21. True Date

4.3K 541 134
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Like An Illusion © RiuDarkBlue21

Warning: AU, OOC, typo, saya tekankan kembali! Bahwa ini adalah inspirasi saya! Nggak ngejiplak siapapun kecuali karakternya!

🍋🍋🍋

Hari sudah hampir sore, jam di pergelangan tangan Naruto menunjukkan pukul 16.00 namun pemuda berambut pirang itu masih saja di sana, halte bus dekat Konoha Gakuen. Bahkan haltenya sudah hampi—ralat, tidak ada orang sama sekali.

Ponsel Naruto juga sudah panas akibat digunakan bermain game, matanya juga sudah lelah menatap ponsel. Namun Hinata belum juga keluar dari sekolah.

"Naruto-kun?"

Naruto menoleh, ia melihat Hinata yang kini napasnya putus-putus. Poninya juga agak menempel pada keningnya akibat keringat.

"Maaf, a-aku piket."

"Iya."

Hinata menggigit bibirnya. Ia tahu Naruto sedang kesal akibat dirinya yang diantar Gaara. Hinata akui, ia salah menolak Naruto dan malah menerima tawaran Gaara.

Pas istirahat Naruto memang mengirimnya chat untuk makan, mengingatkan formulir, dan menyuruhnya untuk tidak meminum cappucino. Namun, begitu, datar. Tanpa emoticon.

Hinata duduk di samping Naruto. Ia melihat pemuda itu sedang asyik bermain game yang saat ini sedang trend. Membuang kuota dan waktu. Ya, Hinata hanya tahu itu.

"Em, begini."

"Hm."

Aduh, bagaimana ini? Naruto marah, kah?

"Tadi pagi, jika aku menolak Gaara-kun apa akan mencurigakan?"

Naruto mengangguk.

"Aku juga tadi ingin menolaknya."

Naruto mengangguk, sapphire birunya masih terfokus pada game.

"Jadi, aku menerimanya." Bibir Hinata mengerucut. "Seriusan, aku tidak ada apa-apa dengannya."

Naruto mengangguk.

Hinata yang tidak tahan memicingkan matanya, ia menyenggol lengan Naruto hingga bidikkan pas Naruto untuk menembak oleng.

"Hinata."

Hinata mengangguk.

"Oke. Oke." Naruto buka suara, "aku memang kesal. Kau tahu, rasanya seperti melihat acara sinetron istri selingkuh secara live."

Hinata melotot. Ia tidak menyangka pikiran Naruto bisa sekonyol itu.

"Kau tahu perasaanku saat itu?"

Hinata mengangkat alisnya bingung.

"Rasanya aku ingin unggah buku nikah kita di sosial media."

"Berlebihan sekali."

"Eh, eh, itu tandanya sayang. Ya."

"Jika sayang aku tidak akan di nomor duakan dengan game online, ya."

Naruto tersenyum lebar. Tangannya yang tak memegang ponsel mencubit pipi Hinata. "Cemburu?"

"Bukan. Aku iri."

"Aduh gemasnya, rasanya aku ingin memasukkanmu kesaku bajuku."

Hinata menepuk lengan Naruto yang mencubitnya. "Enak saja."

Like An Illusion ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora