15. Sorry

4.5K 567 220
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC (cool Naruto), typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

Naruto membuka matanya. Ia tersenyum. "Sekarang aku sadar, apa yang aku rasakan saat memelukmu."

"Karena aku—"

Sapphire Naruto menatap dalam lavender Hinata dalam jarak dekat, bahkan senyum kecil hadir di bibirnya. Ia menyelipkan anak rambut Hinata ke telinga kanannya.

"A-apa?"

Senyum Naruto melebar. Ia mendekatkan wajahnya. "Karena aku—" Ia semakin memeluk erat Hinata, bahkan wajahnya terbenam di lehernya. "Suka memelukmu."

Hati Hinata mencelos, ia merasakan cubitan kecil di hatinya bahkan jantungnya pun terasa jatuh ke rongga perut. "Terserah Naruto-san sa-saja."

"Aw! Kenapa kau mencubitku?"

"Aku tidak sengaja."

Naruto mendelik, kulitnya terasa panas. "Mana ada tidak sengaja!"

"Ada kok, buktinya aku sering dengar ada pria yang tidak sengaja menghamili wanita." Hinata mencoba melepaskan pelukkan Naruto, ia menggeser tubuhnya ke arah sofa.

"Tenang saja, aku akan sengaja menghamilimu."

Hinata melotot, ia melihat Naruto menyeringai. "Na-Naruto-san."

"Makanya kalau mau aku hamili jangan pakai kode-kodean." Naruto menyeringai, ia menyukai wajah ketakutan Hinata. Mata bulat yang melotot dengan alis mengerut adalah ekspresi favoritnya setelah tawanya dan senyumnya.

"Lagi pula aku mau punya anak sepasang."

Kenapa Hinata jadi merinding ya?

"A-anak? Dengan siapa?"

Senyum tipis nan tampan Naruto perlihatkan, ia mengusap pipi Hinata. "Sama kamulah. Kalo dengan Kiba aku homo."

Jantung Hinata berdetak cepat, meski diakhiri candaan garing namun detak jantungnya tidak bisa dikontrol. "Kiba-san itu pria."

"Makanya, denganmu aku harus punya anak. Satu berambut pirang—" Naruto mengambil sejumput rambut Hinata, ia menggelitik kelopak mata Hinata menggunakan ujung rambutnya. "Dan satu lagi berambut indigo."

"Geli!" Hinata cemberut, ia menyingkirkan tangan Naruto dan kembali menatap pemuda itu dalam jarak dekat, sebab mereka masih berbaring di sofa ruang tengah.

Hinata bertaruh, jika dalam kondisi seperti ini tidak akan ada yang menyangka bahwa Naruto tukang bully dirinya.

"Biar tidak bengkak."

"Be-bengkak?" Hinata melotot, ia mencoba melepaskan pelukkan Naruto. Namun tetap saja, sulit. "Naruto-san, lepas. Aku ingin mengompres mataku."

Like An Illusion ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt