatapannya melembut. "Ada perkataanmu yang menyakitinya?"

Hinata diam, ia mengingat-ingat hari kemarin. Dari mulai pagi sampai siang—istirahat—Ino masih baik-baik saja. Namun, saat istirahat usai, Ino berubah.

Kepalanya menggeleng. Rasa sesak di dadanya makin terasa. Ini baru satu hari. Satu hari yang menyakitkan.

"Kau yakin?"

"Iya."

Naruto menghela napas. Ia dan sahabatnya tidak pernah seperti itu, paling-paling marah sekarang, malamnya sudah chatingan lagi. Iya, namanya juga pria, coba kalau wanita. Jika salah satu pihak tidak meminta maaf, kapan akurnya?

"Selama kami berteman, Ino-chan tidak pernah marah padaku."

Naruto mengelus kepala Hinata. "Mau kutanya kan apa al—"

"Tidak!" Hinata menoleh, ia mengusap air matanya secara kasar. "Ja-jangan, nanti dia curiga."

Naruto menggeram dalam hati, backstreet itu benar-benar tidak enak. "Em, baiklah. Lalu, sekarang kau mau apa?"

Like An Illusion ✔Where stories live. Discover now